Memaknai
Tradisi Cheng Beng di Cianjur
Sebagai
masyarakat keturunan Tionghua, keluarga Dreamland senantiasa melakukan Cheng
Beng yang merupakan tradisi tahunan dari kepercayaan masyarakat Tionghua.
Bertepatan dengan tanggal merah yang jatuh pada 29 Maret, keluarga Dreamland pun
memutuskan melakukan tradisi ini ke Cianjur. Kebetulan makam leluhur keluarga
Dreamland berada di Cianjur, sehingga Dreamland pun berangkat dari Bandung
menuju Cianjur dengan mobil.
Perjalanan
ini bermula ketika orang tua Dreamland membeli berbagai macam kembang yang akan
digunakan untuk ziarah. Setelah itu, Dreamland langsung berangkat ke Cianjur
dan menempuh perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam. Sesampainya di Cianjur,
Dreamland langsung menuju daerah Pasir Hayam dan parkir di kompleks pemakaman
Tionghua yang ada di sana.
Dreamland
dan keluarga pun langsung menaiki bukit pemakaman untuk menuju makam leluhur
yang dituju. Sesampainya di sana, belasan penunggu makam dan tukang
bersih-bersih dengan sigap membersihkan makam yang kami tuju. Kami pun mulai
melakukan ritual Cheng Beng ini dengan mengucapkan doa dan salam pada arwah
leluhur yang sudah tiada. Selain itu, kami juga menaburkan bunga di atas pusara
leluhur.
Tradisi
Cheng Beng ini umumnya dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kepercayaan
masing-masing keluarga Tionghua. Terkadang Cheng Beng dilakukan dengan membakar
sejumlah kertas berhologram emas sebagai bekal untuk arwah leluhur yang ada di
surga. Ada juga yang membakar mobil, baju, elektronik, dan peralatan lainnya
yang berbahan dasar kertas sebagai peralatan yang dapat digunakan di dunia
arwah. Namun tradisi ini kebanyakan hanya dilakukan oleh keluarga Tionghua yang
masih sangat konvensional.
Cheng
Beng sendiri bermakna hari yang ditetapkan untuk mengingat dan menghormati
nenek moyang. Terlepas dari dongeng yang mengisahkan arwah orang yang sudah
meninggal hadir dan berkeliaran saat Cheng Beng saat kita sembahyang di makam,
Cheng Beng sendiri sama seperti Tahun Baru Imlek. Semua anggota keluarga berkumpul
bersama untuk mengenang orang tua yang sangat berjasa dalam hidup kita. Seberapa
jauh kita menghargai atau mengenang leluhur yang sudah meninggal akan terlihat
dari tradisi Cheng Beng ini.
Deretan
makam yang didesain sedemikian rupa itu terlihat tak terawat ditumbuhi
rerumputan liar. Sampah dedaunan dan ranting pohon memenuhi setiap makam yang
ada di Pasir Hayam. Terlihat bahwa semakin tidak terawat, rusak, dan kondisi
makam yang memprihatinkan menunjukkan bahwa anak cucu leluhur tersebut sudah
melupakan mereka. Berbeda dengan makam yang ditaburi bunga, kertas emas, dan
dupa yang kondisinya bersih dan rapi, tanda bahwa anak cucu mereka masih setia
mengenang jasa dan menghargai setiap usaha yang leluhur lakukan selama masih
hidup.
Fenomena
ini juga sekaligus menegaskan bahwa kematian akan mendatangi setiap manusia
yang ada di muka Bumi. Hanya saja, tidak ada seorang manusia pun yang tahu
kapan akan dipanggil pulang oleh Sang Pencipta. Kita hanya bisa mempersiapkan
diri sebaik mungkin, melakukan hal yang terbaik, dan tentunya berbuat baik pada
semua orang agar kelak ketika waktu kita tiba, kita tidak perlu menyesali hidup
kita. Justru orang lain yang akan menyesal mengapa semasa kita hidup justru
mereka menyia-nyiakan kita.
Sebagus
dan semewah apapun makam yang kelak akan kita tempati, tubuh kita hanya
menghabiskan maksimal 1 X 2 meter. Semasa kita hidup, kita harus sadar bahwa
apa yang bisa manusia banggakan selain amal dan perbuatannya di dunia. Orang
tidak akan melihat betapa kaya atau hebatnya kita saat hidup, melainkan apa
saja yang sudah kita lakukan bagi orang di sekitar kita saat kita hidup di
dunia ini. Toh pada akhir kehidupan, kita tidak akan membawa semua harta,
gelar, kemampuan, dan apa yang kita miliki ke liang kubur. Yang tersisa
hanyalah nama baik yang membuat orang masih mau mengingat dan menghidupkan
nyawa kita kembali dalam benak orang yang mencintai kita.
Tradisi
Cheng Beng ini tentu sangat mengingatkan Dreamland akan makna kehidupan itu
sendiri. Bahwa tidak ada manusia yang hidup abadi selamanya, sehingga kita
perlu mempersiapkan diri tatkala kematian itu datang menghampiri kita, entah
itu kapan waktunya. Dreamland pun mengakhiri perjalanan ini dengan pulang
kembali ke Bandung melewati Tol Padalarang.
Cianjur, 29 Maret 2013
Dreamland Traveller
Catatan:
- Cianjur adalah kota kecil yang terletak di sebelah
barat Kota Bandung.
- Perjalanan dari Bandung ke Cianjur dapat ditempuh
1,5 – 2 jam perjalanan dengan mobil.
- Tauco adalah makanan khas Cianjur yang wajib
dicoba.
- Kompleks pemakaman Tionghua di Cianjur terletak di
daerah Pasir Hayam.
- Bahasa Sunda adalah bahasa yang sering digunakan
dalam percakapan sehari-hari orang Cianjur.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.