Saturday, May 31, 2014

Let’s Read The Rules!

Dreamland Traveller Moment


Let’s Read The Rules!
            Sebagai seorang traveler yang bepergian secara mandiri, sudah sepatutnya kita membaca aturan main yang ada di suatu negara. Salah satunya adalah tentang apa saja barang yang boleh dan tidak boleh dibawa ke dalam kabin. Sayangnya entah karena terlalu sibuk mempersiapkan barang bawaan, lupa, atau tidak mau tahu, sehingga peristiwa yang sama selalu terulang berkali-kali, hingga akhirnya membuat barang bawaan yang dianggap “terlarang” dibawa ke kabin pun harus dibuang secara sia-sia di depan petugas bandara.
            Hal ini Dreamland saksikan tatkala mengantri masuk ke Gate E2 di Changi Airport yang akan membawa Dreamland ke Ho Chi Minh City. Di depan Dreamland, kebetulan ada 2 orang Indonesia yang bergaya layaknya model. Nah mbak-mbak model ini entah baru pertama kali keluar negeri atau lupa menaruh atau tidak tahu menahu aturan, sehingga barang bawaannya terpaksa harus dibuka di depan petugas bandara dan dikeluarkan isinya. Rupanya dia membawa sebuah sampo berukuran besar dan gunting kuku (meni pedi) di kopernya. 
            Sayang sekali rasanya kan kalau kita sudah beli dan bawa jauh-jauh dari Indonesia, akhirnya berakhir di tong sampah di Changi Airport. Kita semua menyaksikan bagaimana sampo dan gunting kuku itu dibuang oleh petugas bandara ke dalam tong sampah di depan mata. Akhirnya dengan langkah gontai, mereka melanjutkan masuk ke dalam ruang tunggu, mungkin sambil ngedumel atau menyesali kebodohan mereka tidak memindahkan barang-barang tersebut ke bagasi.
            Sama halnya tatkala Dreamland berangkat dari Jakarta melalui Terminal 3 di Soekarno-Hatta International Airport. Begitu banyak botol minum, kaleng minum, parfum mewah, hand body, dan barang-barang lainnya yang terpaksa dikeluarkan dan dibuang karena melebihi 100ml yang ditentukan oleh pihak bandara. Padahal sudah jelas-jelas terpampang nyata kalau di setiap bandara di seluruh dunia, cairan yang diperbolehkan masuk ke kabin hanya 100ml. Hal inilah yang tidak diperhatikan oleh penumpang yang baru pertama kali berjalan-jalan ke luar negeri secara MANDIRI, bukan dengan tur yang tahu serba beres.
            Setidaknya tulisan ini menjadi pelajaran bagi traveler lainnya agar tidak serta merta membuang-buang barang bawaan di bandara, kecuali memang Anda sudah sangat kaya dan merasa tidak membutuhkan barang tersebut. Yuk taati aturan main yang ada di bandara agar perjalanan kita lancar sentosa!

~ oOo ~

Friday, May 30, 2014

Membantu TKW yang Kebingungan

Dreamland Traveller Moment


Membantu TKW yang Kebingungan
            Kita patut bangga bahwa salah satu tulang punggung bangsa Indonesia adalah pemasukan dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada di luar negeri. Di sisi lain, kita pun patut miris melihat banyaknya TKI yang tidak dibekali apa-apa, selain modal tenaga saja untuk bekerja di negara orang. Akibatnya, banyak TKI yang kebingungan, tersesat, dan terlihat seperti orang linglung saat berada di luar negeri, termasuk salah satunya di bandara.
            Hal ini juga Dreamland temukan tatkala Dreamland berada di Changi Airport sambil menunggu waktu menuju Ho Chi Minh City dalam rangka Saigon Trip. Waktu Dreamland sedang berjalan menuju Terminal 2 untuk mendaftar Free Singapore Tour, tiba-tiba ada seorang ibu yang menanyakan apakah Dreamland bisa berbahasa Bahasa Indonesia atau tidak. Tentu saja Dreamland mengatakan bisa dan menanyakan ada apa yang bisa dibantu. Rupanya ibu ini kebingungan di mana harus mendaftar dan menunggu pesawat Srilankan Airlines yang akan membawanya ke Doha, tempatnya bekerja.
            Dreamland pun meminta TKW asal Sukabumi ini untuk ikut bersama Dreamland agar Dreamland mendapat space untuk tur pada pukul 11.30. Untungnya Dreamland adalah orang terakhir yang bisa ikut tur karena setelah Dreamland mendaftar, tur tersebut langsung ditutup dan berganti jam selanjutnya. Sembari menunggu waktu tur, Dreamland berusaha untuk membantu TKW ini. Dreamland pun mengantar ibu ini ke Terminal 3 sesuai yang tertera pada itinerarynya, kemudian menanyakan pada petugas yang ada bagaimana cara membantu ibu ini mendapatkan tiketnya.
            Berhubung waktu yang sangat mendesak karena tur hampir dimulai membuat Dreamland terpaksa kembali ke konter Free Singapore Tour dan menitipkan koper pada TKW yang bersangkutan. Dreamland berjanji akan membantu ibu ini pergi ke konter maskapai yang bersangkutan. Akhirnya dengan terpaksa, Dreamland meninggalkan TKW ini dengan barang bawaan yang tidak boleh dibawa selama tur. Dreamland pun bisa ikut tur dengan lancar dan kembali pada pukul 12.30. 
            Tatkala Dreamland kembali ke konter Free Singapore Tour, alangkah terkejutnya Dreamland begitu melihat ibu TKW tersebut sudah pergi dan meninggalkan secarik kertas dengan bagasi Dreamland. Intinya, dia meminta maaf dan merasa takut tertinggal pesawat, sehingga terpaksa meninggalkan Dreamland. Padahal waktunya masih sangat cukup dan Dreamland sengaja mempercepat langkah karena mau membantu, tetapi beliau malah pergi entah ke mana. 
            Petugas Free Singapore Tour pun ngomel karena barang bawaan yang mencurigakan dan ditinggalkan seperti ini harus segera dilaporkan ke polisi, kalau tidak dia akan disalahkan karena menyimpan barang Dreamland. Dreamland pun mengucapkan permintaan maaf dan terima kasih atas insiden ini. Dreamland pun tidak tahu lagi ke mana harus mencari dan membantu TKW yang kebingungan tersebut.
            Hal ini setidaknya menjadi contoh bahwa TKI ini selama ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya bimbingan dari pemerintah. Mereka dilepas untuk mencari uang di negara lain. Baru deh berkoar-koar kalau saja ada yang mau dihukum mati, pancung, atau disiksa majikannya karena kesal pembokatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak ada pembekalan keterampilan dan kemampuan bahasa yang memadai membuat TKI-TKI kita kebingungan ke mana harus melangkah dan berbuat.
            Pertemuan singkat TKW di bandara ini saja sudah menjadi contoh bahwa mereka dibiarkan berjalan sendiri, hanya dibelikan tiket pesawat, tanpa tahu ke arah mana kaki mereka akan melangkah selanjutnya.

~ oOo ~

Thursday, May 29, 2014

Act Like Local People

Dreamland Traveller Moment


Act Like Local People
            Tatkala Dreamland berwisata di Malaysia, tak jarang Dreamland dikira orang Malaysia karena kerapkali menggunakan Bahasa Indonesia tatkala bertanya atau membayar sesuatu. Dalam Kota Kinabalu Trip misalnya, Dreamland hanya membayar tarif kompleks Tunku Abdul Rahman Park seharga RM 3 saja. Bayangkan kalau Dreamland sampai diidentifikasi turis asing harus membayar RM 10. Petugasnya pun menanyakan “you Malaysia right?” dan tidak banyak tanya langsung memberikan tarif masyarakat lokal.
            Demikian juga saat Dreamland berada pada Kuching Trip, sayangnya Dreamland keceplosan saat membayar tarif masuk Bako National Park. Jadi deh terkena tarif 20 RM sama seperti bule. Hiks… Tapi semua itu tidak terulang karena saat naik perahu, Dreamland dapat tarif masyarakat lokal, yakni 15 RM per orang dibandingkan bule 20 RM. Coba saja kalau tarif masuknya bisa dijadikan lokal, maka akan menghemat 10 RM. 
            Penting rasanya bagi kita untuk menjadi orang lokal dalam setiap wisata yang kita lakukan. Sebagai orang asing yang diidentifikasi orang lokal, kita takkan ditandai oleh orang yang berniat jahat untuk menipu kita. Tak hanya itu, tarif masyarakat lokal pun dapat kita peroleh dan tentunya menghemat biaya yang harus kita keluarkan. Masyarakat lokal pun cenderung lebih welcome dan ramah pada kita karena dianggap sesamanya.
 


            Tidak rugi rasanya menjadi seperti orang lokal karena harga barang-barang yang kita beli pun tidak akan dimark up setinggi langit, tapi disesuaikan dengan harga yang mereka berikan pada orang lokal. Kita pun jadi tahu kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat tanpa ditutup-tutupi oleh kebohongan yang selama ini dikemas dalam bentuk tur secara elegan dan tertata dengan rapi.

~ oOo ~

Wednesday, May 28, 2014

Great View, Great Iconic

Dreamland Traveller Moment


Great View, Great Iconic
            Indonesia mempunyai banyak potensi wisata alam yang unik, menarik, dan memukau. Sayangnya pemerintah yang tidak mampu mengemas potensi pariwisata ini dengan baik membuat wisata alam di Indonesia kalah pamor dibandingkan wisata alam di negara tetangga. Salah satunya adalah Kota Kinabalu. Sebagai kota yang terletak dekat dengan pantai dan gunung, Kota Kinabalu adalah kota yang sangat strategis dan mempunyai nilai tambah yang besar dalam bidang pariwisata.
            Hal ini Dreamland lihat dari pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Kinabalu. Pemerintah membuat dermaga yang sangat apik dengan lanskap pedestrian kayu yang sangat rapi. Hal ini membuat tampilan Kota Kinabalu menjadi sangat fotogenik dan bagus untuk difoto. Berbeda dengan di Indonesia, di mana sampah dan tanaman liar menjadi pemandangan nyata yang terlihat dalam lokasi wisata yang dikunjungi. 
            Keseriusan pemerintah Malaysia inilah yang seharusnya diadaptasi oleh pemerintah Indonesia dalam mengelola pariwisata kita. Rasanya tidak hina dan membuat harga diri kita runtuh jika mengakui memang pariwisata negara jiran lebih maju dibandingkan Indonesia. Selama ini, kita terlalu percaya diri bahwa kita mempunyai segalanya, tapi segalanya itu dibiarkan begitu saja tanpa dikelola dengan benar. Akibatnya, semua wisata alam yang ada menjadi sembraut dan tidak tertata dengan rapi. Ujung-ujungnya turis ogah datang kembali ke Indonesia.
            Wisata kuliner pun ditata sedemikian rupa, sehingga pemilik usaha restoran pinggir pantai pun menjadi pusat keramaian malam di Kota Kinabalu. Kita bisa mencicipi kelezatan makanan seafood khas Kota Kinabalu dengan mudah, tanpa harus pergi ke restoran fine dining. Satu hal lagi, pemandangan kota yang bisa dilihat di Signal Hill Observatory pun dikelola secara apik, sehingga kita bisa duduk bersantai sambil melihat pemandangan Kota Kinabalu dari atas. Benar-benar patut diacungi jempol.

            Semoga saja pemerintah Indonesia yang baru bisa berbenah agar pariwisata di tanah air bisa memberikan kontribusi bagi pemasukan devisa negara kita. Ingat, great view juga harus diimbangi dengan great iconic dengan pengelolaan yang baik dari pemerintah.


~ oOo ~