Tuesday, September 30, 2014

Senangnya Berjalan di Sydney

Dreamland Traveller Moment


Senangnya Berjalan di Sydney
            Sydney boleh dikatakan kota yang ramah terhadap pejalan kaki. Tatkala Dreamland memulai perjalanan di Sydney, Dreamland melintasi begitu banyak destinasi dengan berjalan kaki. Dreamland melihat trotoar yang ada di Sydney sangatlah lebar dan luas dibandingkan porsi jalan raya, sehingga pejalan kaki dapat berjalan dengan nyaman. Tak hanya itu, burung-burung pun bebas beterbangan dan diam di trotoar tanpa takut ditangkap manusia. 
            Penduduk Sydney berjalan santai melintasi jalanan dengan rileks tanpa perlu takut ditabrak kendaraan. Belum lagi trotoar jalan Sydney sangatlah bersih dan rapi, sehingga kita nyaman berjalan tanpa menghirup bau sampah yang menumpuk. Kawasan Central yang menjadi lokasi backpacker pun mempunyai trotoar yang sangat luas, sehingga kita sangat nyaman berjalan tanpa perlu berdesak-desakan satu sama lain.
            Kondisi ini tentu sangat berbeda jauh dengan kota besar di Indonesia, di mana porsi trotoar untuk pejalan kaki sangatlah kecil. Belum lagi ada pedagang kaki lima, parkir motor, dan jalan berlubang membuat pejalan kaki menjadi tidak nyaman. Alhasil, penduduk Indonesia jadi malas jalan kaki dan memilih naik kendaraan bermotor karena jauh lebih nyaman. Trotoar yang seyogianya diperuntukkan untuk pejalan kaki, justru fungsinya menjadi beraneka ragam. 
            Sebagai negara yang masih berkembang, memang menjadikan kota sebagai tempat yang layak huni merupakan PR yang besar. Perlu ada kesepahaman tekad antara pemerintah dan warga agar lingkungan yang nyaman itu bisa terwujud. Pemerintah menyediakan infrastruktur yang baik, warga pun harus berpartisipasi dalam menjaga fasilitas yang diberikan agar bisa dinikmati oleh seluruh warga.
            Jangan sampai apa yang sudah dibangun pemerintah, justru malah dirusak oleh masyarakatnya sendiri secara bar-bar. Tempat sampah portable dicuri besinya untuk dikilo, belum lagi dinding dicorat-coret, tanaman indah dipetik, dan lain sebagainya. Kalau sudah begini kan sia-sia. Jangan hanya menuntut, tapi juga harus bisa mengendalikan diri agar apa yang sudah dibangun dengan baik bisa tetap eksis dan dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
            Semoga saja ada langkah perbaikan yang nyata dari pemerintah kota besar di Indonesia agar trotoar bisa dibangun secara luas dan nyaman bagi pejalan kaki, sehingga orang Indonesia tidak malas berjalan kaki karena alasan ketidaknyamanan ini.

~ oOo ~

[Macau] Indahnya Las Vegas Asia di Macau

Kali ini, saya akan melakukan perjalanan secara mandiri ke Macau via Hong Kong. Awalnya saya ingin langsung pergi ke ferry terminal dari Shenzhen saja biar tidak capek, namun visa group saya sudah disetting untuk keluar dari imigrasi yang sama, sehingga menyulitkan saya untuk leluasa dan fleksibel keluar masuk Shenzhen. Langsung saya menaiki MTR dari Lo Wu Station menuju ke Kowloon Tong Station, kemudian berganti jalur ke Mong Kok Station, dilanjutkan menuju ke Central Station, dan terakhir berhenti di Sheung Wan yang paling dekat dengan ferry terminal Hong Kong.

Petunjuk jalan di Hong Kong ini sangat jelas, sehingga memudahkan kita untuk mengakses berbagai tempat wisata tanpa perlu kesasar. Setelah turun dari MTR dan mengikuti petunjuk jalan menuju terminal ferry yang akan membawa saya ke Macau. saya pun langsung naik ke lantai atas untuk pergi ke konter Turbojet dan membeli tiket ke Macau. Harga tiket yang saya dapatkan adalah 159 HKD sekali jalan.

Saya mendapatkan ferry pukul 13.45, sehingga harus menunggu selama 1 jam. Saya makan siang terlebih dahulu, kemudian akhirnya setelah selisih waktu 30 menit, saya melewati konter pemeriksaan Turbojet dan imigrasi Hong Kong tanpa dicap. Setelah itu, menunggu sebentar dan naik ke ferry yang setting dalamnya mirip seperti pesawat. Sangat amat nyaman dan boleh dikatakan cukup mewah. Perjalanan selama 1 jam pun terasa cukup lama karena ombang ambing ombak yang cukup deras. Hal ini juga yang membuat saya agak kurang sehat dan hampir mau muntah akibat mabuk laut.

Sesampainya di Macau, saya langsung keluar dari ferry dan menjalani prosedur imigrasi seperti biasa. Hanya saja ada yang berbeda dengan imigrasi Macau, yakni bahasa Portugis mulai dipakai di sini sebagai petunjuk arah maupun jalan. Setelah melewati imigrasi dengan diberikan selembar kertas, saya pun akhirnya tiba di gedung ferry Macau. Sebelumnya karena saya membawa barang bawaan, saya menitip dulu di bagasi besi seharga 25 MOP atau setara dengan 25 HKD.


Setelah itu, baru saya keluar dari gedung ferry menuju shuttle bus yang terletak di seberang. Uniknya Macau adalah kasino Macau yang besar menyediakan bus gratis dari dan ke terminal ferry menuju kasino masing-masing. Sangat amat lumayan untuk menghemat ongkos transportasi. Nah saya langsung mengambil bus Venetian Macau karena ingin melihat kasino yang paling tersohor di Macau akibat kanal buatannya.


Setelah naik bus, tak lama kemudian bus pun jalan melintasi gedung kasino yang megah dan jembatan layang menuju pulau lain di Macau. Sesampainya di Venetian, saya pun turun dan melihat kasino megah ini tak ubahnya pasar akibat banyaknya orang di sini. Tamu yang check-in jumlahnya ribuan dan bejibun dari China Daratan sebagian besar. saya pun masuk dan berjalan-jalan melihat apa yang istimewa dari The Venetian ini.
   
Mal yang ada dalam kasino The Venetian ini boleh dikatakan sama seperti yang ada di Plaza Indonesia atau Grand Indonesia atau Pasific Place di Jakarta. Selain itu, saya juga berfoto di kanal buatan yang ada di lantai 5 The Venetian. Cukup unik ya melihat nuansa kota Venesia mini dengan adanya wahana ini. Langit-langitnya biru sama seperti di Kidzania Pacific Place yang pernah saya mainkan waktu kecil. Pendayung perahu sampannya orang Portugis atau barat kebanyakan sehingga memberi nuansa ada di luar negeri. Sangat unik memang.
   
Setelah puas berjalan-jalan di The Venetian melihat kanal dan mal mewah di sini, saya pun berjalan kaki sangat jauh untuk kembali ke pintu awal The Venetian. Setelah bingung akan arah dan tujuan ke Senado Square yang tidak disediakan The Venetian, saya pun berjalan ke kasino tetangganya, yakni Galaxy Casino. Rupanya Galaxy Casino menyediakan bus menuju lokasi yang dekat kota, sehingga saya pun menggunakan jasa bus dari Galaxy ini. Untung saja saya tidak pakai jasa bus berbayar karena akan sangat membingungkan dan menguras kantong.
   
Sesampainya di pusat kota Macau, saya segera berjalan mengikuti petunjuk arah menuju Senado Square. Rupanya Senado Sqaure sangat mudah diakses dari sini. Senado Square itu ibarat alun-alunnya Macau. Setelah itu, saya berjalan melewati bangunan khas Portugis yang sebagian besar menjual kue telur Portugis yang sangat terkenal itu. saya langsung melintasi berbagai lorong yang sempit dan cukup membingungkan menuju ikon dari Macau sendiri, yakni Ruins of St. Paul’s yang merupakan reruntuhan gereja semasa penjajahan Portugis di Macau.
   
Setelah berfoto-foto, saya berjalan ke benteng yang ada di sebelah Ruins of St. Paul’s ini, yakni Mount Fortress. Benteng pertahanan kuno ini dapat dikatakan biasa-biasa saja dan hanya ada properti meriam yang ada didepannya. Sesudah itu berhubung kaki saya sudah sangat capek, saya pun berjalan turun dari kawasan Ruins of St. Paul’s menuju ke Senado Square kembali dilanjutkan ke mal New Yaohan yang terletak tepat di seberang bus stop dari Galaxy Hotel. Sebelumnya saya makan malam terlebih dahulu di salah satu gerai makanan yang ada di pinggir jalan.
   
Saya hanya membeli beberapa oleh-oleh Macau di sini, kemudian langsung turun dan menuju ke bus stop untuk menunggu bus yang akan membawa saya kembali ke Galaxy Casino. Sepanjang jalan, saya melihat gemerlap semua kasino di Macau yang memancarkan lampu-lampu eksotis ibarat berada di Las Vegas. Tak ketinggalan ada juga Macau Tower yang dilewati bus. Sesampainya bus, saya langsung naik dan duduk di kursi yang tersedia. Kemudian saya pun akhirnya sampai kembali di Galaxy Casino. saya masuk sejenak untuk berfoto dengan properti Smurf yang ada, kemudian pergi ke toilet. Setelah itu, saya mencari bus yang menuju Macau Ferry Terminal dari sini.
   
Sampai di Macau Ferry Terminal, saya membeli tiket pulang ke Hong Kong. Perlu diperhatikan bahwa ada 2 terminal ferry di Hong Kong, yakni di Kowloon dan Hong Kong. Jika tujuan Anda lebih dekat di Kowloon, pilihlah Kowloon. Demikian sebaliknya. Harga tiket malam hari jauh lebih mahal dibandingkan siang hari, yakni 184 HKD. Sesampainya di Hong Kong, mata uang Macau Patacas sudah tidak berlaku, sehingga disarankan untuk ditukarkan secukupnya.

Catatan:

- Macau menggunakan 2 mata uang sebagai alat transaksi yang sah, yakni Hong Kong Dollar (HKD) dan Macau Patacas (MOP).

- Nilai 1 MOP setara dengan 1 HKD.

- Macau adalah negara yang sarat dengan kasino karena hampir sebagian besar wilayahnya adalah kasino.

- Banyak sekali peninggalan bersejarah di Macau yang bisa dikunjungi, mulai dari Ruins of St. Paul’s, A-Ma Temple, St. Dominic’s Church, Senado Square, St. Anthony’s Church, dan masih banyak lainnya.

- Oleh-oleh terkenal dari Macau adalah Portuguese Egg Tarts.

- Transportasi di Macau sangat mudah dengan menggunakan jasa bus gratis dari berbagai kasino mewah yang ada di Macau.

- Pastikan untuk menukar MOP secukupnya karena hanya dapat digunakan di Macau saja, sementara HKD bisa digunakan di Macau.

- Kasino paling terkenal yang wajib dikunjungi di Macau adalah The Venetian.

Monday, September 29, 2014

Melihat Bangunan Kuno Sebagai Aset Bangsa

Dreamland Traveller Moment


Melihat Bangunan Kuno Sebagai Aset Bangsa
            Tatkala Dreamland baru saja tiba di Sydney, Dreamland langsung dijemput keluarga Dreamland untuk menuju ke rumahnya di kawasan Burwood. Sepanjang perjalanan, Dreamland melihat begitu banyak bangunan kuno yang terpelihara dengan baik di Sydney. Uncle menjelaskan bahwa bangunan kuno di Sydney tidak boleh dihancurkan karena mengandung unsur historis yang berharga oleh pemerintah. Jika dihancurkan, maka akan dikenai denda yang sangat besar. Dreamland sangat terpukau melihat kemegahan bangunan kuno yang dipertahankan dengan baik.
            Tak hanya itu, tatkala Dreamland menjelajahi kawasan The Rocks di malam hari, Dreamland merasa dibawa melihat sebuah film kehidupan Barat di era 90’an. Butik, toko, dan rumah makan berjejer dengan rapi di kumpulan bangunan kuno yang bernilai historis. Kawasan yang boleh dikatakan Braganya Sydney ini benar-benar sangat memperhatikan kelestarian dan keindahan bangunan kuno agar tidak hancur dimakan usia dan zaman. Benar-benar sangat patut diacungi jempol.
            Tentu ironis rasanya melihat apa yang ada di Sydney justru berbalik 180 derajat dengan apa yang terjadi di Bandung. Pemerintah justru merusak dan menghancurkan bangunan kuno untuk diganti dengan bangunan modern. Alhasil, justru hotel dan mal yang menggantikan keberadaan bangunan kuno di Braga. Padahal alasan utama turis datang ke Bandung adalah untuk melihat bangunan kuno peninggalan Belanda yang masih tersisa di Bandung. Pemerintah malah melihat aspek komersial belaka, tanpa memperhatikan nilai historis dari bangunan kuno yang ada.
            Belum lagi jalan Braga yang seharusnya menjadi jalan pedestrian justru dilintasi kendaraan bermotor hingga bata-bata yang menyusunnya menjadi cepat rusak. Akibatnya warisan sejarah di Bandung lambat laun menjadi rusak dan tidak lagi menarik untuk dikunjungi wisatawan asing, khususnya orang Belanda yang ingin tahu bagaimana sejarah nenek moyang mereka ketika menjajah Indonesia dulu.
            Mungkin pemerintah Bandung harus belajar bagaimana caranya merawat bangunan kuno agar tetap terlihat asli dan seperti pada zamannya dari Sydney. Mereka bukan hanya mempertahankan, tetapi juga merawat bangunan kuno agar tetap eksis. Wajar kalau turis datang berbondong-bondong ke Sydney karena bisa merasakan nuansa masa lampau yang kental di sini. Turis bisa berfoto dengan latar belakang bangunan kuno yang eksotis dan konvensional.
            Sudah seyogianya pemerintah Bandung melihat bangunan kuno sebagai aset bangsa yang tidak ternilai harganya. Suatu bangunan menjadi bernilai sejarah bukan karena modern dan futuristik, melainkan bangunan itu pernah ada dan menjadi saksi bisu kehidupan di masa lampau. Kesadaran akan penghargaan terhadap masa lampau inilah yang perlu ditanamkan agar bangunan kuno tidak serta merta dilihat sebagai objek yang tidak berguna dan menghasilkan devisa.
            Justru keberadaan bangunan kuno inilah yang menjadi alasan bagi turis untuk datang dan berkunjung ke Bandung. Semoga saja pemerintah semakin peduli terhadap keberadaan bangunan kuno dan tidak semata-mata mementingkan aspek komersial belaka saja.

~ oOo ~

Sunday, September 28, 2014

Luasnya Bandara klia2 Kuala Lumpur

Dreamland Traveller Moment


Luasnya Bandara klia2 Kuala Lumpur
            Kalau ada bandara yang sanggup membuat kita kita gempor karena saking jauh dan luasnya, bisa jadi bandara klia2 di Kuala Lumpur salah satunya. Sebagai bandara baru yang menggantikan markas AirAsia di LCCT, bandara klia2 memang mempunyai fasilitas dan bangunan yang jauh lebih megah dibandingkan dengan LCCT. Berbagai restoran, produk branded, dan toko lainnya ikut meramaikan suasana bandara klia2 yang baru saja dioperasikan bulan Mei 2014 lalu.
            Begitu Dreamland mendarat di Kuala Lumpur setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, Dreamland sangat terpukau melihat kemegahan bandara klia2 ini. Kita tidak lagi berjalan kaki untuk mencapai bangunan terminal bandara, tetapi menggunakan garbatara. Selain itu, ada juga water fountain yang bisa kita gunakan untuk minum secara gratis. Sayangnya, jarak antara tempat parkir pesawat dengan terminal kedatangan itu jauhnya bukan main. 
            Dreamland harus berjalan kurang lebih 15 menit sebelum akhirnya bisa mencapai konter imigrasi. Itu pun harus melewati lorong yang sangat panjang dan naik turun eskalator. Berbeda dengan LCCT yang jauh lebih praktis karena langsung terhubung dengan imigrasi begitu memasuki terminal bandara. Sesampainya di imigrasi, tentu kaki Dreamland jadi sangat pegal karena jaraknya yang jauh.
            Begitu keluar imigrasi, Dreamland langsung disambut dengan konter duty free dan tempat baggage claim yang modern. Tak lupa ada pemeriksaan bagasi terlebih dahulu, sebelum akhirnya keluar menuju mal gateway@klia2. Mal bandara yang terbilang baru ini boleh dikatakan tidak pernah sepi oleh pengunjung. Penumpang yang menunggu keberangkatan tak jarang menghabiskan waktunya dengan menikmati kuliner atau duduk santai di mal. Pokoknya bandara klia2 ini super komplit dan modern.
            Saking luas dan besarnya bandara klia2, kita pun harus punya manajemen waktu yang baik karena risiko ketinggalan pesawat pun semakin besar. Jika kita datang mepet, kita harus berlari dari mal gateway@klia2 menuju konter keberangkatan. Setelah itu, kita harus menuju konter verifikasi dokumen, baru kita bisa melewati imigrasi dan pemeriksaan bagasi kabin tahap 1. 
            Nah perjalanan menuju pintu keberangkatan pesawat inilah yang memakan waktu hingga 10 menit karena kita harus berjalan 800 m menuju ruang satelit. Setelah itu, kita harus belok ke kiri atau kanan tergantung di mana letak pintu keberangkatan pesawat kita. Kita pun masih harus berjalan dan melewati pemeriksaan bagasi kabin tahap ke-2 sebelum akhirnya mencari ruangan yang dituju. Pokoknya semua proses ini bisa memakan waktu 1 – 1,5 jam kalau kondisi bandara ramai.




           Jangan sampai karena tergoda lihat toko belanja dan oleh-oleh, kita malah terlena dan lupa jam keberangkatan. Apalagi bandara klia2 sangat sibuk karena penerbangan AirAsia yang padat dan jam keberangkatan antar destinasi saling berdekatan waktunya satu sama lain. Satu hal yang pasti, meskipun bandara klia2 jauh lebih bagus, mewah, dan megah, tapi Dreamland merindukan LCCT yang simpel dan cepat dalam proses imigrasi dan segala sesuatunya agar tidak menghabiskan banyak waktu liburan berharga di bandara.

~ oOo ~