Friday, October 31, 2014

Day 8 : Konnichiwa Tokyo dan Show Time

Dreamland Traveller


Day 8 : Konnichiwa Tokyo dan Show Time
            Sedih rasanya mengetahui bahwa pagi ini adalah pagi terakhir Dreamland berada di Akita. Dreamland segera berkemas, sarapan pagi, dan bersiap-siap untuk naik bus menuju stasiun Tazawa-ko. Perjalanan menuju stasiun Tazawa-ko ini memakan waktu 30 menit. Sesampainya di stasiun Tazawa-ko, kami langsung turun menuju ke stasiun untuk mengantri tiket shinkansen di stasiun ini. Sebelumnya kami berfoto dengan berbagai ornamen yang ada stasiun untuk mengabadikan berbagai momen yang ada.
            Tak terasa shinkansen pun tiba di stasiun Tazawa-ko. Kami pun langsung mengantri dengan tertib di peron dengan membawa barang bawaan kami. Tak lupa kami mengucapkan salam perpisahan dengan petugas JICE Akita yang dengan setia mendampingi kami selama berada di Akita. Kami pun langsung menuju tempat duduk yang telah ditentukan dan duduk sembari melihat stasiun Tazawa-ko untuk terakhir kalinya.
            Pintu shinkansen pun ditutup tepat pukul 09.08 dengan tujuan akhir Stasiun Tokyo. Seperti perjalanan awal, kami menikmati naik shinkansen dengan tertidur pulas karena masih mengantuk, melihat petugas yang mondar mandir berjualan barang-barang di kereta, serta pergi ke toilet yang mewah untuk ukuran kereta. Seperti biasa, kecepatan shinkansen sangatlah cepat pada jalur-jalur tertentu, sehingga jarak ratusan kilometer pun dapat ditempuh dengan mudah dan cepat.
            Sesampainya di stasiun Tokyo pada pukul 12.04, kami langsung berjalan melewati kerumunan orang yang menyemut di Stasiun Tokyo menuju tempat parkir bus. Alangkah terkejutnya Dreamland melihat tarif parkir yang sangat amat mahal. Hal ini akan Dreamland bahas lebih lanjut dalam Dreamland Traveller Moment. Saat Dreamland berjalan, rupanya badai sedang menyerang Tokyo dari kawasan Okinawa, sehingga rombongan diminta berhati-hati saat berjalan.
            Sesudah masuk ke dalam bus, kami langsung diantar menuju lokasi presentasi di Tokyo Fashion Town Building. Bangunan ini boleh dikatakan futuristik dan sangat megah. Kami diantar ke lantai 9 ruangan 906 untuk melakukan presentasi final dihadapan perwakilan Kementerian Luar Negeri Jepang. Sebelum presentasi kami diberi kesempatan untuk makan siang terlebih dahulu karena perut yang sudah keroncongan dan sangat amat lapar.
            Setelah makan siang, acara presentasi pun dimulai. Kami memulai urutan presentasi dari Grup A hingga D secara berurutan. Secara keseluruhan, kami membahas bagaimana peran media, budaya, dan tradisi Jepang terhadap kehidupan masyarakat yang dibandingkan dengan Indonesia. Secara umum, presentasi sangat menarik dan interaktif karena disajikan dengan media video dan power point yang dinamis dan aktif.
            Sehabis presentasi, kami dibagikan piagam penghargaan telah mengikuti rangkaian acara JICE di Tokyo dan Akita secara baik selama 1 minggu lebih. Tak hanya itu, kami juga harus berpisah dengan para koordinator yang telah mendampingi kami selama ini. Kami pun ditegaskan kembali oleh panitia untuk tidak diperkenankan keluar malam dari hotel mengingat badai akan segera datang dari Kyushu dan Okinawa pada malam ini. Badai yang dirasakan akan datang ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment.
            Kami pun langsung diantar ke mall Daici dekat hotel untuk waktu bebas berbelanja dan makan malam di restoran Sakura Suisan. Berhubung kuota bagasi Japan Airlines adalah 2 koper dengan berat maksimal 23 kg, jadilah Dreamland membeli koper karena kelebihan muatan di koper. Hehehe… Setelah puas berbelanja, berjalan-jalan, dan berwisata, akhirnya kami diantar kembali ke hotel naik bus.
            Sesampainya di hotel, kami dibagi kunci kamar dengan rekan sekamar layaknya malam pertama di Tokyo. Setelah itu, kami membereskan semua barang bawaan, beristirahat, bercengkrama, dan berdiskusi terakhir kalinya sebelum besok akan meninggalkan Jepang. Sedih sekali rasanya.
            Dreamland pun menghabiskan malam di Hotel Emion Tokyo Bay dengan tidur untuk mempersiapkan diri esok hari dalam pulang kembali ke Jakarta. Sedih rasanya rangkaian acara JENESYS 2.0 harus berakhir dengan sangat singkat.

Akita, Tokyo, 13 Oktober 2014

Dreamland Traveller

Catatan:
- Jepang menggunakan mata uang Japanese Yen (JPY) sebagai mata uang yang sah.
- Nilai 1 JPY saat Dreamland melakukan perjalanan adalah 115 IDR.
- Jepang mempunyai 4 musim yang berbeda setiap tahunnya, harap sesuaikan pakaian yang dibawa dengan musim yang ada.
- Setiap produk yang dibeli di Jepang dikenakan pajak konsumsi sebesar 8%.
- Hingga saat ini, WNI yang melakukan perjalanan ke Jepang harus mengajukan visa ke Kedutaan Jepang.
- Kota wisata yang terkenal di Jepang, antara lain Tokyo, Osaka, Kyoto, dan lain sebagainya.
- Transportasi yang unik di Jepang adalah shinkansen yang mempunyai kecepatan hingga 320 km/jam.
- Jepang terkenal sebagai negara yang mempunyai vending machine terbanyak di dunia dengan banyaknya variasi barang yang dijual.
- Perhatikan jenis sampah yang dibuang harus sesuai dengan kategori tong sampah yang diminta.
- Aktivitas yang bisa dilakukan di Jepang adalah onsen di pemandian umum, berjalan kaki di keramaian Tokyo, belanja di Daiso atau toko 100 Yen, dan berbagai macam aktivitas lainnya.
- Umumnya orang Jepang tidak bisa berbahasa Inggris, pastikan untuk mengetahui berbagai istilah dasar agar tidak kesulitan ketika bertanya.
- Orang Jepang adalah orang yang sangat ramah, suka menolong, dan perhatian terhadap turis asing.
- Patuhi aturan yang ada di Jepang agar kita bisa menikmati liburan di Jepang secara aman dan maksimal.
- Waktu di Jepang mempunyai perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta (GMT + 9).

~ oOo ~

Thursday, October 30, 2014

Day 7 : Sayonara Homestay dan Workshop yang Melelahkan

Dreamland Traveller


Day 7 : Sayonara Homestay dan Workshop yang Melelahkan
            Tiba saatnya bagi Dreamland dan teman-teman untuk berpisah dengan keluarga homestay. Sebelum benar-benar berpisah, Gen-san memberi kami hadiah berupa jalan-jalan terakhir kalinya ke air terjun yang ada di Senboku. Dengan menggunakan mobil, perjalanan menuju kawasan air terjun ini memakan waktu 25 menit. Sesampainya di lokasi, kami langsung berjalan menyusuri jalan setapak menuju lokasi air terjun. Tak lupa tentunya kami berfoto sepanjang perjalanan.
            Dreamland bertemu dengan banyak turis lokal di sini. Mereka menghabiskan waktu dengan berjalan kaki santai. Umumnya pengunjung dari air terjun Senboku ini adalah kaum manula yang sedang menikmati masa tua. Satu fenomena yang Dreamland temukan tatkala menatap wajah orang Jepang adalah mereka langsung memalingkan wajah ke arah lain atau menunduk. Entahlah mereka tidak terbiasa menatap muka orang lain dan memilih untuk melihat ke arah lain.
            Perjalanan menuju air terjun ini sendiri memakan waktu 20 menit dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Kami harus melewati berbagai pepohonan, lembah, jembatan, sebelum akhirnya benar-benar sampai ke air terjun tersebut. Satu hal yang lucu adalah Dreamland harus menggunakan bahasa tarzan untuk meminta tolong orang yang berkunjung mengambilkan foto untuk Dreamland. Setelah melihat air terjun sekilas, kami pun kembali ke mobil dengan berjalan kaki.
            Kami pun langsung beranjak dari lokasi wisata ini menuju ke rumah untuk mengambil semua barang bawaan kami. Di rumah, kami disambut hangat oleh istri Gen-san dan nenek Sakayama yang memeluk kami dengan hangat. Sedih rasanya harus berpisah, walau bagaimanapun kami harus meneruskan kegiatan selanjutnya yang masih tersisa di Jepang. Dengan lambaian tangan, kami pun berpisah dengan keluarga Sakayama dengan diantar Gen-san menuju lokasi pertemuan di Grandeaile Garden.
            Panitia membuatkan acara perpisahan, di mana kami bisa mempersembahkan tarian atau nyanyian untuk keluarga homestay. Tak hanya itu, kami juga tertawa dan gembira bersama sebelum akhirnya benar-benar berpisah. Ada teman yang sampai menangis terharu karena kebaikan dari keluarga yang menjadi tempat homestay mereka. Tentunya kenangan yang didapat dari teman yang ditempatkan dalam keluarga yang berbeda tidak sama dengan keluarga lainnya. Satu hal yang pasti adalah kami benar-benar mengenal seperti apa orang lokal Jepang itu sebenarnya.
            Setelah menikmati jamuan makan siang yang nikmat dan berpisah dengan keluarga homestay, kami pun langsung diarahkan menuju bus untuk menginap di hotel tradisional Jepang yang berbau belerang, yakni Highland Hotel Shunjuan Sanso. Perjalanan menuju hotel ini memakan waktu 1 jam. Sesampainya di hotel, kami langsung diminta membawa seluruh barang bawaan dan menata kembali koper kami untuk dibawa ke Tokyo.
            Sesudah menata koper dan beristirahat sejenak di kamar, kami pun langsung berkumpul ke ruang pertemuan bawah untuk berdiskusi soal proyek apa yang akan dilakukan setelah kunjungan ke Jepang ini. Sebagai info, Dreamland kali ini sekamar dengan 5 orang, yakni Alif, Irfan, Ilham, Farid, dan Jodi. Kami membahas tentang langkah-langkah strategis apa saja yang bisa dilakukan sesudah kunjungan ke Jepang yang sangat menarik dan berkesan ini.
            Workshop yang dilakukan ini cenderung kurang efektif karena banyaknya orang yang berpartisipasi, yakni 25 kepala dan rata-rata setiap orang mempunyai pikirannya masing-masing. Singkat kata, diskusi dilanjutkan di kamar karena ruang pertemuan akan digunakan rombongan lainnya. Berhubung jumlah kelompok yang banyak membuat banyak orang yang asyik melakukan kegiatannya masing-masing, mulai dari main HP, mengobrol, bahkan tertidur karena kurang dilibatkan.
            Diskusi pun ditunda dengan acara makan malam terlebih dahulu. Kemudian kami melanjutkan diskusi di lobby berhubung tersedianya akses Wi-Fi. Tak lupa Dreamland mengisi waktu sambil berjalan-jalan sekitar hotel untuk membeli oleh-oleh. Sayangnya lokasi hotel tradisional ini terpencil, sehingga menyulitkan untuk pergi ke suatu tempat secara mudah. Malam pun semakin larut dan diskusi pun dilanjutkan di kamar.
            Mengingat suasana diskusi yang monoton, salah satu anggota kelompok, yakni Dian justru menceritakan pengalaman bertemu di hantu di kampus dan tempat kerja. Jadilah teman yang sudah tertidur, yakni Irfan terbangun dan ketakutan sendiri. Suasana diskusi yang jadinya mencekam ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Singkat kata, diskusi berlanjut sampai pukul 2 pagi dan akhirnya kami semua tertidur karena kecapekan.
            Sedih rasanya harus berpisah dengan keluarga Sakayama dan besok kami akan segera kembali ke Tokyo untuk mempresentasikan temuan apa saja yang sudah kami peroleh selama berada di Jepang.

Senboku, Akita, 12 Oktober 2014

Dreamland Traveller

Catatan:
- Jepang menggunakan mata uang Japanese Yen (JPY) sebagai mata uang yang sah.
- Nilai 1 JPY saat Dreamland melakukan perjalanan adalah 115 IDR.
- Jepang mempunyai 4 musim yang berbeda setiap tahunnya, harap sesuaikan pakaian yang dibawa dengan musim yang ada.
- Setiap produk yang dibeli di Jepang dikenakan pajak konsumsi sebesar 8%.
- Hingga saat ini, WNI yang melakukan perjalanan ke Jepang harus mengajukan visa ke Kedutaan Jepang.
- Kota wisata yang terkenal di Jepang, antara lain Tokyo, Osaka, Kyoto, dan lain sebagainya.
- Transportasi yang unik di Jepang adalah shinkansen yang mempunyai kecepatan hingga 320 km/jam.
- Jepang terkenal sebagai negara yang mempunyai vending machine terbanyak di dunia dengan banyaknya variasi barang yang dijual.
- Perhatikan jenis sampah yang dibuang harus sesuai dengan kategori tong sampah yang diminta.
- Aktivitas yang bisa dilakukan di Jepang adalah onsen di pemandian umum, berjalan kaki di keramaian Tokyo, belanja di Daiso atau toko 100 Yen, dan berbagai macam aktivitas lainnya.
- Umumnya orang Jepang tidak bisa berbahasa Inggris, pastikan untuk mengetahui berbagai istilah dasar agar tidak kesulitan ketika bertanya.
- Orang Jepang adalah orang yang sangat ramah, suka menolong, dan perhatian terhadap turis asing.
- Patuhi aturan yang ada di Jepang agar kita bisa menikmati liburan di Jepang secara aman dan maksimal.
- Waktu di Jepang mempunyai perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta (GMT + 9).

~ oOo ~

Wednesday, October 29, 2014

Day 6 : 24 Jam Bersama Keluarga Sakayama

Dreamland Traveller


Day 6 : 24 Jam Bersama Keluarga Sakayama
            Setelah melewati malam pertama bersama keluarga angkat, hari ini kami diajak jalan-jalan dan beraktivitas bersama keluarga Sakayama. Pagi hari, kami diajak mengantar si kecil Shinsuke yang merupakan anak dari Gen-san ke tempat taman kanak-kanak. Unik rasanya melihat taman kanak-kanak yang menyerupai sekolah Shinchan. Hehehe… Setelah itu, kami kembali ke rumah untuk bersiap-siap menuju objek wisata yang ada di Senboku, yakni Danau Tazawa.
            Danau Tazawa ini mempunyai panorama yang sangat memukau dan indah. Perjalanan dari rumah menuju Danau Tazawa ini memakan waktu 10 menit. Setelah parkir mobil, kami pun langsung mengeksplorasi Danau Tazawa dari atas. Kami langsung berjalan cross country dan mengelilingi situs yang ada di penginapan dekat Danau Tazawa ini. Setelah puas, kami langsung dibawa menuju patung Putri Tatsuko-hime.
            Kami harus memakan waktu selama kurang lebih 20 menit untuk sampai di lokasi ini. Sesampainya di Danau Tazawa bagian bawah, kami langsung berfoto dan memberi makan ikan yang bergerak dengan lincah. Air danaunya sangat jernih dan bersih. Kesadaran orang Jepang dalam menjaga lingkungan akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah puas melihat keindahan Danau Tazawa, kami pun masuk ke mobil dan dibawa ke lokasi pantai yang ada di Danau Tazawa bagian lain.
            Sesampainya di lokasi pantai setelah perjalanan selama 15 menit, kami pun langsung berfoto ria dan bermain air di pantai yang dingin karena suasana musim gugur. Setelah puas, kami dibelikan es krim khas Akita yang nikmat seharga 200 yen. Setelah puas berkeliling, akhirnya kami diajak pulang ke rumah kembali karena nenek Sakayama membutuhkan bantuan kami di rumah.
            Suasana rumah rupanya sudah mulai ramai oleh pengunjung. Nenek, kakek, dan istri Gen sibuk membantu menyajikan mie soba untuk disajikan pada konsumen. Berhubung kami tamu, maka Dreamland berinisiatif untuk membantu mencuci piring dan menyajikan makanan agar tahu bagaimana prosedur restoran soba ini. Setelah menolak secara halus, akhirnya keluarga Sakayama mau juga memberikan tugas itu pada kami.
            Setelah semua bahan baku soba dan tamu pulang, kami diajak untuk melihat proses pembuatan soba oleh kakek Sakayama. Setiap langkah dipraktikkan dengan baik, sehingga kami mengerti apa saja yang harus dilakukan. Proses pembuatan mie soba ini cukup rumit dari mengolah tepung hingga benar-benar halus, sampai memotongnya sekecil mungkin. Berhubung gugup, jadilah Dreamland memotongnya seukuran udon. Hehehe…
            Sorenya kami diajak Gen lagi untuk onsen. Kali ini, mental kami sudah lebih siap dibandingkan pertama kali onsen. Langsung deh sesampainya di gedung onsen, kami berganti sandal, kemudian langsung ke ruang ganti pakaian dengan PD. Teman Dreamland bahkan tanpa segan-segan langsung berani bugil tanpa menutup-nutupi aurat karena sudah terbiasa mungkin. Atau urat malunya sudah putus? Hehehe…
            Kami pun menjalankan prosedur onsen seperti biasa, mulai dari mandi terlebih dahulu, berendam, hingga berpakaian lagi. Berhubung yang kedua ini tidak mau rugi, jadilah Dreamland berendam paling lama bersama Jian dibandingkan yang lain. Hasilnya kepala Dreamland pusing keluar dari onsen karena panas dan rasa haus yang sangat. Setelah onsen, Gen membelikan kami minuman di vending machine. Tak lupa pembagian sampah botol di Jepang pun sangat rumit. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment.
            Dalam perjalanan pulang, kami lebih banyak diam karena ngantuk akibat onsen. Sesampainya di rumah, kami sudah dibuatkan karage dan sashimi di atas meja. Kami pun makan dengan lahap. Tak lupa kami berbicara tentang foto, budaya Indonesia, serta mata uang yang ada di Indonesia. Setelah berbicara sampai malam, kami pun pamit untuk istirahat dan mengatakan “oyasuminasai” alias selamat istirahat.
            Senang sekali rasanya seharian beraktivitas bersama keluarga Sakayama. Sedih juga karena besok Dreamland akan berpisah dengan keluarga angkat Dreamland di Senboku ini.

Senboku, Akita, 11 Oktober 2014

Dreamland Traveller

Catatan:
- Jepang menggunakan mata uang Japanese Yen (JPY) sebagai mata uang yang sah.
- Nilai 1 JPY saat Dreamland melakukan perjalanan adalah 115 IDR.
- Jepang mempunyai 4 musim yang berbeda setiap tahunnya, harap sesuaikan pakaian yang dibawa dengan musim yang ada.
- Setiap produk yang dibeli di Jepang dikenakan pajak konsumsi sebesar 8%.
- Hingga saat ini, WNI yang melakukan perjalanan ke Jepang harus mengajukan visa ke Kedutaan Jepang.
- Kota wisata yang terkenal di Jepang, antara lain Tokyo, Osaka, Kyoto, dan lain sebagainya.
- Transportasi yang unik di Jepang adalah shinkansen yang mempunyai kecepatan hingga 320 km/jam.
- Jepang terkenal sebagai negara yang mempunyai vending machine terbanyak di dunia dengan banyaknya variasi barang yang dijual.
- Perhatikan jenis sampah yang dibuang harus sesuai dengan kategori tong sampah yang diminta.
- Aktivitas yang bisa dilakukan di Jepang adalah onsen di pemandian umum, berjalan kaki di keramaian Tokyo, belanja di Daiso atau toko 100 Yen, dan berbagai macam aktivitas lainnya.
- Umumnya orang Jepang tidak bisa berbahasa Inggris, pastikan untuk mengetahui berbagai istilah dasar agar tidak kesulitan ketika bertanya.
- Orang Jepang adalah orang yang sangat ramah, suka menolong, dan perhatian terhadap turis asing.
- Patuhi aturan yang ada di Jepang agar kita bisa menikmati liburan di Jepang secara aman dan maksimal.
- Waktu di Jepang mempunyai perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta (GMT + 9).

~ oOo ~