Tuesday, November 17, 2015

Antrian ala Ular Tangga di Bandara

Dreamland Traveller Moment


Antrian ala Ular Tangga di Bandara
            Berbicara tentang bandara internasional, tentu kita berasumsi bahwa kualitas tempat, layanan, dan SDM yang diberikan bermutu tinggi dan tidak terlihat asal-asalan. Rupanya hal tersebut tidak berlaku tatkala Dreamland pulang kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan program JENESYS 2.0. Begitu berjalan menuju antrian untuk mendapatkan cap masuk kembali ke negara tercinta, antrian orang begitu padat berjubel. Kios yang dibuka hanya dua konter dan akibatnya antrian memanjang ke belakang.
            Saking panjangnya antrian pun jadi berbentuk ular tangga dan petugas imigrasi lainnya baru membuka konter setelah kita 1 jam berdiri menunggu cap. Kita semua pun sudah capek berdiri dengan pelayanan yang sangat lama dari petugas. Konter khusus diplomat, pejabat, dan orang penting pun ikut penuh, sehingga menjadi tidak VIP lagi. Belum lagi pendingin udara tidak berfungsi atau terlalu banyak orang, sehingga bandara jadi sangat panas dan gerah. Sungguh amat memprihatinkan.
            Akhirnya Dreamland dapat juga giliran untuk dicap dan akhirnya lolos dari antrian yang sangat amat panjang ini setelah menunggu selama 2 jam! Seandainya saja kecepatan dan efisiensi kerja petugas imigrasi ditingkatkan pasti insiden ini tidak akan terjadi. Atau konter imigrasi dibuka seluruhnya ketika jam sibuk bandara dimulai, sehingga penumpang yang baru tiba dari berbagai negara tidak harus berlama-lama menunggu paspornya dicap. Selain melelahkan, hal ini juga memberi citra buruk negara kita pada turis yang datang.
            Semoga saja tidak ada lagi antrian model ular tangga di bandara internasional Soekarno-Hatta ya!

~ oOo ~

Monday, November 16, 2015

Akibat Tidur Terlalu Nyenyak

Dreamland Traveller Moment


Akibat Tidur Terlalu Nyenyak
            Salah satu hal yang pantang dilakukan saat berada di negara lain adalah terlambat bangun. Apalagi jika ini berkaitan dengan hari terakhir untuk pulang ke bandara menuju tanah air. Insiden kecil ini bisa berakibat fatal pada rusaknya seluruh keuangan kita selama berlibur akibat harus membeli tiket pesawat baru jika tertinggal pesawat. Nah tatkala Dreamland dan teman sekamar semua kompak tertidur dengan nyenyak. Tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Rupanya Farid yang ada di depan.
            Dia mengatakan kalau sekarang kita sudah sangat terlambat dan semua orang sudah ada di dalam bus. Astaganaga! Dengan super cepat, Dreamland langsung bangun, sikat gigi, dan ganti baju. Demikian juga dengan 2 teman lain yang kelabakan dengan barang bawaan. Sesudah itu, Farid membantu Dreamland membawa barang-barang. Sementara teman sekamar Dreamland semuanya kebingungan dan kelabakan. Alhasil kami bertiga melewatkan sarapan di Palm Square akibat telat bangun.
            Sesampainya di tempat parkir bus, semua peserta sudah duduk dengan rapi dan kita semua tampak kikuk karena terlambat. Belum lagi ada selentingan, sindiran, dan teguran dari pihak panitia akibat insiden ini. Pokoknya sangat memalukan sekali bagi Dreamland. Untungnya akhir dari cerita ini, kita semua pulang dengan lancar sampai Jakarta. Hehehe… Memang penting rasanya menjaga kebugaran tubuh dengan istirahat yang cukup agar tidak tidur kebablasan yang berakibat fatal pada keseluruhan acara.

~ oOo ~

Sunday, November 15, 2015

Terpenjara Badai di Tokyo

Dreamland Traveller Moment


Terpenjara Badai di Tokyo
            Cuaca adalah faktor yang sangat krusial dalam menentukkan keberhasilan sebuah perjalanan. Kita boleh merancang semua itinerary dengan sangat sempurna, lengkap dengan perhitungan biaya dan rute yang harus ditempuh. Tapi tanpa dukungan cuaca yang cerah di tempat tujuan, rasanya semua hal yang kita lakukan akan menjadi sia-sia. Hal ini Dreamland rasakan tatkala mengisi hari terakhir pertukaran mahasiswa di Tokyo.
            Tatkala Dreamland dan rombongan kembali dari Akita menuju Tokyo dengan shinkansen, Dreamland langsung menuju Gedung Tokyo Fashion Town Building untuk melakukan presentasi kelompok. Nah setelah usai, kami semua mendapat pengarahan untuk TIDAK meninggalkan hotel setelah makan malam karena badai dari Kyushu dan Okinawa akan segera datang ke Tokyo. Jadilah kami semua kecewa karena tidak sempat berjalan-jalan di Tokyo secara bebas.
            Untungnya panitia JICE tetap memberikan kesempatan untuk jalan-jalan di mal setelah makan malam di Daici mall. Kami semua mengisi waktu dengan melihat belanjaan yang ada dan membeli suvenir yang menarik untuk dibawa sebagai oleh-oleh ke rumah. Alhasil malamnya kita semua mendekam di hotel tanpa bisa berbuat apa-apa. Kita bisa berkeliling hotel, mendekam di kamar, bermain Wi-Fi, dan melakukan aktivitas lain tanpa boleh keluar sekalipun.
Ya, kita mungkin bisa kompromi dengan biaya, destinasi, dan hotel, tapi cuaca adalah hal yang tidak dapat ditawar dan harus kita terima. Jadi berdoalah supaya kita selalu diberikan cuaca yang cerah saat berlibur ya! Amin.

~ oOo ~

Saturday, November 14, 2015

Travel With Mom

Dreamland Traveller Moment



Travel With Mom
Berwisata dengan orang yang kita sayangi adalah sebuah kesempatan berharga dalam kehidupan.

Bagiku, wisata adalah kesempatan. Kesempatan untuk berbagi, bercerita, dan berproses tentang arti kehidupan itu sendiri. Banyak cara dilakukan untuk menikmati seni traveling, mulai dari berjemur di pantai, mencoba kuliner setempat, sampai berfoto selfie dengan latar belakang ikon wisata. Sosial media menjadi transportasi yang menghubungkan kata dan imaji dalam melukiskan keindahan traveling itu sendiri.
Aku menikmati traveling dengan cara yang berbeda. Aku selalu menyertakan mama dalam beberapa perjalanan yang ku lakukan. Banyak kerabat mencibirku sebagai anak mama, tapi tak mengapa. Aku memaknai perjalanan dengan mama sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk membuktikan rasa sayang, bukan sekadar memajang foto mama dalam profile picture saat Hari Ibu tiba dan menuliskan status “I love you, Mom” dengan emoticon hati.
Aku mengunjungi beberapa negara ASEAN bersama mama. Setiap kali berwisata, satu hal yang dicari mama adalah pasar! Mama adalah penjelajah pasar tradisional sejati. Dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan, mama selalu berhasil membawa jajanan pasar dan buah-buahan lokal di setiap negara yang dikunjungi. Mama selalu memilih kuliner pinggir jalan ketimbang membeli makanan di mal karena ingin merasakan cita rasa lokal yang sesungguhnya.
Wisata dengan mama pun bukan tanpa konflik. Banyak perdebatan dalam menentukan destinasi, tapi pada akhirnya konflik itu menjadi suatu hal yang memperkaya wisata itu sendiri. Terkadang aku bosan dan jenuh harus menunggu mama memilih baju kesukaannya. Belum lagi tawar menawar alot yang terkadang membatalkan keputusan pembelian. Tapi itulah mama, seorang ibu yang tak gentar untuk menyelamatkan keuangan saat wisata.
            Satu hal yang membuat aku bangga adalah mama selalu terlibat dalam setiap aktivitas wisata yang dilakukan. Menjelajahi Angkor Wat di siang bolong, melalui rute trekking yang melelahkan di Sapa, bersepeda bersama di Ayutthaya, hingga mencoba menantang adrenalin di USS. Aku melihat dukungan mama dalam menyukseskan semua perjalanan yang akhirnya menjadi sebuah cerita perjalanan istimewa yang bisa dibagikan pada kerabat di tanah air.
            Tatkala membaca begitu banyak status media sosial yang mengharapkan mama mereka sembuh dan berjanji akan membawa beliau berwisata, saat itu pula aku bersyukur dengan kesempatan yang ku miliki. Setidaknya aku sudah membawa mama melihat bagian kecil dari dunia selagi mama masih masih sehat dan mempunyai kondisi yang prima. Ku lihat banyak orang beralasan sibuk dan malas membawa mama mereka berwisata sampai akhirnya mereka menyesali keputusan itu.
            Aku sadar bahwa kehidupan adalah proses yang singkat. Wisata adalah salah satu media untuk memperdalam nilai dari kehidupan itu sendiri. Saat aku melihat nenek terbujur kaku dalam peristirahatannya, aku merasa waktu begitu curang mempermainkanku mengenang seminggu yang lalu aku duduk bersamanya di sebuah meja makan untuk merayakan ulang tahun ayahku. Banyak kata penyesalan yang terucap, tapi apalah itu artinya tatkala orang yang kita sayangi sudah menghadap Sang Pencipta.
            Aku percaya bahwa setangkai bunga mawar yang diberikan pada orang yang kita sayangi jauh lebih berarti dibandingkan ribuan tangkai mawar yang ditaburkan di pusara saat mereka tiada. Maka dari itu, aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk berwisata dengan mama, tatkala melihat banyak orang yang terlambat untuk mengungkapkan rasa sayang. 
            Ketika Anda duduk dengan mama saat ini dalam perjalanan, peluklah mereka dan katakan “I love you, Mom!”.