Thursday, October 26, 2017

Prinsip Mainstream dalam Wisata



Dreamland Traveller

Prinsip Mainstream dalam Wisata
Yanchep National Park, Perth
            Wisata kini sudah menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat Indonesia, khususnya bagi mereka yang tergolong generasi milenial. Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan memposting foto di ikon wisata tertentu, membanggakan pencapaian destinasi dengan tulisan “Wish You Be Here”, serta mencicipi pengalaman budaya baru tentu menjadi satu dari berbagai alasan traveling bagi sebagian besar orang. Apalagi kini semua kebutuhan traveling dapat didapatkan dengan mudah via online, baik itu tiket pesawat, hotel, tiket atraksi, dan berbagai informasi seputar destinasi.
            Dreamland seringkali tergelitik ketika melihat postingan atau cerita dari seseorang ketika baru saja pulang berwisata dari sebuah tempat. “Eh kalau pergi ke New Zealand, harus sewa mobil soalnya banyak tempat antimainstream yang bisa dikunjungi.” “Kalau pergi ke Bangkok, harus coba Durian Monthong soalnya itu asli dari tempatnya lho.” “Di Singapore kalau ga beli ice cream potong kayaknya ada yang kurang.” Banyak pula saran-saran yang seolah “mengharuskan” untuk mencoba sesuatu.
            Padahal wisata bukanlah soal mengerjakan tugas yang sudah menjadi kebiasaan ramai-ramai banyak orang yang berkunjung, tapi pengalaman yang otentik dan berbeda untuk setiap orang yang pergi. Seandainya saja A tidak bisa menyupir mobil di New Zealand, apakah A tidak bisa menikmati New Zealand dengan caranya sendiri. Atau jika B alergi Durian Monthong, apakah B tidak bisa menikmati Bangkok secara utuh. Wisata justru menjadi menarik karena adanya keterkaitan individu dengan pengalaman personal yang dialaminya.
            Sepanjang pengalaman Dreamland menjelajahi tempat di berbagai negara, hal yang selalu Dreamland ingat adalah saat-saat konyol selama perjalanan, mulai dari marathon di bandara Suvarnabhumi karena hampir tertinggal pesawat, terpaksa bayar mahal akibat kelebihan bagasi di Nanjing, ditolong masyarakat setempat di Thailand ketika tersesat, sampai ditipu paket tur yang tidak sesuai harapan. Bukan pengalaman mencoba Hanbok di Korea, naik tram di Victoria Peak, atau berhore ria di Universal Studios Singapore. Pengalaman itulah yang membuat kisah perjalanan itu menjadi seru dan bisa dinikmati.
            Andai wisata dijadikan sebuah ujian mainstream yang tugas-tugasnya harus dilakukan oleh orang yang berkunjung karena “diwajibkan” majalah, panduan wisata, atau blog perjalanan tertentu, bukankah wisata itu ibarat menjadi robot, di mana jutaan orang dari berbagai negara melakukan hal yang sama dengan metode yang sama. Ironisnya, saat ditanya sehabis liburan biasanya orang yang melakukan wisata dengan metode ini mengatakan “Tempatnya bagus kok” atau “Tempatnya ga bagus” dan titik tanpa bisa menceritakan lebih lanjut dengan panca indera secara utuh tentang perjalanan yang mereka lakukan.
            Maka dari itu, Dreamland rasa prinsip mainstream dalam liburan sudah seyogianya ditinggalkan agar wisata tidak hanya memperkaya destinasi dan cap di paspor, tetapi juga pengalaman pribadi saat berinteraksi dengan perbedaan budaya dan masyarakat yang ada di setiap tempat yang dikunjungi. Selamat berwisata!

~ oOo ~

Monday, October 23, 2017

Tersesat di Hobbiton Movie Set



Dreamland Traveller

Tersesat di Hobbiton Movie Set
1 dari 39 Rumah Hobbit yang ada di Hobbiton Movie Set
            Salah satu tempat wisata utama di New Zealand yang menarik minat wisatawan asing adalah Hobbiton Movie Set. Lokasi shooting film The Hobbiton ini boleh dikatakan unik dan berkesan bagi penggemar The Hobbit Film Trilogy. Kita bisa menggunakan kendaraan sewaan atau jasa tur untuk mencapai lokasi The Hobbiton. Perjalanan dari Auckland menuju Matamata, kota kecil lokasi Hobbiton Movie Set ini adalah 2,5 jam.
            Setibanya di Hobbiton Movie Set, kita harus membayar tiket masuk 79 NZD untuk dewasa, 39,5 NZD untuk anak-anak berusia 9 - 16 tahun, dan gratis untuk anak berusia 0 - 8 tahun. Kita akan diajak berkeliling lokasi shooting film The Hobbiton selama 2 jam untuk melihat 39 rumah kerdil yang ada dengan guided tour dari staf The Hobbiton. Dari pintu masuk, kita akan diantar naik bus dengan tutorial singkat tentang lokasi shooting yang digagas Sir Peter Jackson.
Departure Point Menuju Hobbiton Movie Set
            Sesampainya di lokasi, pemandu tur akan mengajak kita untuk melihat rumah kerdil ala The Hobbiton secara dekat. Hanya saja, tidak semua rumah Hobbit dapat dimasuki oleh pengunjung. Hanya ada 1 rumah Hobbit yang diperbolehkan masuk. Itupun rumahnya kosong dan tidak terdapat apa-apa didalamnya. Secara umum, Dreamland sangat takjub dengan kepiawaian Sir Peter Jackson yang dapat menyulap ladang rumput untuk domba menjadi sebuah lokasi film kelas dunia, seperti The Hobbiton dan The Lord of The Rings. 
Bus Khusus Menuju Lokasi Movie Set
            Kita dapat melihat rumah kerdil dengan dekorasi mini ala manusia kerdil ini secara dekat, sekaligus berpetualang di tempat yang pernah dijadikan film kelas dunia. Tak heran rasanya keberadaan Hobbiton Movie Set ini menjadi alasan utama bagi 6% pengunjung yang pergi ke New Zealand untuk melihat secara langsung lokasi shooting film di tempat aslinya. Lokasi shooting ini bahkan telah mendatangkan 150.000 orang dan memberikan pemasukan 30 juta NZD bagi New Zealand!
The Green Dragon Inn
            Setelah berjalan melewati jalan setapak, tur akan berakhir di The Green Dragon Inn untuk mencicipi minuman khas The Hobbiton. Interior dalam kafe ini juga sangat unik dan memberikan kesan seolah-olah berada dalam film fantasi The Lord of The Rings. Sungguh sebuah pengalaman istimewa melihat langsung Hobbiton Movie Set, meskipun tiruan rumah Hobbitnya sudah ada di Farm House Lembang. Semoga saja suatu saat nanti ada film kelas dunia yang diciptakan di Indonesia dan menjadi viral untuk dijadikan lokasi wisata kelas dunia ya. Semoga.

~ oOo ~

Tuesday, October 17, 2017

Nostalgia Museum Konferensi Asia Afrika



Dreamland Traveller

Nostalgia Museum Konferensi Asia Afrika
Patung Soekarno di Museum KAA
            Ketika Anda berkunjung ke Bandung, pastikan untuk menyisihkan waktu datang ke Museum Konferensi Asia Afrika. Museum ini ditutup setiap hari Senin dan libur nasional, jadi pastikan untuk berkunjung di hari lainnya. Meskipun museum ini menempati bangunan kuno peninggalan KAA, namun berbagai penjelasan dan video yang ditampilkan sudah cukup memadai dari segi teknologi.
Ruang Pameran Museum KAA
            Begitu masuk ke Museum KAA, Anda akan melewati X-ray dan diminta untuk menuliskan nama di buku tamu. Setelah itu, Anda akan berjalan melihat diorama Soekarno yang sedang berpidato, alat-alat yang digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa KAA 1955, serta berbagai macam media yang menyiarkan peristiwa bersejarah yang terjadi 62 tahun silam.
            Museum ini juga memaparkan berbagai macam konflik yang terjadi di dunia, mulai dari kolonialisme, perang dingin, dan berbagai krisis kemanusiaan lainnya. Tak ketinggalan terdapat Dasa Sila Bandung yang menjadi kesepakatan tertulis dari negara-negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika yang ditulis dalam berbagai bahasa. 
Toilet ala Museum KAA
Secara singkat, Museum Konferensi Asia Afrika merupakan museum untuk mengenang peristiwa konferensi bersejarah yang sangat penting bagi negara-negara berkembang yang ada di wilayah Asia dan Afrika. Diplomasi dalam melawan kolonialisme, perang dingin, serta krisis dan konflik yang ada di seluruh dunia membuat pemimpin negara-negara berkembang harus bersatu guna berperang melawan kekuatan 2 negara superpower, yakni Amerika dan Rusia. Sekaligus konferensi ini menjadi bukti peran aktif Indonesia dalam membangkitkan silent majority yang selama ini terdiam akan penindasan yang dilakukan negara superpower.
 
Ruang Konferensi Asia Afrika
Di akhir ruang kunjungan museum, kita akan melihat denah tata letak tempat duduk Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Berbagai bendera negara-negara di Asia dan Afrika menghiasi panggung konferensi, tak ketinggalan ada gong perdamaian yang dipajang di ruangan besar ini. Sungguh pengalaman unik tersendiri bagi Dreamland berada di ruangan yang pernah menjadi saksi bisu sejarah KAA 1955.
Bola Dunia di Museum KAA
Semoga saja peran aktif Indonesia dalam dunia internasional dapat berdampak layaknya KAA 1955 di Bandung ya. Sebagai informasi, museum ini tidak mengenakan biaya apapun untuk pengunjung. Jika Anda membawa turis asing, Anda dapat meminta jasa penerjemah pada staf yang ada di meja tamu. Terdapat juga perpustakaan, ruang tonton mini, serta ruang rapat di area Museum KAA.

~ oOo ~

Friday, October 13, 2017

Mengapa Visa US Saya Ditolak?



Dreamland Traveller



Mengapa Visa US Saya Ditolak?

Visa US

            Ada berbagai alasan mengapa pengajuan visa US yang dilakukan ditolak. Namun setelah Dreamland berbincang-bincang dengan orang yang pernah ditolak visa US, serta jenis pertanyaan dan jawaban yang diberikan. Dreamland bisa menyimpulkan ada pola pertanyaan dan jawaban yang mirip dari pengajuan aplikasi yang dilakukan oleh orang yang ditolak visa USnya. Berikut adalah beberapa alasan kenapa visa US Anda ditolak menurut pengamatan Dreamland.



1. Tidak mempunyai ikatan yang kuat dengan negara asal

Jika Anda seorang pelajar, maka Anda harus menyakinkan konsuler bahwa Anda akan kembali ke sekolah atau universitas setelah kunjungan dari Amerika Serikat. Biasanya konsuler akan mengiring Anda pada niat untuk tinggal di Amerika Serikat dengan pertanyaan, apakah Anda tertarik untuk bekerja di Amerika Serikat setelah lulus sekolah atau kuliah? Jika Anda menjawab iya, maka Anda dianggap tidak mampu menunjukkan ikatan yang kuat dengan Indonesia.

Jika Anda seorang ibu rumah tangga dan ingin berkunjung ke Amerika Serikat untuk melihat anak yang ada di Amerika Serikat, Anda harus meyakinkan konsuler bahwa tujuan Anda memang untuk berkunjung sementara dan tidak melewati batas ketentuan yang berlaku, yakni 6 bulan untuk 1 kali kunjungan. Jika Anda menjawab lebih dari 6 bulan, maka Anda akan dianggap sebagai calon imigran baru di Amerika Serikat.

Jika Anda seorang karyawan, Anda harus menyakinkan konsuler bahwa pekerjaan Anda memang benar dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, serta Anda akan kembali ke Indonesia setelah selesai bekerja. Jika konsuler tidak yakin dengan jawaban Anda berarti Anda dianggap akan mencari pekerjaan baru di Amerika Serikat.



2. Mengunjungi pacar

Alasan berkunjung ke US yang klasik ini sangat sering membuahkan kegagalan mendapatkan visa US. Anda dianggap akan menetap di Amerika Serikat selamanya jika beralasan akan mengunjungi pacar dan dianggap konsuler berminat untuk menikah dengan penduduk Amerika Serikat. Anda dianggap tidak akan pulang kembali ke Indonesia dengan alasan kunjungan ini.



3. Tidak yakin dengan jawaban Anda sendiri

Anda harus yakin dengan jawaban yang Anda berikan untuk setiap pertanyaan yang diajukan konsuler. Jika Anda sendiri bingung atau tidak yakin dengan jawaban yang diberikan, maka konsuler akan dengan mudah menilai Anda berbohong atau tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk berkunjung ke US dan mengakibatkan visa US Anda ditolak. Jawablah setiap pertanyaan yang diberikan dengan jujur, singkat, dan jelas tanpa berbasa-basi.



4. Mengisi Formulir DS-160 asal-asalan

Formulir DS-160 adalah bukti legal tujuan Anda pergi ke Amerika Serikat. Jika Anda mengisi formulir ini asal-asalan tanpa memperhatikan tiap butir pertanyaan, maka saat wawancara Anda akan menghadapi pertanyaan konfirmasi yang tidak akan Anda bisa pertanggungjawabkan dan mengakibatkan penolakan visa US.



5. Ingin pamer

Salah satu faktor fatal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan adalah memamerkan kemampuan Bahasa Inggris tanpa diikuti dengan kompetensi yang dimiliki. Jika konsuler berbicara dengan Anda dalam Bahasa Indonesia, maka jawablah dalam Bahasa Indonesia dengan sopan. Demikian pula sebaliknya. Jika Anda tidak bisa diwawancara dalam bahasa yang digunakan konsuler, maka visa US Anda kemungkinan besar akan ditolak.



            Demikian berbagai alasan mengapa visa US Anda ditolak berdasarkan analisa Dreamland. Jika ada alasan lainnya, mari bagikan via komentar di postingan ini.



Twitter & Instagram = @TravelDreamland