Saturday, December 31, 2022

Twin Ages and Twin Year

Tidak terasa Dreamland Traveller menginjak usia ke-11 tahun di tahun 2022. Sebuah kebetulan di mana 2 angka ganda bertemu satu sama lain, yakni 11 dan 22. Demikian juga dengan kisah hidup dan wisata yang ada di blog ini yang berlipat ganda kisah dan cerita baru. Pandemi yang kini berganti menjadi endemi, daring yang berubah jadi luring, dan rumah yang kini berubah menjadi kantor lagi. Hidup kembali normal, tapi jalan ceritanya sudah berubah. Kecepatan, kelincahan, dan kreativitas menjadi kata kunci yang mendefinisikan bagaimana 2022 berjalan dan dinamika kehidupan yang terjadi.

Surabaya Tourism Information Center

Mengawali tahun 2022 dengan dinamika yang baru, transisi yang terjadi, serta pengalaman baru berwisata di awal endemi menjadi sebuah cerita baru tersendiri untuk dibahas. Menikmati hamam langsung di Turki, merasakan pengalaman live in di sebuah desa di Yogyakarta, hingga ditutup dengan perjalanan singkat di Surabaya mendefinisikan bagaimana perjalanan kembali bermula dengan cara yang baru. Meresapi kembali pengalaman sebagai bagian dari hidup.

Candi Borobudur
 

Setiap kali tahun baru, satu kata yang disebut adalah menjadi aku yang baru. Saya selalu bertanya-tanya apakah aku yang baru ini seseorang yang berbeda total dengan aku yang sekarang ataukah aku yang sekarang dengan perspektif baru? Memasuki usia yang matang, tahun baru tidak lagi sekadar dinikmati dari petasan atau kembang api, tetapi juga kesempatan untuk senantiasa meningkatkan diri dari hari ke hari. Menemukan kebaikan di setiap cerita yang tentu saja tidak selalu baik.

Ephesus, Turkey
 

Belajar dari Turki yang membuka pintu wisata dengan belajar Bahasa Indonesia untuk menyambut turis Indonesia yang berbondong-bondong wisata melihat Hagia Sophia dan warisan budaya di perbatasan Eropa dan Asia. Meresapi keaslian desa dengan orisinalitas perilaku dan pemasaran yang dilakukan dengan kearifan lokal yang ada. Menikmati naik bus gratis dengan botol bekas di Surabaya yang luar biasa bersih menjadi cerita tersendiri yang akan dikenang di tahun 2022.

Emirgan Park, Turkey
 

Memang 2022 adalah tahun yang sibuk. Beberapa bulan postingan artikel terlewat dan bahkan hampir tidak ada waktu libur yang tersedia untuk sekadar bersantai dan menghela nafas sejenak. Hidup seolah berlari, namun di saat yang bersamaan menemukan pola baru untuk berkembang. Metamorfosis mungkin menjadi kata yang tepat untuk mewakili 11 tahun Dreamland Traveller dan penulisnya. Menjadi baru bukan hanya memperoleh sesuatu yang baru, tetapi juga bersedia kehilangan yang lama untuk digantikan dengan yang lain.

Hari ini mungkin hari terakhir di tahun 2022 yang layak dimaknai sebagai sebuah perjalanan atau tonggak sejarah. Tahun demi tahun akan terus berganti, perjalanan baru pun akan menanti dengan kisahnya sendiri di depan. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan dalam menjalani perjalanan kita masing-masing dan menemukan taman impian di setiap jalan yang kita lalui. 

Masjid Raya Cheng Ho, Surabaya

Selamat menyambut Tahun Baru 2023 dengan optimisme dan semangat yang baru dari aku yang lama!

Sunday, October 30, 2022

Resapi Tragedi, Hidupi Memori

Ketika saya berkunjung ke Yogyakarta, salah satu wisata yang menarik untuk dicoba adalah Lava Tour Merapi. Dalam rangkaian kunjungan ke Desa Wisata Pentingsari, Petilasan Mbak Maridjan menjadi destinasi wisata yang dikunjungi untuk melihat artefak peninggalan tragedi erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Tampak kendaraan, perabotan rumah tangga, dan aneka peralatan meleleh terkena hembusan awan panas yang menimpa kawasan Yogyakarta bagian utara.

 

Bunker Kaliadem

Sungguh kenangan kelam itu masih membekas di hati masyarakat Yogyakarta, namun tampak juga kebangkitan pariwisata diawali dari tragedi tersebut. Bagaimana musibah yang berkonotasi negatif tersebut dapat menjadi sebuah rangkaian cerita yang runut dan menjadi destinasi wisata yang memiliki nilai jual dari sisi cerita. Gunung Merapi yang semula hanya dikunjungi oleh pendaki gunung profesional kini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat umum untuk menjelajahi sisa-sisa lava yang sudah membeku menjadi batuan yang dapat dilihat dengan ragam bentuk.

Petilasan Mbah Maridjan

Selain itu, melalui tragedi inilah kita belajar bahwa takdir, tragedi, dan musibah adalah sesuatu yang terjadi di luar kehendak kita sebagai manusia, sehingga yang bisa kita persiapkan hanyalah amal ibadah yang terbaik agar kapanpun waktu itu tiba, kita sudah bersiap sedia untuk menghadapi semuanya.

Saturday, September 24, 2022

Wisata dan Identitas Wisatawan

Ketika saya berkunjung ke Istanbul, Turki, terdapat satu tempat kuliner yang mengambil nama Indonesia, yakni Warung Ibu Deden. Sebagai peserta tur, kami diajak untuk makan malam mendekati hari terakhir perjalanan kami di Turki di tempat ini. Suasana etnik khas Indonesia terasa begitu kental di restoran ini dan uniknya semua konsumen yang ada di restoran adalah rombongan tur dari Indonesia. Pelayan di restoran ini pun fasih berbahasa Indonesia walaupun mereka adalah orang Turki. 

Warung Ibu Deden

Pemasaran dengan menghadirkan lokalitas wisatawan ke negara yang dikunjungi dapat dikatakan salah satu elemen wisata yang menarik. Sayur-sayuran dan cara pelayanan yang dibuat menyerupai dengan restoran khas Indonesia mengobati rasa kangen wisatawan Indonesia yang sudah hampir 10 hari menghabiskan waktu berwisata di Turki. Beberapa karyawan di restoran ini pun ternyata orang Indonesia yang berasal dari berbagai kota.

Pintu Masuk Warung Ibu Deden

Sungguh sebuah pengalaman menarik menikmati wisata ala Indonesia di Istanbul, Turki!

Wednesday, July 27, 2022

Toleransi dan Perjalanan

Perjalanan menjelajahi budaya baru bukan hanya memberikan banyak wawasan baru, tetapi juga kemampuan kita untuk toleransi berbagai situasi dan kondisi yang mungkin berbeda jauh dengan keseharian yang kita alami. Hal ini saya alami ketika berwisata ke Turki. Meskipun perjalanan dilakukan di waktu puasa, aneka gerai makanan dan orang yang makan di jalan terlihat bebas. Demikian juga dengan masyarakat yang berpuasa, mereka menjalankan ibadah mereka tanpa merasa terganggu dengan aneka aktivitas ekonomi dan kuliner yang terjadi di sekeliling mereka.

Pamukkale, Turki

Sebagai negara yang terletak di benua Asia dan Eropa, Turki memberikan banyak memori bersejarah yang luar biasa, khususnya berbagai filosofi kehidupan yang dalam. Makam Rumi yang terletak di Konya, Turki banyak berbicara tentang cinta dan kematian lewat tarian Sufi. Sementara itu, Efesus juga menjadi saksi bisu gereja kuno yang menyimpan berbagai artefak bersejarah. Mereka hidup berdampingan dengan Turki yang kini menjadi negara muslim yang bersifat sekuler. Dalam keragaman, mereka hidup saling menghormati dan menghargai satu sama lain, khususnya sebagai negara yang membuka pintu seluas mungkin bagi turis di masa pandemi Covid-19.

Perjalanan bukan hanya memberi kenangan, tetapi juga pembelajaran bahwa kehidupan akan indah ketika toleransi menjadi sarana untuk hidup berdampingan dengan ragam perbedaan yang ada. Toleransi yang ada bukan berarti mengubah sesuatu yang sudah ada, tetapi hidup berdampingan sebagai kesatuan yang harmoni. Berinteraksi dengan budaya baru bukan hanya memberikan kisah, tetapi juga cerita tentang refleksi kehidupan yang perlu direnungkan.

Monday, June 27, 2022

Memaknai Cerita dalam Perjalanan

Bangunan kuno tidak hanya sekadar menjadi artefak yang menyimpan kenangan, tetapi juga sejarah peradaban manusia yang layak untuk diapresiasi. Ketika saya berkunjung ke Hagia Sophia di Istanbul, Turki, bangunan yang sudah berusia ribuan tahun itu seolah menceritakan bagaimana peradaban manusia silih berganti mewarnai sejarah. Hal ini ditunjukkan dengan lukisan Yesus di dinding bangunan yang kini sudah beralih fungsi sebagai masjid. Selain itu, banyak sekali ornamen-orneman kuno yang menunjukkan bagaimana pemilik bangunan ini berganti dari waktu ke waktu.

Hagia Sophia
 

Hal ini sekaligus juga menjadi sebuah cerita bahwa keabadian adalah hal yang fana semasa manusia hidup. Raja yang begitu besar pada masanya akan digantikan oleh pemimpin baru. Demikian juga peradaban yang seolah menjadi penguasa dunia berganti dan berguguran dari masa ke masa. Setiap awal memiliki akhir, baik itu cepat atau lambat. Hal ini juga menjadi sebuah cerita yang disampaikan Jalaluddin Rumi yang memaknai kematian sebagai sebuah cinta dalam Tarian Sufi. Sungguh sebuah makna mendalam yang dapat dipetik di setiap detik perjalanan yang dilalui.

Kadang kita lupa untuk menikmati perjalanan karena sibuk berkurumun di keramaian, memaknai bahwa kebahagiaan akan datang bersama banyak orang. Namun nyatanya perjalanan yang sesungguhnya ada dalam hati yang senantiasa belajar dari momen setiap hari. Memaknai pertemuan sebagai kisah manis dan perpisahan sebagai kerelaan untuk memulai sebuah hal yang baru. Setiap bangunan bersejarah mengajarkan saya bahwa kelak hidup akan berakhir, sehingga mengisinya dengan hal bermakna adalah cara agar kehidupan itu menjadi nyata.

Friday, May 6, 2022

Menikmati Hamam di Turki

Mencoba sesuatu yang baru adalah sebuah pengalaman berharga yang akan diperoleh ketika berkunjung ke sebuah tempat asing sebagai musafir, tamu, turis, wisatawan, traveler, dan berbagai sebutan lainnya. Ketika saya berkunjung ke Istanbul, Turki di tahun 2022 sebagai perjalanan internasional pertama yang dilakukan setelah hampir 2,5 tahun, hal pertama yang saya lakukan adalah mencoba aktivitas lokal yang tidak akan ditemukan di tempat lain dengan tradisi yang kental, yakni hamam.

Kadirga Hamam

Setelah mencari informasi dan berjalan kaki sejauh 1,2 km dari hotel tempat menginap, saya masuk ke Kadirga Hamam yang ada di kawasan kota tua Istanbul. Serasa dejavu karena sudah melihat detail lokasi dan informasi terkait lokasi pemandian umum khas Turki ini, saya pun mengambil paket lengkap, di mana hamam ini menawarkan 2 pilihan antara tarif masuk ke pemandian biasa seharga 110 Turkish Lira dan mandi, serta treatment hamam seharga 165 Turkish Lira.

Saya pun diminta berganti pakaian, mengenakan sarung berwarna merah (sarung yang menyerupai taplak meja), dan masuk ke ruang sauna yang ada. Ruang sauna yang ada ternyata disetting dengan suhu yang cukup panas, sehingga suasana ruangan sangat berkabut dan saya diarahkan untuk masuk terlebih dahulu ke ruangan steam yang suhunya lebih panas dari ruangan utama. Keunikan dari ruangan hamam ini adalah langit-langit di atasnya yang berbentuk bundar-bundar dengan arsitektur yang khas.

Selain saya, terdapat beberapa turis asing juga yang menikmati hamam dengan treatment yang diberikan. Setelah menunggu giliran selama 25 menit, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk dipijat oleh orang lokal yang ada di Kadirga Hamam. Pertama, kepala dibasahi dengan air panas dengan centong air, kemudian dibasuh dengan sabun yang dijadikan sampo. Kepala juga dilakukan sedikit pemijatan di titik-titik tertentu sebelum akhirnya dibasuh dengan bersih menggunakan air hangat.

Selanjutnya, treatment akan dilakukan dengan menggosok permukaan tangan, dada, punggung, dan kaki dengan kain yang agak kasar untuk mengeluarkan kulit mati yang tersimpan (biasa disebut daki). Berhubung permukaan kulit sudah lembek karena terkena hawa panas dan dibasahi air panas, sel kulit mati itu dengan cepat keluar dari seluruh permukaan tubuh. Setelah selesai, badan kembali dibasuh dengan air panas dan diminta untuk berbaring di sebuah lantai marmer untuk treatment selanjutnya.

Penampilan Sesudah Hamam

Setelah menunggu beberapa saat, orang lokal (yang kebanyakan bapak-bapak dengan perut yang cukup berisi) mengambil sarung yang menutup celana karena saya memakai celana dalam dan meminta saya berbaring telentang dan tengkurap sebelum akhirnya dimandikan dengan busa sabun yang melimpah. Di sela-sela pemberian busa sabun itu juga dilakukan pemijatan dengan siku tangan yang cukup membuat tubuh rileks. Treatment ini berlangsung kurang lebih 20 menit sebelum akhirnya saya diarahkan lagi ke keran air panas untuk membanjur tubuh sendiri sampai bersih dan diarahkan untuk mengenakan kain kering bersih yang tersedia di dinding.

Selesai treatment, saya diarahkan keluar dan dililit dengan handuk kering, mulai dari bagian kepala dan badan, sehingga tampak seperti Alibaba hehehe. Saya pun duduk santai di ruang ganti baju yang tersedia dan turun ke bawah setelah selesai berganti pakaian untuk membayar biaya hamam. Sebenarnya ada teh dan cemilan yang disediakan, tapi karena takut kena charge tambahan dan sulit berkomunikasi dengan orang lokal yang tidak berbicara dalam bahasa Inggris, akhirnya teh dan camilan itu diskip.

Pintu Masuk Kadirga Hamam

Sungguh pengalaman baru menikmati hamam, sensasi dimandikan oleh orang lain dan belakangan saya baru tahu bahwa hamam ini adalah tradisi ratusan tahun yang dilakukan berkaitan dengan fenomena sosial yang berkembang di Turki, baik itu mandi hadas, perkumpulan ketika akan merayakan hari besar, atau hanya sekadar rileksasi tubuh setelah sekian lama beraktivitas.

 

Dreamland Traveller

IG: @traveldreamland