Sunday, December 31, 2017

6 Years Ultimate Experience

Dreamland Traveller

6 Years Ultimate Experience
San Fransisco Golden Bridge
"The world is a book, and those who do not travel read only a page." - Saint Augustine

Pepatah yang populer di kalangan traveler ini menjadi sebuah motto tersendiri bagi Dreamland untuk menggali berbagai hal yang ditemukan selama dalam perjalanan. Dreamland selalu percaya bahwa dunia menyimpan begitu banyak harta karun tersembunyi yang belum digali oleh sebagian besar. Melalui traveling, Dreamland mencari, menemukan, dan pada akhirnya memahami bahwa ada banyak hal yang selama ini tidak sesuai dengan pemikiran karena perspektif yang dibentuk oleh media yang dikonsumsi. Traveling adalah sebuah pencerahan dari berbagai isu, berita, dan gosip yang selama ini dihembuskan oleh lingkungan di sekeliling kita.

Dreamland mengawali tahun 2017 dengan perjalanan pulang dari studi di Zhenjiang, China. Setelah merasakan satu tahun hidup di negeri Tirai Bambu, Dreamland merasakan bahwa apa yang selama ini diberitakan tentang Tiongkok tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah juga. Banyak sekali hal yang Dreamland pelajari, mulai dari budaya, pola makan, pola pergaulan, dan kehidupan sosial yang selama ini tidak Dreamland pahami dan menjadi sebuah ilmu tersendiri bagi Dreamland.
 
Selanjutnya, Dreamland berkunjung ke Vietnam Selatan dan berhasil mengunjungi berbagai tempat yang selama ini ingin Dreamland kunjungi, seperti padang pasir Merah di Mui Ne, kemudian kota kecil Da Lat yang sejuk, serta kota pantai Nha Trang yang dipenuhi banyak ekspatriat asal Rusia. Tak hanya itu, Dreamland juga melihat sisi lain dari Ho Chi Minh City yang selama ini hanya Dreamland ketahui hanyalah seputar Ben Thanh Market atau Pham Ngu Lao Street saja.
Mt. Cook, New Zealand
Dilanjutkan dengan kunjungan ke Perth yang sangat berkesan karena Dreamland baru pertama kali menginap di bunk bed backpacker sepanjang sejarah melakukan travel karena ongkos penginapan yang mahal. Selain itu, Dreamland juga berhasil mengunjungi berbagai tempat yang menarik, seperti King’s Park, Yanchep National Park, Fremantle, Rottness Island, Lancelin Sand Dunes, dan The Pinnacles di Western Australia. Dreamland juga belajar mandiri untuk menyiapkan makanan di dapur, serta berbaur dengan backpacker-backpacker lain asal dari berbagai negara.
 
Dreamland pun vakum traveling selama 2,5 bulan karena mempersiapkan sidang kelulusan untuk jenjang magister. Selanjutnya, Dreamland mengunjungi Bali dalam rangka melakukan konferensi internasional, di mana Dreamland berhasil melihat Bali dari sisi budayanya yang begitu kental, mulai dari melihat Pura Tirta Empul yang memukau, Pura Goa Gajah yang menyerupai situs arkeologi di film Lara Croft, Pura Gunung Kawi yang terkesan mistis dan sangat sakral, serta Pura Besakih yang menjadi pura terbesar di Indonesia. Sungguh sebuah kesempatan yang sangat berharga.

Tak hanya itu, Dreamland juga berkesempatan mencicipi makanan di Mozaic Restaurant yang sangat hi class dan memiliki sensasi pengalaman makan yang unik. Selanjutnya, Dreamland banyak sekali melakukan wisata domestik, mulai dari menjelajahi hampir semua tempat wisata di Bandung, mulai dari Curug Malela, Curug Cimahi, Curug Tilu Leuwi Opat, Puncak Bintang, Gunung Tangkuban Parahu, dan berbagai museum yang ada di Kota Bandung.
 
Tak ketinggalan wisata di Solo, Yogyakarta, dan Magelang, seperti Taman Sari Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, Gereja Ayam, bahkan sempat mampir di Camera House Magelang. Dreamland sangat kagum dengan berbagai destinasi wisata domestik yang rupanya sangat beragam dan mempunyai budaya yang khas. Memang masih banyak hal yang harus dibenahi dari aspek infrastruktur yang masih belum memadai dan kesadaran untuk merawat tempat wisata, namun wisata domestik ini memberi warna tersendiri dalam perjalanan Dreamland Traveller.
Taman Sari Yogyakarta
Dreamland pun mengunjungi New Zealand sebagai negara baru dalam perjalanan tahun ini, di mana perjalanan ini memberi kesan tersendiri karena setiap belokan jalan dan pemandangan yang ditemui seperti memandang lukisan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Dreamland menjelajahi New Zealand dari utara hingga selatan dengan bus umum dari TransCity, sehingga merasakan pengalaman road trip di New Zealand yang sangat memukau, mulai dari Auckland, Wellington, Queenstown, hingga Christchurch.
Dreamland juga berkunjung ke Myanmar secara mendadak karena mendapat tiket promo dan takjub dengan berbagai pagoda yang ada di Yangon, Mandalay, dan Bagan. Citra Myanmar yang selama ini dikatakan orang kumuh, tidak berabad, kejam, dan lain sebagainya langsung sirna begitu pertama kali menginjakkan kaki di Myanmar. Dreamland justru bertemu begitu banyak orang baik selama berwisata di Myanmar yang unik dan penuh dengan peninggalan sejarah yang memukau.
 
Sehabis itu, Dreamland pun berkesempatan untuk traveling ke Honolulu, Hawaii di Amerika Serikat dan melanjutkan perjalanan ke Los Angeles, San Fransisco, Las Vegas, dan berbagai kota kecil untuk melihat pemandangan alam Amerika Serikat yang sangat liar dan mendebarkan. Senang sekali rasanya setelah 2,5 tahun tidak berkunjung ke Amerika Serikat dapat kembali ke negeri Paman Sam sebagai wisatawan. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat tak terlupakan. Perjalanan ke Amerika Serikat ini pun menjadi penutup dari rangkaian perjalanan Dreamland di tahun 2017.
 
Berbicara tentang perjalanan Dreamland Traveller, tentu Dreamland bersyukur karena Dreamland masih tetap aktif mengisi blog ini dengan tulisan, meskipun mengalami penurunan yang sangat drastis karena perubahan era sosial media yang sangat dinamis. Dreamland melihat banyak sekali travel blog yang terhenti di tahun 2017 karena pesona Instagram yang lebih menjanjikan untuk dilihat daripada blog. Selain itu, Dreamland juga senang karena Dreamland mulai aktif memposting foto perjalanan Dreamland di @TravelDreamland karena selama ini terkendala kesibukan, sehingga postingan tersebut terbengkalai.
 
Satu hal yang Dreamland syukuri adalah 6 tahun perjalanan panjang yang penuh warna, kisah, serta cerita yang luar biasa. Dreamland tidak menyangka bahwa Dreamland akan melangkah sejauh ini dalam menjelajah dunia. Dreamland percaya bahwa dunia masih begitu luas untuk dijelajahi dan tugas kita adalah melihat secara jelas tempat yang ingin kita kunjungi dengan traveling. Semoga di tahun 2018, Dreamland juga semakin aktif menulis kisah perjalanan yang pernah dilalui agar menjadi informasi berharga bagi para pembaca (mengingatkan diri sendiri).
Bagan, Myanmar
Selamat Tahun Baru 2018 dan mari kita mulai tahun yang baru dengan langkah kaki yang baru, serta penjelajahan baru dalam menemukan arti dari sebuah perjalanan. Mari tulis kisah kita di tahun 2018!


Bandung, 31 Desember 2017


Dreamland Traveller
@TravelDreamland

Saturday, December 23, 2017

American Dream or Indonesian Dream



Dreamland Traveller

American Dream or Indonesian Dream
Yosemite National Park, California, United States
            Bagi sebagian besar orang di seluruh dunia, Amerika Serikat merupakan negara impian yang menjanjikan banyak hal. Ada anggapan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang dapat membuat mimpi yang dimiliki menjadi nyata. Tak heran muncul istilah American Dream yang membuat banyak orang berbondong-bondong untuk menjadi imigran di Amerika Serikat dengan berbagai keuntungan yang ada.
            Membludaknya minat penduduk negara lain, khususnya negara berkembang untuk pindah ke Amerika ini membuat Amerika Serikat memperketat syarat visa kunjungan yang kerapkali disalahgunakan. Tak heran jika wawancara dilakukan untuk memastikan tujuan kunjungan wisatawan hanya untuk sementara waktu dan tidak untuk tinggal selamanya di Amerika Serikat. Nah selama Dreamland berwisata di Amerika Serikat, khususnya wilayah West Coast, Dreamland menemukan beberapa fakta baru yang membandingkan antara Amerika Serikat dan Indonesia dari hasil percakapan dengan orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Indonesia.

American Dream
1. Surga bagi penyandang disabilitas dan orang tua
Disabilitas kerapkali menjadi sebuah kekurangan yang dihina atau dibullying jika berada di negara berkembang pada umumnya. Di Amerika, penyandang disabilitas justru mendapatkan prioritas yang paling pertama dalam berbagai hal, mulai dari tempat parkir yang strategis, tempat menonton paling depan, didahulukan ketika mengantri, tunjangan dari pemerintah, serta pemeriksaan kesehatan gratis. Jika orang normal kedapatan parkir di tempat penyandang disabilitas justru akan didenda 250 USD! Benar-benar negara yang sangat memperhatikan orang yang memiliki kekurangan fisik.

2. Pejalan kaki adalah raja
Jika di Indonesia, pejalan kaki kerapkali diabaikan keberadaannya, Amerika justru sangat mengistimewakan pejalan kaki. Pengemudi mobil wajib untuk berhenti memberikan jalan menyeberang pada pejalan kaki untuk berjalan hingga trotoar terlebih dahulu sebelum dapat melanjutkan perjalanan. Tak hanya itu, lampu stopan untuk pejalan kaki juga berfungsi dengan baik. Meskipun tidak ada stopan, jika ada zebra cross, maka pejalan kaki berhak untuk berjalan dan pengemudi mobil wajib menunggu hingga selesai menyeberang.

3. Menilai prestasi, bukan identitas
Jika di Indonesia konflik SARA masih terus menerus terjadi, di Amerika justru tidak ada pembahasan tentang identitas dalam mengembangkan diri. Meskipun Anda berasal dari negara, ras, suku, atau orientasi seksual tertentu, orang tidak pernah membeda-bedakan dan akan memperlakukan Anda setara tanpa adanya diskriminasi. Anda akan dinilai berdasarkan kemampuan yang Anda miliki, bukan agama, golongan, atau ras tertentu. Bahkan minoritas pun dapat menjadi pemimpin kota atau wilayah di Amerika karena kapabilitas yang dimiliki.

4. Akses pendidikan dan kesehatan gratis
Pendidikan yang berkualitas dan jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah ini terkadang menjadi gula yang mnggiurkan bagi penduduk dari negara lain untuk pindah ke Amerika Serikat. Jika Anda menjadi penduduk tetap Amerika, Anda akan mendapatkan jaminan dari pemerintah untuk bersekolah hingga SMA dan kesehatan Anda ditanggung. Tak heran jika banyak penduduk Amerika yang mampu menciptakan karya kreatif karena pendidikan yang memadai dan lingkungan yang mendukung.

5. Lakukan apa yang Anda inginkan
Di Amerika, Anda dapat melakukan demo tanpa diusir polisi atau berkarya sesuai hobi Anda sekalipun nyeleneh. Asalkan Anda tidak melanggar hukum, tidak ada seorangpun yang melarang atau membatasi kreativitas yang dimiliki. Anda juga bisa bekerja kapan saja dengan jam kerja yang fleksibel dengan konsekuensi jam kerja Anda dimulai dari kapan Anda masuk kerja. Selain itu, Anda mempunyai banyak waktu yang dapat dialokasikan untuk mengembangkan hobi Anda.

Indonesian Dream
6. Tips dan pajak yang tinggi bagi wisatawan
Sebagai seorang wisatawan budget, perlunya memberikan uang tips setiap kali makan atau menerima jasa tertentu, tentu lama-lama memberatkan juga. Apalagi pajak yang diberikan pemerintah Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung, yakni 9,5% untuk wilayah California dan 13,5% untuk wilayah Hawaii. Tak heran jika pengeluaran jadi membengkak jika makan di restoran atau ikut dalam tur tertentu karena diwajibkan memberikan gratituity sebesar 10% dari harga jasa. Tapi bagi penduduk, tips ini merupakan bentuk penghargaan terhadap jasa yang sudah mereka berikan dan ucapan terima kasih. Tentu ada plus minus dalam hal ini tergantung dari perspektif mana kita menilainya. Di Indonesia, Anda dapat menghemat pengeluaran sesuai budget karena banyak pilihan yang dapat diambil.

7. Mandiri dalam segala hal
Jika berada dan tinggal di Amerika, Anda harus menjadi serba bisa karena tidak ada seorangpun yang membantu, kecuali Anda bersedia membayar mahal akan jasa orang tersebut. Saya perhatikan sangat jarang orang Amerika yang memiliki pembantu dan anak diasuh oleh orang tua sendiri. Tak hanya itu, potong rumput, cuci mobil, membersihkan rumah, serta melakukan hal-hal lainnya harus dilakukan secara mandiri tanpa bantuan bibi pembantu karena harganya mahal. Di Indonesia, gaji bibi pembantu tidak semahal di Amerika dan bisa membantu berbagai hal di rumah.

8. Tertib dalam aturan dan hukum
Perbedaan mendasar antara negara maju dan berkembang adalah pada implementasi hukum yang ada di lapangan. Entah saya harus memasukkan ke kelebihan atau kekurangan, tapi bagi orang Indonesia rasanya hal ini menjadi sebuah kekurangan. Jika Anda ingin mendapatkan SIM, maka Anda akan dipantau oleh polisi untuk mematuhi rambu lalu lintas yang ada, serta harus lulus tes tertulis. Anda juga tidak boleh parkir sembarangan, berada di jalur yang tepat, serta menggunakan kecepatan sesuai aturan. Saya yakin kalau terbiasa mengemudi di Indonesia akan stres ketika mengemudi di Amerika yang penuh dengan aturan. Di Indonesia, aturan dibuat untuk dipajang dan tidak perlu dibahas kenapanya hehehe...

9. Janji temu untuk berkunjung pada teman
Jika Anda sudah ada di Amerika, Anda harus membuat janji temu jika bertemu dengan teman atau siapapun karena mereka mempunyai jam kerja yang padat. Pastikan untuk berjanji secara detail antara waktu dan tempat karena letak rumah di Amerika berjauhan satu dengan yang lainnya. Tak hanya itu, jika di Indonesia, ngobrol bisa dilakukan secara tidak terbatas, jika waktu temu sudah usai, maka tamu yang kita temui akan meninggalkan Anda karena mempunyai acara lain yang sudah terjadwal dan itu sangatlah lumrah. Di Indonesia, kedatangan tamu seperti kedatangan raja yang akan disuguhi berbagai kudapan lezat dan diterima sampai disuruh menginap malah.

10. Transportasi umum yang jelek
Jujur ekspetasi saya terhadap Amerika adalah mempunyai transportasi umum yang bagus. Namun ternyata, jarak antara lokasi perumahan dengan pusat kota sangatlah jauh dan harus menggunakan kendaraan ke mana-mana. Untuk makan saja, rata-rata tidak bisa jalan kaki dan harus membeli dengan mobil. Tak heran usaha drive-thru jadi sangat populer di sana. Kebanyakan orang di Amerika punya mobil untuk 1 orang 1 mobil. Jika Anda backpackeran, pasti sengsara dengan transportasi umum yang ada karena penginapan budget rata-rata berada di luar pusat kota. Di Indonesia, walaupun suka ngetem, beberapa pelosok masih terjangkau oleh angkot, ojek, atau bus dan Anda masih bisa nginap di mesjid gratis kalau kemalaman.

            Demikian analisis yang bisa saya sampaikan. Jadi setiap negara punya plus minusnya masing-masing dan pastinya sebagai orang Indonesia, kita harus bangga menjadi Indonesia karena apapun kondisi bangsa kita, kita dilahirkan dan dibesarkan di negeri ini. Pastikan Anda berkontribusi untuk mengubah negara ini menjadi lebih baik. Semangat!

~ oOo ~

Tuesday, December 5, 2017

Transit oh Transit



Dreamland Traveller

Transit oh Transit
Aneka rasa KitKat di Kansai International Airport, Jepang
            Salah satu seni dari traveling dengan budget airlines adalah banyaknya transit yang dilakukan untuk mencapai destinasi akhir. Tentu sebagai penumpang, Dreamland tidak bisa komplain karena harga yang murah. Nah Dreamland akan membagikan beberapa kisah transit yang beraneka ragam dari berbagai destinasi yang pernah Dreamland kunjungi, baik itu dengan budget airlines maupun full service airlines.

1. Nanjing - Seoul - Jakarta (Asiana Airlines)
Salah satu pengalaman transit terlama yang pernah Dreamland lakukan selama melakukan perjalanan. Dreamland harus transit selama 23 jam 50 menit di Incheon International Airport sebelum melanjutkan kembali penerbangan ke Jakarta. Berhubung Dreamland tidak punya visa Korea dan tidak transit menuju Amerika Serikat, jadilah Dreamland terkatung-katung di bandara Incheon. Untungnya banyak aktivitas budaya, serta pertunjukan yang bisa Dreamland saksikan di area transit Incheon International Airport. Selain itu, ada juga fasilitas shower (handuk dan sikat gigi dipinjamkan), dan bangku yang dapat digunakan untuk tidur. Hanya saja, harga makanan di Incheon International Airport ini mahal sekali!

2. Nanjing - Singapore - Jakarta (Scoot dan Singapore Airlines)
Dreamland harus melakukan transit di Singapore selama 10 jam sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Meskipun labelnya bandara terbaik nomor 1 di dunia, tapi Dreamland cukup sulit untuk menemukan bangku yang bisa dipakai tidur di Changi Airport ini. Salah satu keunggulan transit di Singapore adalah bisa keluar bandara dengan bebas karena Indonesia bebas visa untuk Singapore. Selain itu, ada berbagai macam taman tematik dan fasilitas yang ditawarkan secara cuma-cuma, seperti bioskop dan kursi pijat. Kekurangannya terletak pada fasilitas shower yang dikenakan biaya, tidak seperti Incheon Airport yang bisa mandi sepuasnya.

3. Kuala Lumpur - Gold Coast - Auckland (AirAsia X)
Transit di Gold Coast merupakan transit tersingkat yang pernah Dreamland alami. Setelah menempuh perjalanan panjang selama 7 jam dari Kuala Lumpur, Dreamland harus turun dari pesawat dengan membawa semua hand luggage menuju terminal transit Gold Coast. Bandara Gold Coast ini sangat kecil, basic, dan sedang dalam proses pembangunan. Begitu tiba semua penumpang langsung mengantri memanjang untuk menuju ke konter International Transfer. Pengalaman transit yang satu ini sangat melelahkan karena kita diminta screening barang bawaan dan begitu selesai langsung masuk lagi ke pesawat dengan membawa hand luggage. Apalagi naik pesawatnya naik tangga secara manual, bukan naik garbatara. Loket transit ini dibatasi dengan pintu, sehingga tidak bisa keluar bandara sama sekali dan waktu transitnya hanya 75 menit dari penerbangan sebelumnya.

4. Bandung - Kuala Lumpur - Yangon (AirAsia)
Sebagai pengguna setia maskapai budget yang satu ini, bandara klia2 sudah menjadi tempat singgah rutin setiap kali melakukan perjalanan. Bandara klia2 ini sangat luas dan besar, jadi sangat penting untuk memperhatikan waktu di bandara ini, khususnya bagi keberangkatan di pintu P atau Q. Fasilitas yang ada cukup lengkap, yakni karpet untuk tidur berjamaah, fasilitas shower di area transit, serta restoran dengan harga yang cukup terjangkau. Sebagai pemegang paspor Indonesia, kita bisa keluar dari bandara Kuala Lumpur, sehingga jika waktu transitnya lama bisa juga main dulu ke kota. Hanya saja, kita harus memperhitungkan waktu tempuh dan waktu transit yang dimiliki, jika tidak ingin ketinggalan pesawat.

5. New York - Dubai - Jakarta (Emirates Airlines)
Sepulang dari New York menempuh perjalanan selama 10 jam 30 menit di udara, akhirnya Dreamland mendarat di Dubai International Airport. Bandaranya sih boleh dikatakan biasa-biasa saja. Salah satu hal menarik yang Dreamland dapatkan saat transit di Dubai International Airport adalah kupon makanan jika transit lebih dari 5 jam. Kuponnya bisa ditukarkan di merchant yang berpartisipasi dan tertera di dalam kupon. Fasilitas yang ada selama transit di Dubai Airport adalah tempat bermain anak dan kursi yang bisa diselonjorkan.

6. Kuala Lumpur - Osaka - Honolulu (AirAsia X)
Transit di Jepang boleh dikatakan salah satu transit yang cukup unik, di mana terdapat petugas yang memanggil penumpang yang Fly-Thru alias transit di dekat konter imigrasi untuk langsung menuju ke gerbang keberangkatan selanjutnya. Sayangnya, Dreamland tidak dapat keluar airport karena waktu transit yang terbatas, yakni 2 jam (meskipun punya visa transit Jepang), serta penjagaan dari petugas bandara agar penumpang transit langsung menuju ke Transit Hall dengan cara diabsen. Salah satu hal yang dapat dilakukan di Kansai International Airport adalah belanja KitKat aneka rasa, mandi shower seharga 600 JPY, atau beli Tokyo Banana buat kerabat di rumah.

            Sementara sekian pengalaman transit yang pernah Dreamland alami selama perjalanan. Jika ada pengalaman transit dari para pembaca Dreamland yang seru atau unik bisa juga cerita di komentar.

~ oOo ~