Jalan
Perbatasan Serasa Jalan Tol
Perbatasan
darat antara satu negara dengan negara lain tentu akan memperlihatkan tingkat
kesejahteraan dari masing-masing negara tersebut. Bangunan, kondisi jalan, dan
ornamen-ornamen yang ada di sisi jalan dalam jalan perbatasan akan memberi
gambaran bagaimana perekonomian dan kesejahteraan masyarakat negara yang
bersangkutan. Kita akan mendapat gambaran utuh bagaimana kehidupan masyarakat
perbatasan, apakah terlunta-lunta atau diperhatikan dengan baik oleh pemerintah
negara tersebut.
Dreamland
senang sekali berkesempatan mengunjungi 3 perbatasan darat dalam kurun waktu 1
bulan terakhir ini, yakni perbatasan Thailand – Myanmar, perbatasan Thailand –
Laos, dan perbatasan Thailand – Kamboja. Meskipun Dreamland mengunjungi 3
perbatasan negara yang berbeda, Dreamland menemukan kesamaan yang otentik dari
3 daerah perbatasan ini, yakni kondisi jalan dari dan ke perbatasan sangatlah
bagus dan mulus.
Tatkala
Dreamland melintasi jalan menuju perbatasan Myanmar di Mae Sai, sepanjang jalan
semua begitu mulus dan rapi. Pemandangan sisi kanan dan kiri jalan begitu indah
dihiasi oleh pepohonan dan sawah yang hijau dengan latar belakang gunung yang
eksotis. Tidak ada lubang atau tikungan tajam. Tak heran Dreamland bisa
tertidur ketika naik bus sekelas Kopaja karena saking mulusnya perjalanan
menuju Mae Sai. Pokoknya benar-benar perjalanan yang menyenangkan.
Sama
halnya tatkala Dreamland melintasi jalan menuju perbatasan Laos di Chiang
Khong, sepanjang jalan begitu mulus dan rapi. Tidak ada lubang sama sekali
meskipun kawasan Chiang Khong sebagian besar adalah bukit dan pegunungan yang
terjal. Perjalanan begitu lancar tanpa adanya hambatan yang berarti dan
memberikan kedamaian tatkala memandang sisi kanan dan kiri jalan yang begitu
indah.
Demikian
juga di Aranyaprathet yang menjadi perbatasan antara Thailand dengan Kamboja.
Semua jalan begitu rapi, meskipun kondisinya berdebu. Masyarakat perbatasan
masih hidup secara layak dan sejahtera. Jalanan terawat, bangunan sekitar
perbatasan berdiri dengan kokoh, dan polisi yang berjaga di setiap daerah
perbatasan begitu sigap melindungi wilayah negara mereka dengan baik. Dreamland
acungkan jempol untuk kehebatan Thailand dalam menjaga daerah perbatasannya
dengan baik.
Berbeda
total ketika Dreamland berkesempatan mengunjungi Kuching via perbatasan
Entikong di Kalimantan belasan tahun silam. Jalanan dari Pontianak menuju
Singkawang memang terawat dengan baik, namun perjalanan dari Singkawang menuju
Kuching sangatlah menakutkan. Sepanjang kiri dan kanan jalan adalah hutan
belantara yang tidak terawat. Selain itu, jalanannya juga bolong sana sini dan
membuat laju bus menjadi sangat pelan. Banyak sekali tanjakan dan tikungan
tajam yang mengancam nyawa. Pokoknya benar-benar perjalanan yang mendebarkan.
Begitu
keluar dari Entikong, rasanya senang sekali mendapati jalanan yang mulus tanpa
cacat cela. Perjalanan pun lancar hingga tiba di Kuching, Malaysia. Entahlah
apakah daerah perbatasan darat kita yang terlalu luas membuat pemerintah malas
memperhatikan atau bagaimana sampai-sampai jalanan menuju perbatasan rusak
parah seperti itu tidak pernah mendapat penanganan yang baik hingga saat ini
(2013). Bahkan di televisi, Dreamland menyimak ada patok negara yang sudah
terlepas dan bergeser perlahan-lahan untuk menguntungkan Malaysia.
Giliran
kalau sudah mau diambil Malaysia saja, baru pemerintah seperti kebakaran
jenggot. Berbeda kalau belum diklaim oleh Malaysia, pemerintah adem ayem saja
seolah tidak ada hal apapun yang terjadi dan sibuk menikmati pelesiran ke luar
negeri. Wajar rasanya kalau penjagaan pemerintah pada daerah perbatasan masih
seperti ini akan ada Sipadan dan Ligitan lain yang akan diklaim oleh Malaysia
di masa mendatang. Entahlah apakah Menteri Pertahanan kita terlalu sibuk
mempertahankan kekuasaannya atau tidak punya waktu untuk melihat daerah
perbatasan yang sudah sedemikian terancam.
Kesejahteraan
masyarakat perbatasan di Indonesia pun sangat memprihatinkan. Akses menuju
sekolah, fasilitas umum, dan pusat perbelanjaan sangatlah sulit. Selain itu,
pasokan listrik dan air pun sangat jarang bisa dinikmati, sehingga daerah
perbatasan Entikong selalu berada dalam kondisi gelap di malam hari. Tak heran
rasanya jika masyarakat perbatasan lebih memilih bergantung hidup pada Malaysia
dibandingkan Indonesia sendiri yang seolah menganaktirikan mereka dengan
ketidakpedulian yang diberikan pemerintah.
Berkaca
pada perbatasan Thailand di Mae Sai, Chiang Khong, dan Aranyaprathet, rasanya
kita perlu berbenah diri dalam menata daerah perbatasan darat kita. Jangan
sampai kesejahteraan, jalan, dan kondisi masyarakat perbatasan kita
terlunta-lunta dan tak tahu rimbanya berakibat daerah Kepulauan Republik
Indonesia akan menyusut karena diklaim terus menerus oleh Malaysia. Selain itu
juga sebagai batas paling luar wilayah negara kita, sudah sepatutnya pemerintah
memperhatikan wilayah vital tersebut agar NKRI dapat utuh seperti sediakala.
Semoga
suatu hari nanti jalan menuju perbatasan Entikong dapat semulus jalan tol.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.