Teka-Teki
Kelangkaan Pangan Indonesia
Sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah negara yang dianugerahi
banyak kekayaan alam, mulai dari darat dan lautnya yang subur. Selain itu,
tanah Indonesia juga menyimpan banyak barang tambang yang bernilai tinggi dan
langka. Rasanya kita seperti hidup di atas tumpukan harta karun yang begitu
melimpah. “Orang bilang tanah kita tanah
surga.” Lirik lagu itu memang tidak berlebihan karena tanah di Indonesia
sangatlah subur dan dapat ditanami apa saja. Kayu saja konon dapat menjadi
tanaman. Itulah kehebatan negara kita!
Sayangnya,
baru-baru ini pemerintah mengumumkan terjadinya kelangkaan pangan di Indonesia.
Harga barang pokok melonjak drastis. Paling parahnya adalah harga cabai di
pasaran dapat mencapai ratusan ribu rupiah! Kita pun sampai harus impor beras
dari Thailand untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kita yang jumlahnya
200 jutaan ini. Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, apakah benar negara kita
adalah negara agraris. Kok bisa-bisanya negara yang sudah diberikan anugerah
kesuburan ini justru harus membeli pangan dari negara lain.
Melihat
ke negara yang mengekspor berasnya pada kita, yakni Thailand. Mereka bukanlah
negara kepulauan yang dikelilingi laut dan mempunyai daratan yang super luas
seperti Indonesia. Namun kok bisa ya mereka menyuplai beras ke Indonesia dan
kebutuhan dalam negeri mereka pun tetap terpenuhi. Apa sebenarnya rahasia
negara yang satu ini sampai-sampai bisa memproduksi beras, buah-buahan, dan
sayur mayur dengan kualitas yang prima dan mencukupi semua kebutuhan
masyarakatnya?
Dreamland
sudah mengunjungi Thailand Selatan, Timur, dan Utara dalam rangkaian trip 2 tahun terakhir ini. Dreamland
menemukan rahasia mengapa lahan di Thailand begitu subur dan mampu menyuplai
beras pada Indonesia. Tatkala Dreamland berada dalam perjalanan menuju
Aranyaprathet, Dreamland menemukan sepanjang jalan yang ada hanyalah hamparan
sawah yang sangat luas dengan sistem irigasi yang baik. Tidak ada bangunan tinggi
atau apartemen mewah, yang ada hanyalah tanaman dan tanaman yang dibiarkan liar
begitu saja sepanjang perjalanan.
Sama
halnya tatkala Dreamland pergi ke Chiang Khong di Thailand Utara, sepanjang
jalan sawah dan bukit ditanami pepohonan dengan subur. Tidak ada resort megah atau hotel yang didirikan di kawasan ini. Semua
tertata dengan rapi dan menjadikan pemandangan yang indah sepanjang perjalanan.
Demikian pula tatkala pergi ke Hat Yai, Thailand Selatan, sawah dan tanaman
dibiarkan begitu saja, sehingga tumbuh dengan subur alami dengan alam yang
mereka miliki.
Kembali
ke pangan di Indonesia, mengapa kualitas pangan impor jauh lebih bagus
dibandingkan pangan lokal. Bisa jadi selama ini penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan karena menginginkan hasil yang subur adalah salah satu jawabannya.
Tanah Indonesia yang awalnya memiliki humus alami yang bagus, kini menjadi
rusak karena petani tidak mau capek menggarap sawahnya dan hanya tinggal terima
jadi dengan menaburkan pupuk kimia. Wajar rasanya jika hasil pertama mungkin
bagus, namun selanjutnya hasil tanaman menjadi rusak dan tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Thailand
membiarkan tanamannya tetap liar begitu saja, mereka hanya menata dan merawat
padinya agar tertanam sesuai pola. Binatang-binatang, seperti sapi dan kuda
berlarian dengan bebas. Tidak ada ancaman disembelih atau ditangkap seperti di
Indonesia. Kotoran binatang-binatang tersebut pun turut menunjang kesuburan
tanah yang ada di negara Gajah Putih ini. Tak heran jika saat membeli buah
potong di Thailand, rasa segarnya begitu nikmat. Tidak ada rasa sepat, masam,
atau kecut, tapi semuanya manis alami!
Selain
itu, pemerintah Indonesia juga tidak pernah mempedulikan komposisi antara lahan
kosong dengan pemukiman. Berhubung penduduk Indonesia semakin lama semakin
banyak, akibatnya lahan yang awalnya digunakan untuk bercocok tanam dijadikan
rumah beton oleh pemerintah. Ekstrimnya lagi ada yang dijadikan apartemen dan
pemukiman mewah yang membuat ladang sawah menjadi minim. Akibatnya pengairan
sawah pun terhalangi oleh hutan beton yang baru dan membuat tanaman menjadi
mati.
Dulu
di halaman rumah Dreamland, pinggir kanan dan kirinya masih berupa sawah. Tak
heran jika kadang-kadang ular sawah bisa masuk ke rumah. Sekarang, rumah beton
raksasa sudah berdiri di samping rumah Dreamland dan tidak ada lagi sawah yang
selama ini Dreamland jadikan tempat bermain. Tak heran rasanya jika masyarakat
yang semakin meningkat dan lahan yang semakin menyempit membuat kelangkaan
pangan semakin menjadi di Indonesia. Pemusatan kegiatan ekonomi dan politik di
Pulau Jawa juga membuat pulau kita tercinta ini semakin padat dan sempit.
Padahal lahan di Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua adalah lahan yang sangat baik untuk dijadikan lahan sawah
dan tanaman yang subur. Hanya saja, tidak ada orang yang mau mengelolanya di
sana. Akibatnya, impor pun terpaksa dilakukan karena sifat malas dari manusia
Indonesia itu sendiri yang sudah dimanjakan oleh alam. Sayang rasanya jika
negara sudah diberi potensi yang besar, namun karena malas dikembangkan
akhirnya menjadikan potensi itu hilang secara sia-sia.
Pemerintah
haruslah sadar dan mawas diri untuk tetap menjadikan komposisi kota pada
tempatnya. Jangan sampai semua lahan yang ada dijadikan perumahan atau mal,
sehingga lahan yang bisa ditanami menjadi hilang. Semoga saja ada perbaikan
dalam pengelolaan lahan di Indonesia layaknya di Thailand yang membiarkan alam
apa adanya tanpa adanya rekayasa genetika dan membuat semua hasil alamnya
begitu terasa prima!
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.