Friday, July 5, 2013

Teka-Teki Kelangkaan Pangan Indonesia

Dreamland Traveller Moment


Teka-Teki Kelangkaan Pangan Indonesia
            Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah negara yang dianugerahi banyak kekayaan alam, mulai dari darat dan lautnya yang subur. Selain itu, tanah Indonesia juga menyimpan banyak barang tambang yang bernilai tinggi dan langka. Rasanya kita seperti hidup di atas tumpukan harta karun yang begitu melimpah. “Orang bilang tanah kita tanah surga.” Lirik lagu itu memang tidak berlebihan karena tanah di Indonesia sangatlah subur dan dapat ditanami apa saja. Kayu saja konon dapat menjadi tanaman. Itulah kehebatan negara kita!
            Sayangnya, baru-baru ini pemerintah mengumumkan terjadinya kelangkaan pangan di Indonesia. Harga barang pokok melonjak drastis. Paling parahnya adalah harga cabai di pasaran dapat mencapai ratusan ribu rupiah! Kita pun sampai harus impor beras dari Thailand untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kita yang jumlahnya 200 jutaan ini. Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, apakah benar negara kita adalah negara agraris. Kok bisa-bisanya negara yang sudah diberikan anugerah kesuburan ini justru harus membeli pangan dari negara lain.
            Melihat ke negara yang mengekspor berasnya pada kita, yakni Thailand. Mereka bukanlah negara kepulauan yang dikelilingi laut dan mempunyai daratan yang super luas seperti Indonesia. Namun kok bisa ya mereka menyuplai beras ke Indonesia dan kebutuhan dalam negeri mereka pun tetap terpenuhi. Apa sebenarnya rahasia negara yang satu ini sampai-sampai bisa memproduksi beras, buah-buahan, dan sayur mayur dengan kualitas yang prima dan mencukupi semua kebutuhan masyarakatnya?
            Dreamland sudah mengunjungi Thailand Selatan, Timur, dan Utara dalam rangkaian trip 2 tahun terakhir ini. Dreamland menemukan rahasia mengapa lahan di Thailand begitu subur dan mampu menyuplai beras pada Indonesia. Tatkala Dreamland berada dalam perjalanan menuju Aranyaprathet, Dreamland menemukan sepanjang jalan yang ada hanyalah hamparan sawah yang sangat luas dengan sistem irigasi yang baik. Tidak ada bangunan tinggi atau apartemen mewah, yang ada hanyalah tanaman dan tanaman yang dibiarkan liar begitu saja sepanjang perjalanan.
            Sama halnya tatkala Dreamland pergi ke Chiang Khong di Thailand Utara, sepanjang jalan sawah dan bukit ditanami pepohonan dengan subur. Tidak ada resort megah atau  hotel yang didirikan di kawasan ini. Semua tertata dengan rapi dan menjadikan pemandangan yang indah sepanjang perjalanan. Demikian pula tatkala pergi ke Hat Yai, Thailand Selatan, sawah dan tanaman dibiarkan begitu saja, sehingga tumbuh dengan subur alami dengan alam yang mereka miliki.
           Kembali ke pangan di Indonesia, mengapa kualitas pangan impor jauh lebih bagus dibandingkan pangan lokal. Bisa jadi selama ini penggunaan pupuk kimia yang berlebihan karena menginginkan hasil yang subur adalah salah satu jawabannya. Tanah Indonesia yang awalnya memiliki humus alami yang bagus, kini menjadi rusak karena petani tidak mau capek menggarap sawahnya dan hanya tinggal terima jadi dengan menaburkan pupuk kimia. Wajar rasanya jika hasil pertama mungkin bagus, namun selanjutnya hasil tanaman menjadi rusak dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
            Thailand membiarkan tanamannya tetap liar begitu saja, mereka hanya menata dan merawat padinya agar tertanam sesuai pola. Binatang-binatang, seperti sapi dan kuda berlarian dengan bebas. Tidak ada ancaman disembelih atau ditangkap seperti di Indonesia. Kotoran binatang-binatang tersebut pun turut menunjang kesuburan tanah yang ada di negara Gajah Putih ini. Tak heran jika saat membeli buah potong di Thailand, rasa segarnya begitu nikmat. Tidak ada rasa sepat, masam, atau kecut, tapi semuanya manis alami!
            Selain itu, pemerintah Indonesia juga tidak pernah mempedulikan komposisi antara lahan kosong dengan pemukiman. Berhubung penduduk Indonesia semakin lama semakin banyak, akibatnya lahan yang awalnya digunakan untuk bercocok tanam dijadikan rumah beton oleh pemerintah. Ekstrimnya lagi ada yang dijadikan apartemen dan pemukiman mewah yang membuat ladang sawah menjadi minim. Akibatnya pengairan sawah pun terhalangi oleh hutan beton yang baru dan membuat tanaman menjadi mati.
            Dulu di halaman rumah Dreamland, pinggir kanan dan kirinya masih berupa sawah. Tak heran jika kadang-kadang ular sawah bisa masuk ke rumah. Sekarang, rumah beton raksasa sudah berdiri di samping rumah Dreamland dan tidak ada lagi sawah yang selama ini Dreamland jadikan tempat bermain. Tak heran rasanya jika masyarakat yang semakin meningkat dan lahan yang semakin menyempit membuat kelangkaan pangan semakin menjadi di Indonesia. Pemusatan kegiatan ekonomi dan politik di Pulau Jawa juga membuat pulau kita tercinta ini semakin padat dan sempit.
Padahal lahan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua adalah lahan yang sangat baik untuk dijadikan lahan sawah dan tanaman yang subur. Hanya saja, tidak ada orang yang mau mengelolanya di sana. Akibatnya, impor pun terpaksa dilakukan karena sifat malas dari manusia Indonesia itu sendiri yang sudah dimanjakan oleh alam. Sayang rasanya jika negara sudah diberi potensi yang besar, namun karena malas dikembangkan akhirnya menjadikan potensi itu hilang secara sia-sia.
            Pemerintah haruslah sadar dan mawas diri untuk tetap menjadikan komposisi kota pada tempatnya. Jangan sampai semua lahan yang ada dijadikan perumahan atau mal, sehingga lahan yang bisa ditanami menjadi hilang. Semoga saja ada perbaikan dalam pengelolaan lahan di Indonesia layaknya di Thailand yang membiarkan alam apa adanya tanpa adanya rekayasa genetika dan membuat semua hasil alamnya begitu terasa prima!

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.