Keliling
Indonesia atau Luar Negeri?
Dreamland
seringkali bingung, geleng-geleng kepala, dan tidak mengerti kalau seseorang
bertanya, “Kenapa harus ke luar negeri sih? Emangnya Indonesia ga kurang bagus
apa buat dikelilingi dan ga bakal habis-habis?” Entahlah, Dreamland saja malas
menanggapi pertanyaan orang semacam ini karena bisa jadi ada 2 kemungkinan.
Kemungkinan pertama, ia adalah orang yang tidak suka jalan-jalan ke luar
negeri. Kemungkinan kedua, ia adalah orang yang sangat idealis dan tidak mau
menerima perbedaan.
Bagi
Dreamland, esensi jalan-jalan itu sendiri adalah menyegarkan pikiran dari
rutinitas yang dijalani sehari-hari. Selain itu, jalan-jalan juga bisa jadi
sarana untuk menambah wawasan, ilmu, dan hal-hal baru yang belum pernah ditemui
sebelumnya dalam kehidupan. Jalan-jalan tentu bukan sekadar makan, tidur, dan
main, tetapi pengalaman yang dirasakan selama berada di suatu tempat itulah
yang membuat wisata menjadikan Dreamland orang yang “kaya” akan wawasan.
Berwisata
ke luar negeri bagi Dreamland adalah sebuah pembelajaran yang sangat amat
penting bagi setiap orang. Mengapa? Kita akan tahu baik dan buruk pariwisata
negara kita sendiri setelah berkaca pada pariwisata negara lain. Kok bisa ya
Thailand yang negaranya sekecil itu bisa menarik wisatawan asing 2 kali lipat
dibandingkan Indonesia yang wilayahnya sangat luas? Kok bisa ya Singapore punya
MRT, sementara kita tidak punya sampai sekarang? Pertanyaan semacam itulah yang
akan bisa terjawab tatkala kita pergi ke luar negeri.
Pergi
ke luar negeri juga akan mendewasakan kita untuk menerima perbedaan. Tatkala
kita masuk ke kuil, kita tidak boleh mengenakan topi dan sandal. Kita juga
dibiasakan untuk buang sampah pada tempatnya agar tidak terkena denda. Selain
itu, kita juga tahu mengapa suatu negara sangat displin, rapi, tertib, dan
bersih setelah kita melihat langsung seperti apa wujud negara itu. Mempelajari
budaya, bahasa, dan mencoba cita rasa kuliner baru juga akan menambah
pengalaman hidup kita, bukan?
Berbeda
dengan orang yang tidak pernah ke luar negeri. Rata-rata teman Dreamland yang
tidak pernah ke luar negeri sangat fanatik dan sentimen terhadap perbedaan.
Disulut isu panas seputar TKI yang disiksa langsung poster “Ganyang M***y**a”
bertebaran di mana-mana. Kedutaan negara tersebut dikepung oleh organisasi
masyarakat yang mengatasnamakan agama, namun implementasi kehidupannya jauh
dari kata agama. Pokoknya mereka sangat heboh dengan isu yang belum tentu benar
kebenarannya.
Andai
saja mereka melihat langsung TKI di Penang dan Kuala Lumpur. Rata-rata hidup
mereka lebih sejahtera dan senang. Gaji mereka terjamin dan mereka bisa
membiayai keluarga mereka di Indonesia dengan baik. Rata-rata mereka mengatakan
TIDAK MAU pulang kembali ke negara tercinta. Persentase TKI yang disiksa hanya
sepersekian persen, sementara yang disorot berita di Indonesia selalu TKI yang
loncatlah, yang diperkosalah, dan dianiayalah. Kalau sudah begini kan bisa
disimpulkan TKI dengan tipe bagaimanakah yang disiksa majikannya, apakah yang
baik atau bandel? Silahkan jawab sendiri.
Rata-rata
TKI di sana pun disayang majikannya. Coba lihat di Jalan Alor, TKI yang
Dreamland temui sangat diperhatikan oleh majikannya. “Saya di sini dikasih
1.000 RM sudah diberi tempat tinggal sama tiket pesawat pulang sama majikan pas
Lebaran.” Nah lho, TKI di Indonesia tidak selamanya jadi sansak tinju atau
barang jualan. Coba lihatlah sebuah kebenaran sendiri dan rasakan ternyata apa
yang diberitakan tidak selamanya benar dan akurat. Pergi ke luar negeri membuat
kita sadar akan kebenaran, bukan gosip semata.
Selain
itu, orang yang belum pernah ke luar negeri juga sebagian besar nyinyir.
“Belagu banget sih ke luar negeri. Emang negara kita kalah bagus ya?” Waduh,
kalau dibalikin emang situ udah pernah keliling Indonesia ya? Ditanya daerah A,
B, C, D, dan E saja ga tahu. Entahlah kefanatikan terhadap suatu tempat membuat
otak seseorang jadi berpikiran sempit, padahal dunia begitu luas dan layak kita
simak sebelum kita meninggal, bukan?
Pergi
ke luar negeri bukan sekadar gengsi atau menambah cap di paspor saja, melainkan
juga kita belajar untuk memahami sebuah fakta. Fakta bahwa negara kita tidak
lebih baik atau tidak lebih buruk dari negara lain. Lewat negara lain, kita
bisa membenahi penataan pariwisata kita yang boleh dikatakan kacau balau.
Sistem transportasi yang membingungkan, banyaknya penipuan di bandara, serta
kekurangan lain dapat menjadi pelajaran berharga bagi negara kita sendiri.
Nah
setelah kita keliling luar negeri, barulah kita lihat ke dalam negara kita
sendiri. Apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangannya? Barulah kita
keliling Indonesia untuk memberikan rekomendasi pada pemerintah setempat apa
saja yang baik dan perlu dibenahi agar pariwisata wilayah tersebut menjadi
lebih baik berkaca pada negara yang pariwisatanya lebih baik dari negara kita.
Boleh dong kita rendah hati mengakui kekurangan kita toh tidak ada negara yang
sempurna dan kita adalah salah satu negara yang masih harus belajar untuk
menjadi lebih baik, bukan?
Keengganan
banyak orang Indonesia, termasuk Dreamland keliling Indonesia bukanlah karena
Indonesia kurang indah atau hebat dibandingkan negara lain. Dreamland terhambat
oleh kendala transportasi umum, keamanan, dan keselamatan. Coba saja kalau
konsumsi berita di televisi saja seputar pesawat yang jatuh di perairan
Indonesia, apakah kalian berani naik pesawat perintis ke pelosok Indonesia
tanpa jaminan keselamatan. Tentu tidak, bukan?
Selain
itu, kasus kriminalitas, sentimen SARA, dan kejahatan juga terus menerus mewarnai
berita. Tak heran rasanya rasa takut untuk mengunjungi sebuah wilayah di
Indonesia menjadi sangat amat besar. Tentu tidak mau dong pergi ke sebuah
tempat, kemudian pulang tinggal nama karena suatu daerah anti SARA tertentu.
Selain itu, pengelolaan wisata di Indonesia juga kebanyakan kurang
memperhatikan kebutuhan konsumen, sehingga unsur keamanan dan keselamatan
jarang diperhatikan dengan baik.
Jujur
saja Dreamland harus akui kalau alam Indonesia itu tidak ada duanya dan jauh
lebih indah dari semua negara yang pernah Dreamland kunjungi sampai saat ini.
Hanya saja, pemerintah tidak pernah peduli dengan potensi pariwisata di
daerahnya. Kalau sudah begini, masa menuntut masyarakatnya lebih peduli pada
pariwisata di negara tercinta. Di mana pun pemimpin harus memberi contoh yang
baik pada masyarakatnya. Kalau pemimpinnya saja tukang studi banding ke
Denmark, Paris, dan jalan-jalan di luar negeri, wajar dong kalau rakyatnya ikut
serta karena mendapat contoh dari pemimpin.
Oke
Dreamland acungi jempol dengan program “Visit Indonesia”, namun jika
implementasi untuk peningkatan kualitas wisatanya saja tidak dilakukan, siapa
sih yang mau datang ke Indonesia dengan berita-berita kurang sedap, baik di
dalam maupun di luar negeri. Apalagi penyelenggaraan Miss World 2013 saja
dihalang-halangi oleh ormas tertentu. Padahal event bergengsi ini menjadi media
promosi pariwisata kita. Kan sama saja menunjukkan Indonesia tidak toleran
terhadap perbedaan, bahkan mengarah pada sentimen dan fanatisme.
Entahlah
Dreamland selalu heran dengan orang yang kebakaran jenggot kalau ada orang yang
pergi ke luar negeri. Seolah dunia mereka hanyalah rumah atau kantor atau
sekolah saja, demikian siklusnya. Belajar itu tidak mengenal tempat karena
setiap pengalaman adalah pelajaran yang tidak akan didapat di bangku sekolah
atau kuliah. Keliling Indonesia dan luar negeri sama pentingnya karena kita
akan mendapat pelajaran berharga dari setiap tempat yang kita singgahi. Maka
dari itu, berjalan-jalanlah sejauh mungkin, tapi dekatlah hati pada Indonesia!
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.