Bandara
Internasional, Pelayanan Regional
Berbicara
tentang airport Indonesia, tak
habis-habisnya Dreamland melihat begitu banyak ketidakprofessionalan dari
petugas bandara kita. Entah karena kita baru mempunyai penerbangan internasional
yang gencar baru-baru ini ataukah petugas bandara kita tidak dilatih untuk
memberikan pelayanan dengan standar internasional? Budaya Indonesia yang gemar
serobot menyerobot antrian, serta anggota keluarga adalah prioritas membuat
citra bandara kita menjadi tercoreng di mata dunia. Tak heran rasanya jika
bandara Indonesia sering dijuluki bandara internasional dengan pelayanan
regional.
Tatkala
Dreamland berangkat menuju Singapore pada rangkaian Singapore and Johor Bahru
Trip pukul 05.00, antrian penumpang di imigrasi begitu membludak. Padahal
konter imigrasi yang tersedia ada 2, namun hanya 1 yang melayani. Anehnya
petugas imigrasi dengan santainya baru muncul dari kantor ke konter imigrasi
yang kosong. Padahal waktu keberangkatan sudah hampir tiba dan antrian masih
sangat panjang. Tentu geram rasanya melihat kinerja petugas bandara yang
seperti itu, apalagi jika dia sudah tahu setiap hari penerbangan internasional
ke Singapore itu diadakan pagi hari dan siang hari secara berkala.
Petugas
bandara kita juga menjalankan tugasnya sambil mengobrol. Bayangkan air minum
yang seyogianya tidak boleh dibawa masuk pesawat bisa lolos begitu saja di tas
banyak orang. Layar pemindai seolah menjadi formalitas belaka, wajar kalau
negara kita banyak disusupi orang yang membawa narkoba dan barang terlarang
lainnya dengan kelenggahan penjagaan bandara internasional kita. Ada yang sibuk
main HP, ada yang ketawa ketiwi, dan ada yang bengong. Entahlah apakah mereka
dibayar untuk melakukan aktivitas tersebut atau tidak.
Malunya
lagi Bandara Husein Sastranegara yang disebut internasional ini benar-benar
sangat minim fasilitas. Bayangkan saat menunggu di ruang tunggu internasional,
ruangannya sangat sempit dan minim. Entahlah wacana Dirjen Penerbangan yang
katanya mau memperluas bandara yang sudah semakin sibuk ini seolah hanya
kata-kata saja tanpa ada pembenahan dan perbaikan yang terlihat. Wi-Fi tidak
tersedia, kursi berdempet-dempetan, dan ACnya langsung kena muka. Masuk ke
pesawat saja kita harus berjalan kaki lumayan jauh.
Belum
lagi saat Dreamland mendarat kembali di Bandung saat pulang dari Singapore.
Dreamland harus berjalan ke ruang kedatangan dan menjalani cap imigrasi.
Lagi-lagi antriannya membludak dari sekian banyak konter imigrasi yang ada.
Entah mengapa petugas imigrasi kita kerjanya sangat amat lambat. Selain itu,
bisa-bisanya ada orang yang menyerobot antrian setelah membayar jasa porter via
“jalur khusus”. Tentu antrian semakin menumpuk karena penerbangan internasional
Kuala Lumpur belum selesai, kini penerbangan Singapore sudah datang. Malu kan
jika ada turis internasional yang melihat hal ini?
Di
depan bandara Husein Sastranegara juga banyak sekali supir taksi gelap, tidak
ada angkutan bus ke bandara, serta minim petunjuk bagi turis awam yang baru
pertama kali ke Bandung. Tentu risiko untuk ditipu, dihipnotis, dan diculik
bisa sangat mungkin terjadi kalau sudah seperti ini. Tempat ambil kopernya juga
sangat memalukan, hanya 1 papan berjalan saja yang manual. Padahal lahan
Bandara Husein Sastranegara ini sangat luas dan bisa membangun gedung bandara
yang jauh lebih megah dan bagus. Entahlah dana yang disiapkan pemerintah ini
mengalir ke mana?
Bukannya
Dreamland tidak nasionalis atau tidak membela bandara Indonesia, namun
kenyataan di lapangan kita harus sadar bahwa bandara kita belum layak disebut
sebagai bandara internasional? Coba saja tengok bandara internasional di negara
tetangga kita. Changi Airport di Singapore sangatlah bagus dan megah dengan
pelayanan dan fasilitas bandara yang canggih. Suvarnabhumi Airport di Bangkok
sangatlah luas dan megah dengan pelayanan bandara yang cepat. Don Mueang
Airport di Bangkok yang merupakan bandara kuno Thailand pun sangatlah luas dan
ACnya berfungsi dengan baik.
Sudah
sepatutnya kita belajar dan berbenah agar bandara Indonesia tidak terkesan
kampungan dan baru belajar menjadi “internasional”. Tidak perlu berpikir untuk
merombak total bangunan bandara yang bisa memakan biaya triliunan. Cukup dengan
membenahi mentalitas petugas-petugas bandaranya saja yang suka mengobrol, main
HP, dan malas-malasan dalam bekerja. Selain itu juga menghilangkan “jalur
khusus” dengan menggunakan jasa porter juga bisa dilakukan agar bandara kita
tidak terlihat memalukan oleh turis asing yang datang ke Bandung.
Semoga
saja kelak Bandara Husein Sastranegara di kota Dreamland tercinta bisa menjadi
bandara internasional yang benar-benar internasional, bukan hanya sekadar
tempelan namanya saja!
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.