Monday, August 19, 2013

Orang Singapore yang Individualistis

Dreamland Traveller Moment


Orang Singapore yang Individualistis
            Selama Dreamland berwisata di Singapore, Dreamland selalu memperhatikan orang Singapore yang beraktivitas sehari-hari. Tatkala naik MRT, orang Singapore yang Dreamland lihat selalu saja sibuk dengan gadget mereka masing-masing yang bergambar apel digigit. Tua dan muda, masing-masing sibuk dengan earphone dan mainan mereka masing-masing. Tidak ada tegur sapa atau senyum, semua cuek bebek dengan teknologi yang mereka punya.
            Semua orang Singapore demikian. Orang tuanya asyik bermain Angry Bird, anak-anaknya asyik bermain tembak-tembakan di iPad, dan remajanya asyik mendengarkan iPod. Gilanya lagi remaja yang mendengarkan iPod volumenya kencang sekali sampai terdengar hingga ke tetangganya. Entahlah apa telinganya sudah budeg atau tidak, yang jelas mereka acuh tak acuh pada lingkungan mereka.
            Kalaupun ada yang berkumpul, remaja-remaja Singapore itu terkesan tertawa dan bercanda sekadarnya dengan obrolan Singlish yang tidak penting. Setelah itu mereka masing-masing berpisah di MRT yang berlainan. Sesudahnya sibuk lagi deh dengan gadget masing-masing. Karyawannya juga sama. Pulang kerja di MRT langsung buka HP dan bermain games. Semua keranjingan teknologi di Singapore ini. Tidak ada ramah tamah, tidak ada senyum, dan yang ada hanyalah teknologi.
            Kalau melihat seperti itu, sebagai orang Indonesia yang dibesarkan dengan budaya toleransi dan tata krama yang baik, rasanya betapa menderitanya mereka sebagai orang Singapore. Bayangkan saja di rumah, ayahnya sibuk Skype, ibunya sibuk main iPad, adiknya sibuk main Angry Bird, dan dia pun sibuk dengan mainannya. Bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain kalau tidak lewat Facebook dan Twitter saja? Ya, teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
            Orang Singapore memang terlihat gaul, namun sebenarnya mereka adalah orang yang butuh dikasihani. Mereka tidak punya teman mengobrol karena semua asyik bermain gadget. Tak hanya itu, semua sudah serba teratur, sehingga mereka tidak akan mengalami apa yang namanya tantangan mencapai rumah. Semua terjadwal dan teratur. Betapa membosankannya hidup seperti itu, bukan?
            Sebagai orang Indonesia, bersyukurlah bahwa kita masih bisa bertegur sapa dengan orang di jalan. Bisa memberikan senyuman, bisa membantu orang yang kesusahan, dan bisa dibantu orang lain. Coba saja di Singapore, tidak akan ada seorangpun yang mau menolong. Kalaupun ada, mereka pasti penuh kecurigaan dan ketakutan akan dirampok dan diculik. Bayangkan saat Dreamland mau pinjam pisau untuk memotong buah saja sampai ketakutan semua. Sampai-sampai buahnya saja yang dibawa masuk dan mereka yang memotongnya sampai ketakutan di Geylang setahun yang lalu.
            Kecanggihan teknologi memang indikator negara maju, tapi sayangnya nilai-nilai humanis pun akhirnya luntur. Kita tak ubahnya robot yang berdiri masing-masing, sok sibuk sendiri, dan tidak peduli sekitar. Betapa mengerikannya hidup ala orang Singapore yang sangat amat individualistis ini.

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.