Orang
Singapore yang Individualistis
Selama
Dreamland berwisata di Singapore, Dreamland selalu memperhatikan orang
Singapore yang beraktivitas sehari-hari. Tatkala naik MRT, orang Singapore yang
Dreamland lihat selalu saja sibuk dengan gadget mereka masing-masing yang
bergambar apel digigit. Tua dan muda, masing-masing sibuk dengan earphone dan mainan mereka
masing-masing. Tidak ada tegur sapa atau senyum, semua cuek bebek dengan
teknologi yang mereka punya.
Semua
orang Singapore demikian. Orang tuanya asyik bermain Angry Bird, anak-anaknya
asyik bermain tembak-tembakan di iPad, dan remajanya asyik mendengarkan iPod.
Gilanya lagi remaja yang mendengarkan iPod volumenya kencang sekali sampai
terdengar hingga ke tetangganya. Entahlah apa telinganya sudah budeg atau
tidak, yang jelas mereka acuh tak acuh pada lingkungan mereka.
Kalaupun
ada yang berkumpul, remaja-remaja Singapore itu terkesan tertawa dan bercanda
sekadarnya dengan obrolan Singlish yang tidak penting. Setelah itu mereka
masing-masing berpisah di MRT yang berlainan. Sesudahnya sibuk lagi deh dengan
gadget masing-masing. Karyawannya juga sama. Pulang kerja di MRT langsung buka
HP dan bermain games. Semua keranjingan teknologi di Singapore ini. Tidak ada
ramah tamah, tidak ada senyum, dan yang ada hanyalah teknologi.
Kalau
melihat seperti itu, sebagai orang Indonesia yang dibesarkan dengan budaya
toleransi dan tata krama yang baik, rasanya betapa menderitanya mereka sebagai
orang Singapore. Bayangkan saja di rumah, ayahnya sibuk Skype, ibunya sibuk
main iPad, adiknya sibuk main Angry Bird, dan dia pun sibuk dengan mainannya.
Bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain kalau tidak lewat Facebook dan
Twitter saja? Ya, teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Orang
Singapore memang terlihat gaul, namun sebenarnya mereka adalah orang yang butuh
dikasihani. Mereka tidak punya teman mengobrol karena semua asyik bermain
gadget. Tak hanya itu, semua sudah serba teratur, sehingga mereka tidak akan
mengalami apa yang namanya tantangan mencapai rumah. Semua terjadwal dan
teratur. Betapa membosankannya hidup seperti itu, bukan?
Sebagai
orang Indonesia, bersyukurlah bahwa kita masih bisa bertegur sapa dengan orang
di jalan. Bisa memberikan senyuman, bisa membantu orang yang kesusahan, dan
bisa dibantu orang lain. Coba saja di Singapore, tidak akan ada seorangpun yang
mau menolong. Kalaupun ada, mereka pasti penuh kecurigaan dan ketakutan akan
dirampok dan diculik. Bayangkan saat Dreamland mau pinjam pisau untuk memotong
buah saja sampai ketakutan semua. Sampai-sampai buahnya saja yang dibawa masuk
dan mereka yang memotongnya sampai ketakutan di Geylang setahun yang lalu.
Kecanggihan
teknologi memang indikator negara maju, tapi sayangnya nilai-nilai humanis pun
akhirnya luntur. Kita tak ubahnya robot yang berdiri masing-masing, sok sibuk
sendiri, dan tidak peduli sekitar. Betapa mengerikannya hidup ala orang
Singapore yang sangat amat individualistis ini.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.