Dreamland Traveller
Moment
Special Pemilihan Umum
Calon Legislatif 2014
Siapkah
Kita Jadi Negara Terpilih?
Pemilihan
Umum (Pemilu) calon legislatif 2014 akan segera berlangsung hari ini. Tentu
kita sudah memiliki pilihan masing-masing, entah itu partai A dengan calon X
atau partai B dengan calon Y, dan lain sebagainya. Sebagai warga negara
Indonesia, kita diberikan 1 suara untuk memilih siapa yang dianggap pantas atau
layak berada di kursi Senayan nantinya. Apakah kampanye, pencitraan, promosi,
blusukan, atau apapun kita bisa menyebutnya yang dilakukan caleg ini efektif,
semua ditentukan pada hari ini? Intinya kita hanya diberikan 1 pilihan dari
sekian banyak pilihan yang ada. Memilih untuk tidak memilih alias golput pun
termasuk salah satu pilihan yang tersedia.
Melihat
kemeriahan pesta demokrasi yang digelar negara kita tercinta, tentu kita bisa
melihat bahwa begitu banyak uang yang digelontorkan caleg untuk menarik minat
kita dalam memilih. Cara-cara unik dan tidak lazim pun dilakukan, mulai dari
mencari “ilmu” ke gunung keramat, bermain sulap, menjadi badut, memberikan
pengobatan gratis, sampai politik uang yang “kotor” sekalipun dilakukan agar
mereka dapat terpilih. Pada akhirnya, semua daya dan upaya yang caleg lakukan
kembali pada masyarakat selaku pemegang hak voting. Siapa yang akan melaju atau
terhenti semua tergantung pada diri kita.
Sama
halnya dengan Pemilu Caleg 2014 yang digelar setiap 5 tahun sekali, hidup kita
pun dipenuhi pilihan yang membawa kita pada pilihan-pilihan selanjutnya. Sesuai
dengan blog Dreamland Traveller, maka pilihan yang akan dibahas tentu seputar
liburan, pelesir, berlibur, atau apapun itu namanya. Kita bisa memilih untuk
liburan atau tidak tergantung dari bagaimana sudut pandang kita dalam menilai
liburan itu sendiri.
Ada
yang berpendapat, “Liburan itu menghabiskan banyak uang dan kurang ada
manfaatnya. Lebih baik uangnya ditabung.” Ada juga yang mengatakan, “Liburan
itu refreshing yang bisa membuat kinerja kita lebih baik dan optimal.” Setiap
orang tentu bebas berpendapat dan memilih apa yang terbaik untuk dirinya
sendiri. Anggaplah ketika sudah memilih untuk berlibur, kita akan dihadapkan
pada pilihan-pilihan lainnya.
“Destinasi
apa yang kita pilih untuk berlibur?” Ada yang menjawab “mall” karena dekat,
“luar negeri” karena keren, “domestik” karena cinta tanah air, dan lain
sebagainya. Cara mencapai destinasi itu pun bervariasi, ada yang tidak mau naik
pesawat karena takut bernasib sama seperti MH370, ada yang lebih baik naik
mobil agar lebih dapat kebersamaannya, ada yang naik bus, dan lain sebagainya.
Setiap pilihan didasari oleh pemikiran dan alasan dari si pembuat keputusan.
Sama
halnya ketika kita melihat caleg, kita pun melihat destinasi liburan kita
berdasarkan citra dan pertimbangan berbagai hal. Misalkan, kita menilai negara
X itu ga banget buat dijadikan tempat liburan karena jorok dan kasar
orang-orangnya. Negara Y itu jadi list wisata kita karena romantis dan penuh
dengan tempat wisata yang asyik. Negara Z itu biasa-biasa aja jadi kalau
nganggur boleh lah berkunjung, kalau tidak juga tidak apa-apa. Nah pilihan itu
hendaknya juga menjadi pelajaran bagi negara kita untuk membuat orang percaya
untuk memilih Indonesia.
Selama
ini negara kita dicap turis asing sebagai negara yang penuh dengan teroris,
masyarakatnya arogan, banyak aksi tipu-tipu supir taksi, dan tempat wisatanya
tidak terawat dengan baik. Wajar dong rasanya jika turis asing enggan untuk
datang memilih negara kita sebagai destinasi berlibur mereka. Tidak adanya
alasan kuat untuk memilih Indonesia membuat dunia pariwisata kita kurang
berkembang dibandingkan negara tetangga di ASEAN.
Coba
saja lihat negara Singapore yang getol membenahi potensi wisata yang cuma
segitu-gitunya saja tapi warga dunia penasaran dan mau melihat semua wisata
buatannya karena tourist friendly. Atau Thailand saja yang menjanjikan
pelayanan yang ramah, harga yang murah, dan fasilitasnya sangat ramah terhadap
turis. Turis jadi mempunyai alasan kuat mengapa harus berkunjung ke negara
tersebut. Sama halnya dengan mencoblos destinasi mana yang perlu kita lihat
sebelum kita meninggal.
Jeleknya
lagi sebagian besar masyarakat Indonesia itu anti sekali terhadap kritik yang
membangun. Ketika ada tulisan yang mengkritik bahwa Indonesia itu masih kurang
dalam A, B, dan C, langsung deh alasan yang muncul adalah pembenaran yang tidak
beralasan. “Sudah saja Anda pindah warga negara dari Indonesia, kok ngeluh
melulu sih.” Hal ini seolah memperlihatkan bahwa mental orang Indonesia itu
tidak mau membenahi diri dan merasa sok benar. Wajar dong kalau akhirnya turis
pun merasa benar tidak menjadikan Indonesia pilihan pertama dalam berwisata.
Dalam
rangka memperingati momentum Pemilu Caleg 2014, kita harus sadar bahwa ada
begitu banyak pilihan yang ada dan hanya ada satu yang terpilih. Masalahnya adalah
sudahkah kita menyakinkan para pemilih kita, dalam hal ini turis, untuk
menjadikan Indonesia destinasi utama berlibur mereka? Jika belum, maka PR kita
masih banyak untuk memberikan mereka alasan logis dan rasional mengapa mereka
harus memilih Indonesia.
Ingat, turis tidak butuh kampanye,
iklan, atau promosi yang terlalu umbar potensi sana sini. Cukup tunjukkan bukti
nyata tatkala mereka singgah di Indonesia, mereka merasakan benar-benar sensasi
keramahan Indonesia. Lewat hal itulah, mereka akan memberitahukan pada
teman-teman mereka bahwa Indonesia itu oke lho buat jadi pilihan wisata. Word
of mouth itu mahal harganya dan sangat ampuh untuk mempengaruhi pilihan turis
lainnya. Harapannya, Indonesia itu aman, ramah, tourist friendly, terjangkau,
dan bisa mengelola tempat wisatanya dengan baik, sehingga imej jelek bangsa
kita tidak lagi jadi konsumsi turis dunia, tetapi digantikan dengan hal
positif. Selamat berbenah dan menjadikan Indonesia negara terpilih!
Bandung, 9 April 2014
Dreamland Traveller
~
oOo ~