Waktu
Terhenti di Vientiane
Ibu
kota sebuah negara biasanya identik dengan keramaian, kemegahan, dan
pembangunan yang besar-besaran. Banyak orang berlalu lalang dengan pakaian
kantor yang necis, asap kendaraan bermotor yang mengudara, serta bangunan
tinggi pencakar langit berada di mana-mana. Hal ini rupanya tidak berlaku bagi
ibu kota Laos, yakni Vientiane. Image ibu kota boleh dikatakan sangat tidak
terasa, bahkan seolah kita berada di era Batavia tempo dulu tatkala berada di
sini.
Sepanjang
jalan, bangunan yang ada masih sangat sederhana dan kuno. Selain itu, kendaraan
bermotor yang ada di Vientiane pun tidak sebanyak ibu kota pada umumnya.
Suasana kota begitu tenang, jauh dari hiruk pikuk keramaian. Bangunan yang ada
pun rata-rata di bawah 10 lantai dan beberapa orang memilih menggunakan sepeda
untuk moda transportasinya. Vientiane seolah mengingatkan kembali suasana
Bandung pada era KAA tahun 1965 yang
masih sepi dan jauh dari keramaian.
Apalagi
ditambah bangunan peninggalan Perancis yang masih dibiarkan seperti sediakala
seolah membawa kita pada masa penjajahan kolonial dulu. Turis bule pun jarang
sekali terlihat berkeliaran di Vientiane ini, meskipun berada di tempat
wisatanya sekalipun. Rasanya Vientiane membuat waktu kita serasa lambat
berjalan di sini, di tengah kemajuan zaman yang begitu gencar, cepat, dan
dinamis. Sungguh sebuah perjalanan waktu yang lambat tatkala berada di
Vientiane dengan suasana kota yang sepi dan dinamika yang sangat pelan.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.