Musnahnya
Identitas Tionghua Indonesia
Salah
satu hal yang membuat Dreamland malu sebagai Tionghua Indonesia adalah tidak
bisa berbahasa Mandarin. Hal ini seringkali menjadi ganjalan ketika Dreamland
berkunjung ke China ataupun Taiwan yang notabene menggunakan Bahasa Mandarin
sebagai bahasa utama percakapan mereka sehari-hari. Sebagai orang yang
mempunyai postur dan perawakan layaknya orang lokal di sana, kerapkali
Dreamland disapa dengan Bahasa Mandarin. Tapi apa daya karena tidak bisa
berbahasa Mandarin jadilah Dreamland segera berlalu atau mengatakan tidak bisa
berbahasa Mandarin dalam Bahasa Inggris.
Hal
senada pun diutarakan bapak keturunan Tionghua yang tinggal di Amerika. Dengan
bahasa Inggris yang lancar beliau mengatakan bahwa seharusnya Dreamland malu
tidak bisa berbahasa Mandarin sebagai seorang keturunan Tionghua. Memang
hilangnya akar budaya Tionghua ini pun tidak terlepas dari era kepemimpinan
Soeharto yang melarang semua ornamen, ritual, dan budaya Tionghua di Indonesia
selama 32 tahun masa kepemimpinannya. Alhasil orang tua Dreamland pun menjadi
generasi pertama yang terdampak dari kebijakan anti-Tionghua ini.
Rata-rata
Tionghua Indonesia yang hidup di kota besar di Pulau Jawa tidak bisa berbahasa
Mandarin karena berbagai sekolah bahasa Mandarin dibakar pada masa itu,
sehingga Tionghua Indonesia rata-rata asing dengan bahasa Mandarin bagi
generasi kedua, yakni generasi Dreamland. Beberapa orang Tionghua yang tinggal
di Medan, Pontianak, Singkawang, dan Surabaya masih bisa berbahasa Mandarin
karena mereka membangun komunitas sendiri untuk tetap mempertahankan budaya
leluhur.
Belum
lagi nama anak-anak Tionghua Indonesia sekarang rata-rata tidak memiliki nama
Mandarin. Rata-rata anak-anak Tionghua sekarang dinamai dengan nama Inggris
yang panjang, seperti Claire, Yosephine, Christopher, dan lain sebagainya.
Pokoknya tidak ada nama Mandarin yang diberikan orang tua masa kini pada
anak-anaknya karena mereka telah kehilangan identitas. Parahnya lagi Dreamland
dan generasi sekarang nyaman dengan kondisi demikian, sehingga lambat laun akar
budaya Tionghua di Indonesia bukan tidak mustahil akan hilang untuk
selama-lamanya di tanah air.
Lewat
percakapan dengan bapak keturunan Tionghua Amerika, Dreamland kembali
diingatkan untuk menjaga budaya leluhur, minimal dengan bisa berbahasa
Mandarin. Malu rasanya kalau ingat Dreamland pernah ditolong TKI di Hong Kong
dengan bahasa Kanton sementara Dreamland sendiri bengong tidak bisa ngomong
apa-apa. Sungguh sebuah renungan, juga teguran bagi Dreamland agar identitas
Tionghua bukan sekadar tempelan, tetapi juga bisa dilestarikan hingga anak cucu
kelak.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.