Thursday, March 14, 2013

Mencari Identitas Suatu Tempat

Dreamland Traveller Moment


Mencari Identitas Suatu Tempat
            Ketika kita berkunjung ke suatu tempat yang baru, kita pasti mencari sesuatu yang membuat kita dianggap pernah singgah atau eksis di tempat tersebut. Misalnya, ketika kita pergi ke Jakarta, rasanya tidak afdol jika kita belum pernah berkunjung dan berfoto di tugu Monas. Ketika kita pergi ke Kuala Lumpur, pasti kita harus mengunjungi Petronas Twin Tower atau KLCC sebagai ikon dari ibukota negara Malaysia tersebut.
            Ikon atau simbol dari suatu tempat pastinya akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Kita akan merasa pernah berada di wilayah tersebut saat kita berhasil mencapai, melihat, dan merasakan suasana di sekitar ikon yang ada. Melihat Angkor Wat di Siem Reap, berfoto di depan Marina Bay Sands di Singapore, dan berpose dengan latar Menara Eiffle di Paris. Semua dilakukan sebagai cara kita untuk menginterpretasikan identitas dari tempat yang kita kunjungi.
            Kemegahan Great Wall di China, melihat keindahan Sakura di Jepang, pergi ke White House di Amerika Serikat, dan lain sebagainya pasti menjadi identitas tersendiri yang meningkatkan kadar gengsi atau prestisius bagi orang-orang yang berhasil mencapai tempat-tempat tersebut. Tentu melihat setiap negara atau kota yang memiliki ikon cenderung memiliki kunjungan wisatawan yang tinggi, kita patut mencari apa sebenarnya identitas dari pariwisata Indonesia itu sendiri.
            Berkaca pada China yang selalu berusaha mengangkat identitas setiap wilayahnya agar banyak dikunjungi turis, mulai dari Changsha dengan Zhang Jia Jie, Beijing dengan Great Wall dan Temple of Heaven, Xi’an dengan Terracotta Army, dan lain sebagainya, tentu sebagai bangsa yang jauh lebih kaya dan variatif dari segi wisata, kita seyogianya jauh lebih unggul dalam mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia.
            Banyak turis mancanegara yang berasal dari Eropa, Amerika, dan Australia datang berbondong-bondong ke Bali karena Bali mempunyai identitas yang unik, yang tidak dimiliki wilayah lainnya. Melihat kuil Hindu di mana-mana dengan tradisi masyarakat Hindunya yang kental, bangunan adat yang khas, serta sesajen yang bertebaran sepanjang jalan membuat kita sadar bahwa kita sedang berada di Bali. Tak heran jika turis asing lebih kenal Bali dibandingkan Indonesia itu sendiri.
            Di Indonesia, sangat minim sekali wilayah yang mempunyai identitas. Bandung yang dulu dikenal sebagai Parijs van Java karena keasrian dan keindahan bangunan kolonial Belandanya, kini kehilangan identitas yang berharga tersebut. Pemerintah justru menghancurkan sejumlah bangunan bersejarah demi pembangunan mal dan hotel. Sangat disayangkan karena Bandung tak lebih dari sebuah kota modern tanpa identitas kini, selain surga belanja Factory Outlet dan kuliner semata.
            Jakarta pun serupa. Kita seolah berada di sebuah kota maju tanpa identitas. Kita takkan melihat apa ciri Jakarta itu sendiri karena apapun tersedia di Jakarta, mulai dari makanan Padang hingga Sunda. Tak ada ciri khusus yang meninggalkan kesan berarti di hati kita bahwa kita ada di Jakarta. Justru yang ada di pikiran kita adalah Jakarta mahal, macet, dan kumuh. Sungguh disayangkan tentunya jika persepsi itu membuat banyak turis enggan berkunjung ke negara kita.
            Indonesia terdiri dari 17.000 pulau lebih yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah setiap daerah tentu mempunyai PR yang berarti untuk menemukan identitas dari setiap wilayah yang mereka pimpin. Dari sudut pandang objektif Dreamland, kita bisa meniru negara tetangga alias Malaysia yang berusaha menggali keindahan wisata dan ikon-ikon yang harus dikunjungi di semua negara bagiannya.
            Dengan brosur gratis yang bisa kita ambil, kita bisa melihat objek wisata di Penang, Melaka, Perak, Kelantan, Kuala Terengganu, Pahang, Kedah, Serawak, Sabah, dan lain sebagainya. Indonesia yang mempunyai wilayah dan provinsi yang lebih banyak dari Malaysia tentu tidak boleh kalah dalam mempromosikan wisata yang tiada duanya, mulai dari Medan hingga Papua.
            Pemerintah tentu bisa menganggarkan sejumlah biaya untuk pengembangan wisata, apalagi APBD sangatlah besar. Sangat munafik rasanya jika dana tersebut tidak mencukupi karena rahasia umum yang sudah kita ketahui bahwa dana-dana tersebut dikorupsi oleh pejabat pemerintah daerah setempat. Selain itu, semua wilayah harus menetapkan ikon dari tempat tersebut. Sebagai contoh, Makassar dengan Tana Toraja dan Wakatobinya, Kalimantan dengan hutan tropisnya yang luas, dan lain sebagainya.
            Tentu dengan mempunyai identitas, turis akan dapat dengan mudah mengetahui tempat apa yang harus dikunjungi tatkala berada di negara atau kota tersebut. Pariwisata pun dapat berkembang dengan pesat dan tentunya kesejahteraan masyarakat sekitar pun meningkat karena perputaran uang terus terjadi dengan cepat.
            Mencari identitas suatu tempat memang tidaklah mudah. Namun pengamatan, observasi, dan sudut pandang turis dapat membantu kita menemukan apa yang dicari orang tatkala pergi ke tempat A. Misalnya, makanan rendang yang enak ya di Padang, Cirebon paling terkenal dengan manisan mangganya, dan lain sebagainya. Setelah kita menemukan identitas suatu tempat, kita akan dengan mudah merumuskan “1001 tempat di Indonesia yang wajib dikunjungi sebelum meninggal”, bukan? Yuk temukan alasan mengapa tempat wisata di kota kita wajib dikunjungi dari sekarang!

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.