Mencari
Identitas Suatu Tempat
Ketika
kita berkunjung ke suatu tempat yang baru, kita pasti mencari sesuatu yang
membuat kita dianggap pernah singgah atau eksis di tempat tersebut. Misalnya,
ketika kita pergi ke Jakarta, rasanya tidak afdol jika kita belum pernah
berkunjung dan berfoto di tugu Monas. Ketika kita pergi ke Kuala Lumpur, pasti
kita harus mengunjungi Petronas Twin Tower atau KLCC sebagai ikon dari ibukota
negara Malaysia tersebut.
Ikon
atau simbol dari suatu tempat pastinya akan menjadi daya tarik wisata
tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Kita akan merasa pernah berada di
wilayah tersebut saat kita berhasil mencapai, melihat, dan merasakan suasana di
sekitar ikon yang ada. Melihat Angkor Wat di Siem Reap, berfoto di depan Marina
Bay Sands di Singapore, dan berpose dengan latar Menara Eiffle di Paris. Semua
dilakukan sebagai cara kita untuk menginterpretasikan identitas dari tempat
yang kita kunjungi.
Kemegahan
Great Wall di China, melihat keindahan Sakura di Jepang, pergi ke White House
di Amerika Serikat, dan lain sebagainya pasti menjadi identitas tersendiri yang
meningkatkan kadar gengsi atau prestisius bagi orang-orang yang berhasil
mencapai tempat-tempat tersebut. Tentu melihat setiap negara atau kota yang
memiliki ikon cenderung memiliki kunjungan wisatawan yang tinggi, kita patut
mencari apa sebenarnya identitas dari pariwisata Indonesia itu sendiri.
Berkaca
pada China yang selalu berusaha mengangkat identitas setiap wilayahnya agar
banyak dikunjungi turis, mulai dari Changsha dengan Zhang Jia Jie, Beijing
dengan Great Wall dan Temple of Heaven, Xi’an dengan Terracotta Army, dan lain
sebagainya, tentu sebagai bangsa yang jauh lebih kaya dan variatif dari segi
wisata, kita seyogianya jauh lebih unggul dalam mendatangkan wisatawan asing ke
Indonesia.
Banyak
turis mancanegara yang berasal dari Eropa, Amerika, dan Australia datang
berbondong-bondong ke Bali karena Bali mempunyai identitas yang unik, yang
tidak dimiliki wilayah lainnya. Melihat kuil Hindu di mana-mana dengan tradisi
masyarakat Hindunya yang kental, bangunan adat yang khas, serta sesajen yang
bertebaran sepanjang jalan membuat kita sadar bahwa kita sedang berada di Bali.
Tak heran jika turis asing lebih kenal Bali dibandingkan Indonesia itu sendiri.
Di
Indonesia, sangat minim sekali wilayah yang mempunyai identitas. Bandung yang
dulu dikenal sebagai Parijs van Java karena keasrian dan keindahan bangunan
kolonial Belandanya, kini kehilangan identitas yang berharga tersebut.
Pemerintah justru menghancurkan sejumlah bangunan bersejarah demi pembangunan
mal dan hotel. Sangat disayangkan karena Bandung tak lebih dari sebuah kota
modern tanpa identitas kini, selain surga belanja Factory Outlet dan kuliner
semata.
Jakarta
pun serupa. Kita seolah berada di sebuah kota maju tanpa identitas. Kita takkan
melihat apa ciri Jakarta itu sendiri karena apapun tersedia di Jakarta, mulai
dari makanan Padang hingga Sunda. Tak ada ciri khusus yang meninggalkan kesan
berarti di hati kita bahwa kita ada di Jakarta. Justru yang ada di pikiran kita
adalah Jakarta mahal, macet, dan kumuh. Sungguh disayangkan tentunya jika
persepsi itu membuat banyak turis enggan berkunjung ke negara kita.
Indonesia
terdiri dari 17.000 pulau lebih yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Pemerintah setiap daerah tentu mempunyai PR yang berarti untuk menemukan
identitas dari setiap wilayah yang mereka pimpin. Dari sudut pandang objektif
Dreamland, kita bisa meniru negara tetangga alias Malaysia yang berusaha
menggali keindahan wisata dan ikon-ikon yang harus dikunjungi di semua negara
bagiannya.
Dengan
brosur gratis yang bisa kita ambil, kita bisa melihat objek wisata di Penang,
Melaka, Perak, Kelantan, Kuala Terengganu, Pahang, Kedah, Serawak, Sabah, dan
lain sebagainya. Indonesia yang mempunyai wilayah dan provinsi yang lebih
banyak dari Malaysia tentu tidak boleh kalah dalam mempromosikan wisata yang
tiada duanya, mulai dari Medan hingga Papua.
Pemerintah
tentu bisa menganggarkan sejumlah biaya untuk pengembangan wisata, apalagi APBD
sangatlah besar. Sangat munafik rasanya jika dana tersebut tidak mencukupi
karena rahasia umum yang sudah kita ketahui bahwa dana-dana tersebut dikorupsi
oleh pejabat pemerintah daerah setempat. Selain itu, semua wilayah harus
menetapkan ikon dari tempat tersebut. Sebagai contoh, Makassar dengan Tana
Toraja dan Wakatobinya, Kalimantan dengan hutan tropisnya yang luas, dan lain
sebagainya.
Tentu
dengan mempunyai identitas, turis akan dapat dengan mudah mengetahui tempat apa
yang harus dikunjungi tatkala berada di negara atau kota tersebut. Pariwisata
pun dapat berkembang dengan pesat dan tentunya kesejahteraan masyarakat sekitar
pun meningkat karena perputaran uang terus terjadi dengan cepat.
Mencari
identitas suatu tempat memang tidaklah mudah. Namun pengamatan, observasi, dan
sudut pandang turis dapat membantu kita menemukan apa yang dicari orang tatkala
pergi ke tempat A. Misalnya, makanan rendang yang enak ya di Padang, Cirebon
paling terkenal dengan manisan mangganya, dan lain sebagainya. Setelah kita menemukan
identitas suatu tempat, kita akan dengan mudah merumuskan “1001 tempat di
Indonesia yang wajib dikunjungi sebelum meninggal”, bukan? Yuk temukan alasan
mengapa tempat wisata di kota kita wajib dikunjungi dari sekarang!
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.