Membudayakan
Diri Taat Aturan
Ada
sebuah anekdot di Indonesia yang mengatakan jika lampu menunjukkan warna hijau,
maka kita boleh jalan. Jika lampu sudah menunjukkan warna kuning, saatnya kita
bersiap-siap. Terakhir ketika lampu mau berganti menjadi merah, momen di mana
kita harus memacu kendaraan kita secepat mungkin agar tidak terhambat di
stopan. Begitulah anekdot yang memang menjadi perilaku sehari-hari masyarakat
Indonesia di jalan.
Tertib
berlalu lintas adalah hal yang langka dilakukan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Angkot yang ngetem di sembarang jalan, motor yang menyalip secara
membabi buta, serta mobil yang parkir di pinggir jalan yang ramai merupakan
pemandangan lazim yang kita temui setiap hari. Selain itu, polisi yang
seyogianya menjadi aparat penegak aturan juga menjalankan tugasnya kalau “ada
udang di balik batu”. Giliran akhir bulan biasanya baru deh polisi beraksi
melihat pelanggaran yang dilakukan pengemudi kendaraan bermotor untuk
mendapatkan uang jajan tambahan.
Rupanya
mentalitas berkendara di Indonesia ini sangat berbeda dengan tetangganya di
Malaysia. Tatkala Dreamland berada di Ipoh, Dreamland sangat aneh melihat taksi
yang Dreamland tumpangi berhenti di lampu stopan yang menunjukkan lampu merah,
meskipun tidak ada mobil yang melintas satupun di kanan dan kiri jalan.
Pengemudi taksi ini baru jalan tatkala lampu sudah menunjukkan warna hijau
sesuai aturan yang berlaku. Coba saja jika situasi ini terjadi di Indonesia,
pasti pengemudi sudah langsung tancap gas untuk melewati lampu stopan. Betul
tidak?
Tak
hanya itu, fenomena unik yang Dreamland temui lainnya adalah pengendara mobil
langsung mengatur posisi untuk memberikan jalan pada Ambulans di lampu stopan.
Benar-benar mentalitas yang patut diacungi jempol. Kalau di Indonesia sih
boro-boro memberikan jalan, mungkin yang ada jalan untuk Ambulans dihalangi
karena semua orang merasa ingin cepat sampai tujuan. Alhasil kalau sudah
begitu, korban kecelakaan yang perlu mendapat penanganan medis segera pun bisa bye-bye sebelum sampai di rumah sakit.
Taat
aturan itu soal kebiasaan. Kita tak perlu diawasi polisi terus menerus 24 jam
agar kita mampu taat pada aturan yang berlaku. Lagipula taat aturan juga tidak
ada ruginya kok. Ketika kita mau dihargai orang lain, maka kita harus
menghargai orang lain terlebih dahulu. Sama halnya dengan lalu lintas. Ketika
kita ingin jalan kita lancar, maka kita harus menghormati hak pengguna jalan
lainnya. Jangan seperti (mohon maaf) angkot yang suka berhenti sana sini
mengangkut penumpang seolah-olah jalan raya adalah miliknya sendiri. Wajar
kalau akhirnya macet terjadi di sana sini akibat ulah manusianya sendiri yang
tidak taat aturan.
Terbukti
bahwa semakin maju suatu negara, maka kesadaran mereka untuk taat aturan
semakin tinggi. Bisa jadi karena efek jera denda yang diberikan pemerintah
ketika melanggar ataupun mereka sudah dilatih sejak dini untuk taat aturan.
Seandainya saja Indonesia mampu meniru budaya taat aturan ini pastilah
kemacetan parah dan berbagai kasus kecelakaan lalu lintas dapat dihindari
dengan baik. Semoga saja pemerintah mampu mengikis kebiasaan masyarakat
Indonesia yang sudah mendarah daging melanggar aturan dengan kebijakan yang
jitu.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.