Monday, September 14, 2015

Day 8 : Heavy Trekking and Peaceful Sapa

Dreamland Traveller


Day 8 : Heavy Trekking and Peaceful Sapa
            Tak terasa Dreamland sudah sampai di Sapa pada pukul 4 dini hari. Dengan mata yang masih sangat mengantuk dan badan yang malas bergerak, Dreamland pun melihat begitu banyak orang berpakaian adat khas Vietnam Utara sudah menunggu kami semua di luar bus. Dengan rasa kantuk yang masih sangat terasa, Dreamland pun bangun, membereskan barang bawaan, dan akhirnya turun keluar bus. Di luar bus, Dreamland dikerubuti orang-orang dari suku minoritas Sapa yang membawa banyak barang dagangan berupa kerajinan tangan.
            Rupanya bus diparkir di dekat danau yang sangat indah di kota Sapa. Dengan udara khas pegunungan yang sejuk dan hawa udara layaknya Puncak, rasanya begitu menyegarkan Dreamland setelah hampir 1 minggu berjibaku dengan udara panas Vietnam yang menyengat. Dreamland sempat kebingungan dengan tur Sapa ini karena hampir 20 menit tidak ada tanda-tanda tur guide yang akan menjemput Dreamland untuk pergi ke manapun. Demikian juga bule yang kebingungan dengan hal yang harus dilakukan.
            Akhirnya ada seorang tur guide lokal yang menghampiri dan memberikan sejumlah daftar nama. Untungnya nama Dreamland ada di sana dan Dreamland diminta menunggu di sini. Lagi-lagi dengan penuh ketidakpastian Dreamland menunggu lagi 10 menit dan mulai kebingungan karena apa lagi yang mereka tunggu. Ketidakprofessionalan tur Sapa ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Intinya, berbagai insiden menyebalkan ini akan terus berlanjut sampai Dreamland pulang dari Sapa dengan jasa tur ini.
            Singkat kata, pemandu yang melihat Dreamland kebingungan akhirnya meminta Dreamland untuk naik motor dibonceng bersamanya. Rupanya sebagian anggota rombongan tur sudah berjalan kaki mengikuti pemandu lainnya. Pokoknya benar-benar membuat bingung ya tur Sapa ini! Sesudah itu Dreamland diminta berjalan kaki bersama rombongan melewati Sapa Square, gereja, Sapa Market, dan jalan menurun menuju Auberge Hotel.
            Sesampainya di hotel, kita semua diberi pengarahan tentang apa yang akan dilakukan dan diminta untuk menyimpan barang yang tidak diperlukan di ruang bagasi hotel yang tidak terpakai di belakang. Sesudah itu, kita diberi sejumlah pilihan untuk sarapan pagi di hotel secara gratis TAPI minuman harus bayar sendiri. Nah itulah tur Vietnam jadi pastikan bawa air minum sendiri dari Hanoi ya supaya menghindari pengeluaran yang tidak diperlukan akibat tidak bawa minum. Dreamland pun memesan roti dengan telur mengingat tidak ada menu nasi yang mengenyangkan dan terlihat paling mending dibandingkan yang lain.
            Saat Dreamland sarapan, rupanya ada seorang bule Eropa yang tersasar masuk ke rombongan tur ini. Dia salah mengikuti tur dan berakibat pada kebingungan operator jasa tur yang harus diikuti. Eh si pemandu tur ini justru malah menyalahkan orang lain lagi dan tidak mau bertanggung jawab. Tampaknya memang jasa tur yang dipilihkan Hoan Kiem Hostel ini benar-benar murahan sekali ya service dan cara penanganan peserta turnya sangat amat tidak professional. Tampak si bule memaki-maki dan kecewa, serta kebingungan dengan semua kekacauan ini.
            Sesudah sarapan, Dreamland masih punya waktu yang cukup untuk melakukan banyak hal karena kita akan berangkat menuju homestay pada pukul 09.30. Dreamland mengisi waktu dengan berkeliling hotel, kemudian berjalan kaki ke area bawah untuk melihat berbagai macam toko yang ada. Sapa ini rupanya sudah menjadi salah satu tujuan favorit turis, ditandai dengan banyaknya hotel, toko, dan restoran yang dibuka di sini. Belum lagi yang bikin kaget suku minoritasnya bisa berbahasa Inggris dengan SANGAT baik dibandingkan orang di Hanoi. Pelatihan Inggris secara learning by doing bagi suku minoritas Sapa ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment.
            Sesudah waktu yang ditentukan tiba, Dreamland kembali ke tempat pertemuan dan bertemu seorang wanita yang menjadi pemandu menuju kampungnya untuk memulai perjalanan trekking hari ini. Dia pun memandu kami untuk berjalan keluar menuruni jalan menuju lokasi trekking. Sebelum Dreamland mengikuti pemandu, sempat terjadi kecelakaan motor di jalan ini yang intinya bikin keramaian, tapi sekarang semua sudah aman terkendali rupanya. Dreamland pun terus mengikuti pemandu berjalan di jalan besar yang berbatu dan terjal.
            Sepanjang perjalanan, Dreamland hanya melihat restoran, hotel, dan toko di jalan yang besar tadi. Sementara itu jalan besar selanjutnya hanyalah pepohonan dan pemandangan alam yang luar biasa indah di sisi sebelah kanan. Memang Sapa ini terkenal dengan pemandangan alam khas desa yang sangat memukau karena terletak di bukit yang cukup tinggi. Sawah yang menguning, pepohonan yang hijau, dan undakan bukit yang berstruktur teratur menjadi sebuah panorama yang sangat menakjubkan.
            Dreamland dan rombongan yang kebanyakan bule terus berjalan kaki melewati kumpulan pepohonan yang lebat dan jalan besar yang berlubang hingga sampai di sebuah tempat pemeriksaan tiket. Rupanya ada biaya sebesar 50.000 VND untuk orang dewasa jika ingin memasuki kawasan ini. Berhubung Dreamland sudah pakai jasa tur dari Hanoi, jadi pemandu tur mengurus semua hal berkaitan dengan tiket ini. Setelah itu, kami terus berjalan sampai lokasi trekking yang sesungguhnya dimulai.
            Jalan trekking di Sapa ini sangat terjal, licin, dan berbatu. Kita harus sangat berhati-hati untuk memijakkan kaki di batu yang ada. Alas kaki yang dipakai pun harus sesuai dengan medan jalan yang sangat terjal ini. Rupanya bule sangat ahli untuk berjalan dengan medan jalan seperti ini. Mereka bisa mendahului Dreamland dengan sangat cepat karena kemampuan trekking mereka yang sangat luar biasa dan postur tubuh yang tinggi. Sepanjang jalan, beberapa orang dari suku minoritas membantu Dreamland berjalan melewati berbagai medan yang ada dengan memegang tangan agar berhati-hati.
            Rute trekking ini sangat panjang dan melelahkan bagi Dreamland karena kita terus menerus berjalan tanpa henti. Istirahat yang dilakukan pun hanya 5 menit di pos istirahat yang ada, setelah itu kami semua kembali berjalan. Jalan yang ditempuh terus menurun dan menurun karena kita akan menuju kampung yang berada di bawah kota Sapa. Pokoknya benar-benar olahraga yang sangat melatih kaki dan tangan agar terus bergerak tanpa henti melewati medan yang ada.
            Dreamland melewati sawah yang sangat indah, bukit pepohonan yang rindang, serta tanaman mariyuana yang bebas ditanam di sini. Rupanya tanaman yang menjadi bahan baku pembuatan narkoba itu dibiarkan bebas tumbuh di Sapa. Selanjutnya beberapa orang suku minoritas membuat kuda-kudaan dan beberapa bentuk ornamen tertentu dari tanaman mariyuana. Lucu juga ya mereka bisa berkreasi seperti ini. Ada seorang wanita Sapa yang menggendong anaknya dari atas ke bawah di ransel anyaman. Apa tidak merasa capek ya atau sudah terbiasa?
            Selanjutnya Dreamland berada di lapangan berbukit yang sangat lapang untuk beristirahat. Di sini ada penjual makanan dan minuman ringan dengan harga yang sangat mahal. Tentu Dreamland tidak membeli karena sudah membawa minum di ransel. Ada kerbau juga yang sedang berjalan bebas di sini. Selanjutnya kami berjalan lagi menuruni bukit, melewati beberapa view point yang indah, dan jalan besar yang berbatu. Banyak sekali motor yang berseliweran ke sana kemari di jalan besar menuju kampung ini.
            Meskipun kondisi matahari mulai panas siang ini, tapi aliran sungai di Sapa ini rupanya tetap ada. Airnya sangat jernih dan bening. Kelestarian alam yang dijaga di area Sapa ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Dreamland melewati jalan yang ditimbun oleh tanah longsor, selanjutnya melewati jalan setapak lagi, hingga akhirnya tiba di sebuah jembatan di bagian bawah bukit. Kemudian Dreamland meneruskan lagi perjalanan dengan jalan kaki ke medan selanjutnya dengan kaki yang sudah sangat capek.
            Dreamland sendiri sudah tertinggal jauh dengan bule yang satu rombongan di depan. Dreamland pun terus berjalan hingga akhirnya tiba dengan pemandangan sungai, kampung, dan sawah yang membentuk panorama sempurna, kemudian melewati sebuah pabrik Thuy Tien Lao Chai yang entah memproduksi apa. Selanjutnya Dreamland berjalan ke sebuah kawasan yang penuh dengan rumah pondok kayu dan akhirnya berhenti di sebuah rumah makan lokal yang ada di kampung minoritas.
            Tur guide lokal entah mengapa lama sekali memesan makanan untuk kami yang sudah sangat kelaparan. Nah di sinilah jebakan batman dimulai. Orang-orang dari suku minoritas yang memandu Dreamland dari atas ke bawah ini mulai menawarkan dagangannya yang harus dibeli sebagai UPAH atas jasa menemani yang sudah dilakukan. Mereka akan menjual barang dengan harga yang SANGAT mahal dan tidak masuk akal. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Nah bule lain pun ditawarkan benda-benda kerajinan tangan, tapi lebih cuek karena tidak pernah dibantu oleh suku minoritas ini.
            Akhirnya Dreamland membeli beberapa benda dari beberapa orang sebagai upah jasa atas bantuan yang sudah mereka berikan. Eh tiba-tiba datang ibu-ibu yang ketemu di atas dan cuma bilang Hi saja minta dibeli juga. Dreamland sih menolak membeli barang dari ibu ini dan dia menggerutu sepanjang jalan pulang ke kampungnya karena ditolak. Toh dia juga ga membantu apa-apa kok minta dibeli. Setelah perut super keroncongan, barulah makanan datang. Itu pun hanya 3 macam dan sayur saja saudara-saudara. Benar-benar rugi ya ikut tur Sapa ini!
            Setelah makan siang berakhir dengan sangat amat lambat, Dreamland pergi ke toilet dulu sebelum akhirnya kita diminta untuk melanjutkan perjalanan. Tur guide mengajak kita untuk menyeberangi jembatan merah, kemudian melihat kondisi kampung mereka yang ibarat rumah-rumah kampung yang ada di Garut. Kondisi rumah di kampung Hmong ini sangat tradisional dan terbuat dari kayu umumnya. Tidak seperti di Indonesia yang justru dibeton rumah-rumah kampungnya.
            Selanjutnya, kami semua melewati jalanan khas kampung, mulai dari melihat kerbau mandi di lumpur, kemudian rumah tradisional, pasar kecil, hingga akhirnya toko jualan suvenir dan kerajinan tangan yang ada. Tur guide pun sempat berhenti di sebuah toko untuk memeragakan cara pembuatan pakaian tradisional suku minoritas dengan alat yang sangat tradisional. Dengan matahari yang sudah sangat terik jadinya kepala Dreamland nyut-nyutan dan harus minum banyak air akibat dehidrasi yang sangat parah.
            Dreamland pun melewati satu-satunya sekolah anak SD di kampung, kemudian melewati beberapa homestay komersil yang disewa untuk turis asing yang melakukan perjalanan secara independen. Rupanya ada juga proyek pembangunan yang sedang dilakukan secara besar-besaran di sini. Semoga saja Sapa nantinya tidak jadi terlalu komersil dan justru merusak pesona alam yang sesungguhnya “dibeli” turis di sini. Dreamland melihat ada jasa massage, bar, dan akhirnya sampai di rumah penduduk setelah melewati jalan setapak yang menanjak.
            Di rumah penduduk yang satu ini, kami akan menginap selama 1 malam. Kami dipersilahkan duduk dan minum teh yang sudah disediakan. Berhubung hari yang sangat terik dan rasa haus yang sangat, Dreamland pun langsung minum teh yang disediakan. Kami diperbolehkan melakukan berbagai aktivitas secara bebas sesudah ini karena sekarang waktunya free time. Beberapa dari bule ada yang langsung pergi ke bar, ada juga yang melihat ranjang di lantai atas, sementara Dreamland memilih tidur di kelambu bagian bawah.
            Setelah tidur selama 2,5 jam, hari pun beranjak sore. Dreamland pun segera keluar untuk berjalan santai melewati kampung yang ada. Ada anak-anak kecil yang sedang bermain, ada orang kampung yang sedang diobati dengan semacam buah dan ramuan herbal akibat luka, dan ada juga kumpulan kerbau yang sedang berada di kandang. Suasana sore pun semakin indah dengan adanya sunset. Rupanya di kampung sekecil ini ada juga gereja yang sedang beribadah ya. Mengingat hari mulai gelap, Dreamland kembali ke jalan semula untuk pulang ke rumah penduduk.
            Sesampainya di rumah penduduk, pemilik rumah sedang memasak makan malam untuk kami. Kami pun menunggu dengan bergantian menggunakan kamar mandi yang hanya 1 untuk 15 orang, kemudian duduk di ruang depan. Pukul 18.00, makan malam sudah tersaji dan kami pun langsung makan dengan lahap. Sesudah makan, beberapa dari kami ada yang membantu membereskan piring dan menaruhnya di tempat cuci. Beberapa ada yang minum sebuah ramuan alkohol yang sangat keras yang disajikan tuan rumah. Dreamland sendiri tidak kuat dengan minuman keras ini.
            Kegiatan malam hari diisi dengan acara main kartu oleh rombongan Spanyol yang berjumlah 6 orang, kemudian kami sendiri berpisah untuk melakukan kegiatan masing-masing. Orang Yunani, Canada, Thailand, Spanyol, dan Dreamland tentunya dari Indonesia melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Mulai dari mengobrol, pergi ke kafe di bawah, hingga bersembunyi membaca buku di ruang atas. Colokan listrik pun penuh oleh HP yang dicas. Mengingat Dreamland akan pulang ke terminal bus Sapa pada pagi hari, Dreamland pun memutuskan untuk beristirahat lebih awal dibandingkan yang lain agar mempersiapkan tubuh dengan fit untuk perjalanan esok hari.
            Dreamland pun gosok gigi dan akhirnya tidur di kelambu lantai bawah yang disediakan tuan rumah. Senang sekali rasanya bisa mengenal Sapa sekilas sebagai kampung yang damai, teduh, dan bersahaja. Padahal kalau saja pemerintah Indonesia mau, kita bisa membuat wisata desa ini hidup dan menyejahterakan ekonomi lokal. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Tak sabar rasanya menanti perjalanan esok hari untuk pulang ke Hanoi menuju Danang yang pastinya akan melelahkan. Nantikan perjalanan pulang Dreamland esok hari hanya di Dreamland Traveller.

Sapa, Vietnam, 21 Agustus 2015

Dreamland Traveller

Catatan:
- Vietnam menggunakan mata uang Vietnam Dong (VND) sebagai mata uang yang sah.
- Nilai 1 USD saat Dreamland melakukan perjalanan sangat bervariasi, tergantung keberuntungan saat menukarkan uang di money changer, toko emas, ataupun tempat yang bisa menukarkan mata uang asing, mulai dari 22.010, 22.100, dan 22.200 VND.
- Perhatikan mata uang VND saat berada di money changer karena nominal mata uang yang besar dan bisa jadi petugas “nakal” untuk pura-pura tidak memberikan uang sesuai jumlah yang disepakati (modus ini beberapa kali Dreamland alami).
- Transportasi di Danang International Airport hanyalah taksi dan tidak ada bus umum. Pastikan untuk menawar harga dengan seminim mungkin karena jarak kota sangat dekat dengan bandara. Pilihlah taksi yang terpercaya, seperti Vinasun dan Mailinh agar tidak ditipu oleh pelayanan yang tidak memuaskan.
- Bus umum dari Danang – Hoi An berwarna kuning dapat dicapai di halte atau bus terminal dengan harga 50.000 VND jika membawa barang. Jika tidak membawa, Dreamland bertanya ke orang lokal hanya membayar 30.000 VND.
- Tempat wisata di Danang, antara lain Marble Mountain, Cham Museum, dan Danang Beach.
- Tempat wisata di Hoi An adalah My Son, Hoi An Ancient Town, dan Japanese Covered Bridge.
- Tempat wisata di Hue adalah Citadel, Khai Dinh Tomb, Tu Duc Tomb, Minh Mang Tomb, Gia Long Tomb, Thien Mu Pagoda, Perfume River, Hai Van Pass, dan Lang Co Beach.
- Tempat wisata di Hanoi adalah Ho Chi Minh Mausoleum, One Pillar Pagoda, Temple of Literature, Hoan Kiem Lake, Army History Museum, Ho Chi Minh Museum, Dong Xuan Market, dan lain sebagainya.
- Paket tur Halong Bay tersedia dalam 3 kategori, yakni budget, medium, dan luxury. Pilihlah paket tur sesuai budget yang Anda siapkan, mulai dari 50 – 120 USD. Jangan lupa untuk menuliskan semua fasilitas yang Anda dapatkan di kuitansi agar tidak ditipu untuk membayar biaya tambahan ini dan itu.
- Transportasi di Hanoi sangat mudah dengan bus umum berwarna kuning seharga 7.000 VND, xe om/ojek (tawar menawar), becak, dan taksi. Rata-rata tempat wisata di Hanoi bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari kawasan Old Quarter.
- Wisata di Sapa identik dengan trekking atau lintas alam. Pakailah sepatu yang nyaman agar memudahkan kita untuk berjalan di medan yang berbatu-batu dan licin.
- Jika tidak ingin membeli barang dari suku minoritas di Sapa, sebaiknya menjaga jarak agar tidak terlalu banyak mengobrol dengan mereka. Jika terlalu akrab, sesampainya kita di kampung mereka, kita akan dikejar-kejar untuk membeli suvenir yang mereka beli dari tempat lain dengan harga yang mahal.
- Pastikan untuk menanyakan tur ke beberapa operator untuk mencegah harga yang kemahalan dan tidak membooking di hostel atau hotel (sebaiknya).
- Vietnam sangat senang mematok harga turis pada orang asing, tawarlah apapun di Vietnam dengan harga seminim mungkin agar tidak kemahalan karena mereka menaikkan harga antara 100 – 250% dari harga aslinya.
- Bawa payung, topi, dan masker karena cuaca di Vietnam saat Dreamland melakukan perjalanan sangat panas dan berakibat pada kulit yang gosong sepulang perjalanan.

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.