Day
7 : Sayonara Homestay dan Workshop yang Melelahkan
Tiba
saatnya bagi Dreamland dan teman-teman untuk berpisah dengan keluarga homestay.
Sebelum benar-benar berpisah, Gen-san memberi kami hadiah berupa jalan-jalan
terakhir kalinya ke air terjun yang ada di Senboku. Dengan menggunakan mobil,
perjalanan menuju kawasan air terjun ini memakan waktu 25 menit. Sesampainya di
lokasi, kami langsung berjalan menyusuri jalan setapak menuju lokasi air
terjun. Tak lupa tentunya kami berfoto sepanjang perjalanan.
Dreamland
bertemu dengan banyak turis lokal di sini. Mereka menghabiskan waktu dengan
berjalan kaki santai. Umumnya pengunjung dari air terjun Senboku ini adalah
kaum manula yang sedang menikmati masa tua. Satu fenomena yang Dreamland temukan
tatkala menatap wajah orang Jepang adalah mereka langsung memalingkan wajah ke
arah lain atau menunduk. Entahlah mereka tidak terbiasa menatap muka orang lain
dan memilih untuk melihat ke arah lain.
Perjalanan
menuju air terjun ini sendiri memakan waktu 20 menit dengan berjalan kaki
menyusuri jalan setapak. Kami harus melewati berbagai pepohonan, lembah,
jembatan, sebelum akhirnya benar-benar sampai ke air terjun tersebut. Satu hal
yang lucu adalah Dreamland harus menggunakan bahasa tarzan untuk meminta tolong
orang yang berkunjung mengambilkan foto untuk Dreamland. Setelah melihat air
terjun sekilas, kami pun kembali ke mobil dengan berjalan kaki.
Kami
pun langsung beranjak dari lokasi wisata ini menuju ke rumah untuk mengambil
semua barang bawaan kami. Di rumah, kami disambut hangat oleh istri Gen-san dan
nenek Sakayama yang memeluk kami dengan hangat. Sedih rasanya harus berpisah,
walau bagaimanapun kami harus meneruskan kegiatan selanjutnya yang masih
tersisa di Jepang. Dengan lambaian tangan, kami pun berpisah dengan keluarga
Sakayama dengan diantar Gen-san menuju lokasi pertemuan di Grandeaile Garden.
Panitia
membuatkan acara perpisahan, di mana kami bisa mempersembahkan tarian atau
nyanyian untuk keluarga homestay. Tak hanya itu, kami juga tertawa dan gembira
bersama sebelum akhirnya benar-benar berpisah. Ada teman yang sampai menangis
terharu karena kebaikan dari keluarga yang menjadi tempat homestay mereka.
Tentunya kenangan yang didapat dari teman yang ditempatkan dalam keluarga yang
berbeda tidak sama dengan keluarga lainnya. Satu hal yang pasti adalah kami
benar-benar mengenal seperti apa orang lokal Jepang itu sebenarnya.
Setelah
menikmati jamuan makan siang yang nikmat dan berpisah dengan keluarga homestay,
kami pun langsung diarahkan menuju bus untuk menginap di hotel tradisional
Jepang yang berbau belerang, yakni Highland Hotel Shunjuan Sanso. Perjalanan
menuju hotel ini memakan waktu 1 jam. Sesampainya di hotel, kami langsung
diminta membawa seluruh barang bawaan dan menata kembali koper kami untuk
dibawa ke Tokyo.
Sesudah
menata koper dan beristirahat sejenak di kamar, kami pun langsung berkumpul ke
ruang pertemuan bawah untuk berdiskusi soal proyek apa yang akan dilakukan
setelah kunjungan ke Jepang ini. Sebagai info, Dreamland kali ini sekamar
dengan 5 orang, yakni Alif, Irfan, Ilham, Farid, dan Jodi. Kami membahas
tentang langkah-langkah strategis apa saja yang bisa dilakukan sesudah
kunjungan ke Jepang yang sangat menarik dan berkesan ini.
Workshop
yang dilakukan ini cenderung kurang efektif karena banyaknya orang yang
berpartisipasi, yakni 25 kepala dan rata-rata setiap orang mempunyai pikirannya
masing-masing. Singkat kata, diskusi dilanjutkan di kamar karena ruang
pertemuan akan digunakan rombongan lainnya. Berhubung jumlah kelompok yang
banyak membuat banyak orang yang asyik melakukan kegiatannya masing-masing,
mulai dari main HP, mengobrol, bahkan tertidur karena kurang dilibatkan.
Diskusi
pun ditunda dengan acara makan malam terlebih dahulu. Kemudian kami melanjutkan
diskusi di lobby berhubung tersedianya akses Wi-Fi. Tak lupa Dreamland mengisi
waktu sambil berjalan-jalan sekitar hotel untuk membeli oleh-oleh. Sayangnya
lokasi hotel tradisional ini terpencil, sehingga menyulitkan untuk pergi ke
suatu tempat secara mudah. Malam pun semakin larut dan diskusi pun dilanjutkan
di kamar.
Mengingat
suasana diskusi yang monoton, salah satu anggota kelompok, yakni Dian justru
menceritakan pengalaman bertemu di hantu di kampus dan tempat kerja. Jadilah
teman yang sudah tertidur, yakni Irfan terbangun dan ketakutan sendiri. Suasana
diskusi yang jadinya mencekam ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland
Traveller Moment. Singkat kata, diskusi berlanjut sampai pukul 2 pagi dan
akhirnya kami semua tertidur karena kecapekan.
Sedih
rasanya harus berpisah dengan keluarga Sakayama dan besok kami akan segera
kembali ke Tokyo untuk mempresentasikan temuan apa saja yang sudah kami peroleh
selama berada di Jepang.
Senboku, Akita, 12 Oktober 2014
Dreamland Traveller
Catatan:
- Jepang menggunakan mata uang Japanese Yen (JPY)
sebagai mata uang yang sah.
- Nilai 1 JPY saat Dreamland melakukan perjalanan
adalah 115 IDR.
- Jepang mempunyai 4 musim yang berbeda setiap
tahunnya, harap sesuaikan pakaian yang dibawa dengan musim yang ada.
- Setiap produk yang dibeli di Jepang dikenakan
pajak konsumsi sebesar 8%.
- Hingga saat ini, WNI yang melakukan perjalanan ke
Jepang harus mengajukan visa ke Kedutaan Jepang.
- Kota wisata yang terkenal di Jepang, antara lain
Tokyo, Osaka, Kyoto, dan lain sebagainya.
- Transportasi yang unik di Jepang adalah shinkansen
yang mempunyai kecepatan hingga 320 km/jam.
- Jepang terkenal sebagai negara yang mempunyai
vending machine terbanyak di dunia dengan banyaknya variasi barang yang dijual.
- Perhatikan jenis sampah yang dibuang harus sesuai
dengan kategori tong sampah yang diminta.
- Aktivitas yang bisa dilakukan di Jepang adalah
onsen di pemandian umum, berjalan kaki di keramaian Tokyo, belanja di Daiso
atau toko 100 Yen, dan berbagai macam aktivitas lainnya.
- Umumnya orang Jepang tidak bisa berbahasa Inggris,
pastikan untuk mengetahui berbagai istilah dasar agar tidak kesulitan ketika
bertanya.
- Orang Jepang adalah orang yang sangat ramah, suka
menolong, dan perhatian terhadap turis asing.
- Patuhi aturan yang ada di Jepang agar kita bisa
menikmati liburan di Jepang secara aman dan maksimal.
- Waktu di Jepang mempunyai perbedaan waktu 2 jam
lebih cepat dibandingkan Jakarta (GMT + 9).
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.