Telanjang
Bulat di Onsen
Onsen
terkenal sebagai budaya Jepang yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi
mandi bersama ini diyakini mampu memberikan rasa rileks setelah seharian
bekerja, kemudian waktu bersantai dengan rekan kerja melalui obrolan santai
saat mandi. Hanya saja, onsen mungkin sebuah tradisi yang mungkin membuat kita
risi karena mengharuskan kita untuk menanggalkan semua pakaian yang melekat di
tubuh kita untuk dapat menikmatinya.
Rasa
malu ini Dreamland rasakan saat diajak Gen untuk menikmati onsen di Akita.
Awalnya, kita diminta mengganti alas kaki yang kita kenakan dengan sandal yang
disediakan pihak pengelola onsen. Kemudian kita masuk ke ruang ganti pakaian
yang dipisah antara laki-laki dan perempuan. Nah di ruang ganti inilah,
tantangan uji nyali dimulai.
Dreamland
sudah disuguhkan pemandangan yang membuat ketar ketir karena semua orang yang
ada di ruangan ini dengan santainya berjalan dengan kondisi telanjang bulat
tanpa ditutupi handuk. Waduh masa harus buka semua pakaian di sini? Di ruangan
ini disediakan keranjang baju untuk menampung semua pakaian yang kita kenakan.
Kita hanya diperkenankan membawa sebuah handuk kecil untuk menutupi bagian
kemaluan saat berjalan.
Langsung
deh teman Dreamland pun bertatapan satu sama lain. Yakin nih mau onsen? Tatapan
mata yang bingung, penasaran, tapi juga malu. Akhirnya dengan prinsip nekad
bareng-bareng, kami pun bertelanjang ria demi merasakan onsen ini. Dengan
perlahan, kami membuka pintu tempat mandi utama dan melihat semua orang
telanjang bulat di sini. Bahkan Irfan nyeletuk, “Itu kulit t***rnya kok pada
melar ke bawah semua ya? Padahal ukuran p***snya sama kayak kita.”
Kami
diharuskan mandi terlebih dahulu dengan shower dan perlengkapan mandi yang
tersedia sebelum berendam di bak mandi panas ini. Kami harus duduk dengan
jojodok agar tidak menciprati rekan yang ada di sebelah. Setelah selesai,
barulah kita boleh merendam seluruh tubuh kita di bak yang tersedia. Semua
orang asli Jepangnya sih cuek seliweran di onsen tanpa ditutup-tutupi handuk
lagi. Ada lagi yang duduk di pinggir kolam dengan terbuka memperlihatkan
“barangnya” pada pemirsa dengan bulu yang lebat. Padahal, anak Gen juga ikut
dalam ritual mandi ini, tapi papanya sendiri tidak merasa risih dilihat oleh
anaknya sendiri telanjang.
Kami
pun berendam selama 15 menit sambil mengobrol santai, setelah itu naik ke atas
karena kepala terasa pusing jika berendam terlalu lama. Baru kita harus
mengeringkan badan terlebih dahulu di dalam sebelum berpakaian kembali di ruang
ganti. Benar-benar pengalaman onsen yang menguji nyali, tapi menyenangkan juga
karena badan terasa relaks setelah onsen.
Besoknya
kami diajak onsen lagi oleh Gen. Tanpa ragu-ragu, langsung kita semua membuka
semua pakaian tanpa kecuali, kemudian masuk ke ruang mandi dengan santai.
Bahkan semua sudah tidak malu-malu tanpa menutupi dengan handuk saat berjalan
ke sana kemari karena sudah terbiasa.
Onsen
memang benar-benar mengajarkan kita semua tentang arti keterbukaan dan
ketelanjangan tanpa rasa malu.
~
oOo ~