Sunday, December 16, 2012

Day 4 : Melihat Dengan Kacamata yang Berbeda

Dreamland Traveller


Day 4 : Melihat Dengan Kacamata yang Berbeda
            Hari yang baru pun telah tiba. Saatnya Dreamland mempersiapkan diri untuk menyambut hari ini dengan penuh semangat. Acara pun dimulai tepat pukul 08.00 setelah sarapan dengan sesi “Hak Asasi Manusia di Indonesia” yang dibawakan Papang Hidayat dari KontraS. Sebagai aktivis HAM, beliau memaparkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan HAM kaum yang tertindas. Banyaknya pelanggaran kemanusiaan yang terjadi hendaknya menjadikan kita peka dan mau bertindak untuk berjuang bagi keadilan.

            Setelah itu, sesi langsung dilanjutkan dengan sesi “Indonesia dan Kebhinekaannya” yang dibawakan oleh 3 narasumber, yakni Budi Tanuwibowo dari INTI atau Indonesia Tionghua, Ihsan Ali-Fauzi, dan seorang ustad. Setiap narasumber memberikan perspektifnya masing-masing tentang Bhineka Tunggal Ika berdasarkan kapabilitas mereka. Sangat menarik rasanya menyaksikan para tokoh agama dan etnis yang berbeda duduk berdampingan untuk memberikan materi ini.

            Selesai sesi, kami pun makan siang. Acara pun dilanjutkan dengan sesi dari Danang Widoyoko dari ICW, yakni “Indonesia yang Anti Korupsi”. Berhubung tubuh Dreamland kurang fit, akhirnya Dreamland memutuskan untuk tidak mengikuti sesi ini dan beristirahat. Dreamland mendapatkan perawatan akupuntur dari A’ak Abdullah Al-Kudus. Menakutkan memang awalnya, namun karena Dreamland ingin sembuh dan ikut dalam sesi selanjutnya, Dreamland pun memberanikan diri. Setelah itu, Dreamland pun tertidur selama beberapa jam.

            Setelah mengistirahatkan diri satu sesi, Dreamland pun kembali mengikuti sesi “Perspektif Gender” yang dibawakan oleh Jaleswari Pramodhawardani. Beliau adalah peneliti LIPI yang mengamati isu-isu sosial, khususnya gender. Saat ini, masyarakat didominasi oleh pola pikir patriarkis, sehingga perempuan kerapkali menjadi korban diskriminasi terselubung. Selain itu, ayah harus bekerja, lelaki tidak boleh menangis, ibu harus di dapur, dan berbagai pola pikir itu juga menjadi perspektif gender yang masih ada di tengah masyarakat.

            Kemudian, masyarakat kita yang menganut kenormalan dari sudut pandang hetero juga menganggap homo adalah bentuk ketidaknormalan seseorang. Kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) dituntut untuk menjadi hetero, jika tidak dikucilkan. Padahal, seorang homoseksual pun tidak memilih untuk ditakdirkan hidup sebagai diri mereka saat ini. Mereka juga sudah menolak diri mereka sebelum lingkungan menolak mereka. Alhasil mereka menjadi kaum yang tersudutkan karena orang-orang yang menganut kenormalan hetero.
            Andaikan teman, saudara, atau justru anak kita sendiri tergolong LGBT, apakah kita akan menelantarkan atau mengucilkan mereka? Pertanyaan yang ditujukan salah satu peserta kepada narasumber ini sangat menarik untuk dikaji. Jaleswari menjawab, “Saya akan menerima anak saya apa adanya. Saya mungkin tidak bisa membayangkan jika anak saya menjadi gay, namun apapun kondisinya dia tetaplah anak saya.”
            Beliau menutup sesi ini dengan sebuah kesimpulan. Bukankah koruptor jauh lebih hina dibandingkan kaum LGBT? Menghargai perbedaan bukanlah sebatas toleransi terhadap suku atau etnis yang berlainan, melainkan juga orientasi seksual yang berbeda. Bukankah mereka juga manusia yang sama-sama diciptakan Sang Pencipta ke dunia ini. Sebuah perspektif menarik yang mengubah pola pikir kami semua tentang gender.
            Memang kita harus melihat dengan kacamata yang berbeda agar kita mampu menghargai dan menerima perbedaan yang ada di Indonesia. Sungguh sebuah refleksi yang sangat menarik!

Bogor, 23 November 2012

Dreamland Traveller

Catatan:
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 bertema “Menggali Gagasan Kepemimpinan dan Patriotisme Kaum Muda”
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 diselenggarakan oleh Tempo Institute yang disponsori oleh Garuda Indonesia dan General Electric (GE)
- Peserta KEM 2012 adalah 30 penulis esai terbaik se-Indonesia yang diseleksi oleh juri yang memiliki kompetensi di bidangnya.

~ oOo ~ 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.