Saturday, December 29, 2012

Menikmati Alunan Angklung di Saung Angklung Udjo

Dreamland Traveller


Menikmati Alunan Angklung di Saung Angklung Udjo
Pertunjukan bambu dan kesenian Sunda khas Saung Angklung Udjo ini memang sangat menarik untuk dinikmati. Pertunjukan dibuka dengan Demonstrasi Wayang Golek yang dibawakan oleh seorang Dalang dari Saung Angklung Udjo. Dengan narasi berbahasa Sunda, tokoh wayang yang ada diceritakan kisah kehidupan kekinian yang sedang kita hadapi saat ini. Setiap gerakan dan ucapan wayang itu seolah memberi pesan bagi siapapun yang melihatnya bahwa kita haruslah berbuat baik pada sesama. Sama halnya dengan hukum sebab akibat bahwa siapa menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebahagiaan. Sebaliknya, siapa melakukan kejahatan, ia akan menanggung akibat.




Sama seperti arti filosofisnya, wayang memiliki arti bayangan atau pencerminan dari sifat dalam jiwa manusia. Lewat pementasan wayang, kita akan bercermin pada diri kita sendiri lewat pemahaman atau internalisasi diri. Apakah sifat kita terwakili oleh wayang yang dimainkan? Tak heran jika wayang dapat menjadi media yang sangat baik untuk menyadarkan kita tentang sifat dasar manusia yang buruk dan bagaimana cara mengatasinya dengan bijak.




Acara dilanjutkan dengan pementasan Helaran, yakni pertunjukan yang biasa dimainkan untuk mengiringi upacara tradisional khitanan dan upacara panen padi. Belasan pemain yang masih berusia belia riang gembira memainkan alunan angklung dengan nada Salendro atau Pentatonis yang terdiri atas Da Mi Na Ti La Da. Dengan lincah, para pemain menari dan memainkan alat musik secara bersamaan menjadi perpaduan yang indah.



           
Selanjutnya, penonton disuguhkan dengan beberapa tari tradisional, yakni tarian klasik Topeng Kandaga dan Tari Merak. Tarian Topeng Kandaga menceritakan tentang kisah Ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menakjingga yang tergila-gila padanya. Sementara itu, Tari Merak mengambarkan dan mengeksplorasi keindahan warna burung Merak dalam bentuk tarian yang eksotis dan menawan.



           
Tak ketinggalan, permainan calung, arumba (alunan rumpun bambu), dan angklung mini yang memberikan harmonisasi nada yang sempurna. Setiap pemain dengan semangat memainkan alat musik yang dikuasainya. Nada yang dihasilkan pun menjadi bentuk relaksasi rohani tersendiri bagi siapapun yang mendengarkannya. Ketukan bambu yang dibunyikan pada tempo yang pas menjadi alunan nada yang indah.



            
Lagu-lagu daerah pun dibawakan dengan angklung Pa Daeng di adegan pertunjukan selanjutnya. Lima lagu nasional, mulai dari Aceh hingga Papua pun dimainkan dengan angklung secara serempak. “Cublak Cublak Suweng” dari Jawa Timur, “Yamko Rambe Yamko” dari Papua, “Kicir-Kicir” dari Jakarta, dan dua lagu lainnya pun dimainkan untuk melestarikan khazanah lagu daerah Indonesia yang tidak ternilai harganya.



          
Memasuki sesi selanjutnya, yakni angklung interaktif. Setiap penonton diberikan sebuah angklung yang memiliki nada yang berbeda, yakni 1 hingga 1 titik. Selanjutnya, pembawa acara akan memberikan gerakan atau isyarat tertentu yang harus diikuti oleh nada-nada tertentu. Saat nada tersebut diisyaratkan, kita hanya perlu menggerakkan angklung agar mengeluarkan bunyi yang diminta. Bunyi yang dikeluarkan angklung kelak akan membentuk harmonisasi nada yang indah.



    
Awalnya, setiap penonton kebingungan dan akhirnya salah membunyikan nada angklung. Setelah beberapa kali percobaan, angklung pun dapat menghasilkan nada yang indah dengan lagu-lagu yang populer, seperti Burung Kakak Tua dan lain sebagainya. Terlihat bahwa permainan angklung yang baik akan tercipta tatkala di antara pemain terdapat kekompakan sehingga melodi yang tercipta dapat mengalir dengan indah dan terus berkesinambungan.
Acara pun diakhiri dengan angklung okrestra dan menari bersama, di mana setiap orang bisa mengekspresikan diri di atas pentas bersama-sama. Sungguh sebuah pengalaman tersendiri menyaksikan pertunjukan selama 1,5 jam yang penuh dengan dinamika dan sarat akan kekayaan budaya di ranah Sunda. 

Bandung, 19 Desember 2012

Dreamland Traveller

Catatan:
- Saung Angklung Udjo memiliki 4 kali pertunjukan setiap harinya, yakni 
pagi (10.00 – 11.30), 
siang (13.00 – 14.30), 
petang (15.30 – 17.00), dan 
malam (18.30 – 20.00). 
Tarif tiket, yakni Rp 60.000,00 untuk wisatawan domestik
Rp 100.000,00 untuk wisatawan asing

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.