Sunday, December 16, 2012

Day 11 : Belajar Ketegaran dari Handry Santriago

Dreamland Traveller


Day 11 : Belajar Ketegaran dari Handry Santriago
            Kunjungan berikutnya pun siap kami jalankan kembali hari ini. Kali ini, kami akan mengunjungi kantor General Electric Indonesia yang terletak di Gedung BRI lantai 16. Dengan menggunakan taksi, kami pun berangkat ke kantor GE Indonesia. Kemacetan di pagi hari kembali membuat kami terpaksa mendekam begitu lama di taksi. Sesampainya di GE Indonesia, kami langsung diarahkan menuju lokasi acara.

            Aula yang cukup besar menampung para peserta KEM 2012 yang siap mengikuti workshop kepemimpinan yang dibawakan GE Indonesia. Kami mendapatkan sesi dari para petugas GE Indonesia, mulai dari penjelasan tentang perusahaan, produk usaha, serta bagaimana program CSR yang mereka lakukan. Setelah mendengarkan ceramah yang cukup panjang, kami pun disela dengan sesi makan siang.

           Dreamland berkeliling di sekitar gedung BRI dan mengamati apa saja yang terdapat di sekitarnya. Setelah itu, Dreamland kembali ke lokasi acara untuk mengikuti sesi selanjutnya, yakni games. Kami diminta membuat jembatan yang kokoh untuk menampung berat sebuah laptop. Setiap tim memutar otak agar jembatan yang dibangun dapat memenuhi tantangan ini. Kriteria tim yang menang adalah membuat jembatan yang kokoh dan panjang.
            Bahan yang tersedia adalah kertas koran, gunting, lakban, gelas air mineral, serta piring kertas. Semua bahan itu harus dimaksimalkan untuk mengokohkan jembatan yang akan kami buat. Setelah itu, kami kembali ke sesi. Kami mendapatkan pemaparan langsung dari CEO GE Indonesia, yakni Handry Santriago. Sebelumnya kami mendapat kudapan J.CO Donuts dulu dari panitia.

            Handry Santriago bercerita tentang pengalamannya merintis karier dari nol hingga menjadi CEO GE Indonesia saat ini. Ia adalah produk pendidikan Indonesia, namun ia bangga karena berhasil memegang kendali di sebuah perusahaan multinasional. Kisah inspiratif pun Handry bagikan tatkala bercerita tentang kondisi fisiknya yang memiliki kekurangan.
Ketika usianya masih belia, yakni 18 tahun, Handry didiagnosa menderita kanker kelenjar getah bening di tulang belakangnya. Sebagai remaja yang sedang bertumbuh, kabar ini bagaikan petir di siang bolong bagi Handry.
            Berbagai pengobatan diupayakan oleh kedua orang Handry agar anaknya bisa sembuh total dari kelumpuhan, mulai dari dokter ahli hingga orang “pintar” sekalipun. Namun semua upaya tak membuahkan hasil apapun. Handry pun harus menerima kenyataan pahit bahwa hidupnya tidak lagi sama semenjak itu. Kakinya lumpuh dan harus menggunakan kursi roda ke manapun ia pergi. Hal itu membuat kepercayaan dirinya runtuh dan berusaha menutup diri dari lingkungan.
            Handry pun memutuskan untuk mengisi sisa hidupnya dengan merenungi kemalangan yang menimpanya di kamar. Terbayang di benaknya kegemarannya menangkap kupu-kupu yang tidak mungkin dilakukannya lagi saat ini. Ia tak bisa lagi mengincar wanita idamannya menjadi pacar karena runtuhnya kepercayaan diri dengan kondisi fisiknya. Semua harapan, cita-cita, dan impiannya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri pun tampaknya sirna.
            Hingga akhirnya suatu hari ayah Handry menemuinya di kamar. “Nak, hidup ini pilihan. Kamu bisa memutuskan salah satu dari 2 pilihan yang ada.” kata ayahnya sambil memijit kaki Handry yang sudah lumpuh. “Pilihan pertama, kamu bisa memilih untuk tetap berdiam diri di sini dan tidak melakukan apapun. Kamu boleh meratapi dan menangisi diri sepuasnya, namun tidak akan ada yang berubah dari hidupmu.”
            Ayahnya kemudian berdiri dan membuka jendela yang ada di kamar Handry. “Jangan dibuka. Aku malu.” kata Handry memohon. “Pilihan kedua, kamu berani keluar kamar dan menjalani hidupmu seperti biasa. Handry, bukankah jika jendela ini tidak dibuka, kamu tidak akan bisa menangkap kupu-kupu yang kamu sukai, bukan? Mulailah menerima kenyataan dan jadilah kuat!” Ayahnya pun meninggalkan Handry sendiri dalam dilema.
            Semenjak saat itu, Handry pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia ingin sekali menang dan mengalahkan kanker yang sedang menggerogotinya. Dengan penuh tekad, kerja keras, dan semangat yang tinggi, ia menjalani setiap fase kehidupannya dengan semangat baja. “Bagi saya, hidup itu seperti mendorong mobil. Kita mempunyai mobil masing-masing yang membawa hidup kita menuju tujuan yang kita ingin capai.”
            Dengan tegar, Handry mengatakan, “Saya harus terus mendorong mobil saya di bukit terjal kehidupan saya karena jika saya tidak terus mendorong, saya akan sulit untuk mendorong mobil ini ke atas. Maka saya akan terus dan terus maju demi mencapai kehidupan yang saya inginkan dengan keterbatasan yang saya miliki.” kata Handry sambil menutup workshop kepemimpinan sore hari itu.  
            Sungguh sebuah sesi yang hampir membuat Dreamland menitikkan airmata karena takjub dengan ketegaran dan semangat yang dimiliki oleh seorang Handry Santriago. Selanjutnya, Dreamland disuguhi dengan sesi terakhir, yakni mengenal diri sendiri. Dreamland dan teman-teman diminta mengisi kuesioner untuk menentukan keberadaan kepribadian diri dalam tes MBTI.
            Sangat menarik menyaksikan hasil yang didapat sangat sesuai dengan kepribadian yang kami miliki. Senang rasanya bisa mendapatkan tes ini yang membuat kami sangat mengerti dalam berdinamika dalam tim. Akhirnya semua rangkaian sesi pun berakhir dan kami pun beranjak pulang kembali ke LPMP. Kami keluar dari Gedung BRI dengan perasaan gembira, namun perasaan itu tidak bertahan lama tatkala hujan deras mulai mengguyur Jakarta.
            Taksi demi taksi tak ada yang mau berhenti dan kami berhujan-hujanan. Dreamland menggigil kedinginan akhirnya mengusulkan agar menaiki Busway saja. Kami pun membeli karcis Busway menuju Blok M. Di Blok M sambil menunggu hujan, rekan-rekan membeli oleh-oleh, sementara Dreamland menunggu. Kemudian, kami langsung melanjutkan perjalanan dengan Metromini. Badan yang sangat lelah dan pening karena terkena hujan memaksa Dreamland turun dan akhirnya memilih naik taksi menuju LPMP.
            Kemacetan yang menggila di Jakarta membuat kami sangat lama mencapai LPMP. Kami pun segera makan malam setibanya di lokasi. Dreamland langsung meminta pengobatan dari A’ak Abdullah Al-Kudus karena rasa pusing yang sangat tak tertahankan. Akhirnya, Dreamland bisa menyanyi riang setelah diobati.
            Malam ini, kami pun mendapatkan materi bagaimana membuat proposal yang baik. Meskipun lelah, Dreamland berusaha menangkap materi yang diberikan dengan baik. Kami sudah menentukan kelompok dan menuliskannya di kertas yang telah disediakan.
             Senang rasanya bisa mendapatkan inspirasi yang menguatkan dari Handry Santriago dan berperang dengan hujan dan macet di Jakarta!

Jakarta, 30 November 2012

Dreamland Traveller

Catatan:
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 bertema “Menggali Gagasan Kepemimpinan dan Patriotisme Kaum Muda”
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 diselenggarakan oleh Tempo Institute yang disponsori oleh Garuda Indonesia dan General Electric (GE)
- Peserta KEM 2012 adalah 30 penulis esai terbaik se-Indonesia yang diseleksi oleh juri yang memiliki kompetensi di bidangnya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.