Day
11 : Belajar Ketegaran dari Handry Santriago
Kunjungan
berikutnya pun siap kami jalankan kembali hari ini. Kali ini, kami akan
mengunjungi kantor General Electric Indonesia yang terletak di Gedung BRI
lantai 16. Dengan menggunakan taksi, kami pun berangkat ke kantor GE Indonesia.
Kemacetan di pagi hari kembali membuat kami terpaksa mendekam begitu lama di
taksi. Sesampainya di GE Indonesia, kami langsung diarahkan menuju lokasi
acara.
Aula
yang cukup besar menampung para peserta KEM 2012 yang siap mengikuti workshop kepemimpinan yang dibawakan GE
Indonesia. Kami mendapatkan sesi dari para petugas GE Indonesia, mulai dari
penjelasan tentang perusahaan, produk usaha, serta bagaimana program CSR yang
mereka lakukan. Setelah mendengarkan ceramah yang cukup panjang, kami pun
disela dengan sesi makan siang.
Dreamland
berkeliling di sekitar gedung BRI dan mengamati apa saja yang terdapat di
sekitarnya. Setelah itu, Dreamland kembali ke lokasi acara untuk mengikuti sesi
selanjutnya, yakni games. Kami
diminta membuat jembatan yang kokoh untuk menampung berat sebuah laptop. Setiap
tim memutar otak agar jembatan yang dibangun dapat memenuhi tantangan ini.
Kriteria tim yang menang adalah membuat jembatan yang kokoh dan panjang.
Bahan
yang tersedia adalah kertas koran, gunting, lakban, gelas air mineral, serta
piring kertas. Semua bahan itu harus dimaksimalkan untuk mengokohkan jembatan
yang akan kami buat. Setelah itu, kami kembali ke sesi. Kami mendapatkan
pemaparan langsung dari CEO GE Indonesia, yakni Handry Santriago. Sebelumnya
kami mendapat kudapan J.CO Donuts dulu dari panitia.
Handry
Santriago bercerita tentang pengalamannya merintis karier dari nol hingga
menjadi CEO GE Indonesia saat ini. Ia adalah produk pendidikan Indonesia, namun
ia bangga karena berhasil memegang kendali di sebuah perusahaan multinasional.
Kisah inspiratif pun Handry bagikan tatkala bercerita tentang kondisi fisiknya
yang memiliki kekurangan.
Ketika usianya masih belia, yakni
18 tahun, Handry didiagnosa menderita kanker kelenjar getah bening di tulang
belakangnya. Sebagai remaja yang sedang bertumbuh, kabar ini bagaikan petir di
siang bolong bagi Handry.
Berbagai
pengobatan diupayakan oleh kedua orang Handry agar anaknya bisa sembuh total
dari kelumpuhan, mulai dari dokter ahli hingga orang “pintar” sekalipun. Namun
semua upaya tak membuahkan hasil apapun. Handry pun harus menerima kenyataan
pahit bahwa hidupnya tidak lagi sama semenjak itu. Kakinya lumpuh dan harus
menggunakan kursi roda ke manapun ia pergi. Hal itu membuat kepercayaan dirinya
runtuh dan berusaha menutup diri dari lingkungan.
Handry
pun memutuskan untuk mengisi sisa hidupnya dengan merenungi kemalangan yang
menimpanya di kamar. Terbayang di benaknya kegemarannya menangkap kupu-kupu
yang tidak mungkin dilakukannya lagi saat ini. Ia tak bisa lagi mengincar
wanita idamannya menjadi pacar karena runtuhnya kepercayaan diri dengan kondisi
fisiknya. Semua harapan, cita-cita, dan impiannya untuk melanjutkan kuliah ke
luar negeri pun tampaknya sirna.
Hingga
akhirnya suatu hari ayah Handry menemuinya di kamar. “Nak, hidup ini pilihan.
Kamu bisa memutuskan salah satu dari 2 pilihan yang ada.” kata ayahnya sambil
memijit kaki Handry yang sudah lumpuh. “Pilihan pertama, kamu bisa memilih
untuk tetap berdiam diri di sini dan tidak melakukan apapun. Kamu boleh
meratapi dan menangisi diri sepuasnya, namun tidak akan ada yang berubah dari
hidupmu.”
Ayahnya
kemudian berdiri dan membuka jendela yang ada di kamar Handry. “Jangan dibuka.
Aku malu.” kata Handry memohon. “Pilihan kedua, kamu berani keluar kamar dan
menjalani hidupmu seperti biasa. Handry, bukankah jika jendela ini tidak
dibuka, kamu tidak akan bisa menangkap kupu-kupu yang kamu sukai, bukan?
Mulailah menerima kenyataan dan jadilah kuat!” Ayahnya pun meninggalkan Handry
sendiri dalam dilema.
Semenjak
saat itu, Handry pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia ingin sekali
menang dan mengalahkan kanker yang sedang menggerogotinya. Dengan penuh tekad,
kerja keras, dan semangat yang tinggi, ia menjalani setiap fase kehidupannya
dengan semangat baja. “Bagi saya, hidup itu seperti mendorong mobil. Kita
mempunyai mobil masing-masing yang membawa hidup kita menuju tujuan yang kita
ingin capai.”
Dengan
tegar, Handry mengatakan, “Saya harus terus mendorong mobil saya di bukit
terjal kehidupan saya karena jika saya tidak terus mendorong, saya akan sulit
untuk mendorong mobil ini ke atas. Maka saya akan terus dan terus maju demi
mencapai kehidupan yang saya inginkan dengan keterbatasan yang saya miliki.”
kata Handry sambil menutup workshop
kepemimpinan sore hari itu.
Sungguh
sebuah sesi yang hampir membuat Dreamland menitikkan airmata karena takjub
dengan ketegaran dan semangat yang dimiliki oleh seorang Handry Santriago.
Selanjutnya, Dreamland disuguhi dengan sesi terakhir, yakni mengenal diri
sendiri. Dreamland dan teman-teman diminta mengisi kuesioner untuk menentukan
keberadaan kepribadian diri dalam tes MBTI.
Sangat
menarik menyaksikan hasil yang didapat sangat sesuai dengan kepribadian yang
kami miliki. Senang rasanya bisa mendapatkan tes ini yang membuat kami sangat
mengerti dalam berdinamika dalam tim. Akhirnya semua rangkaian sesi pun
berakhir dan kami pun beranjak pulang kembali ke LPMP. Kami keluar dari Gedung
BRI dengan perasaan gembira, namun perasaan itu tidak bertahan lama tatkala
hujan deras mulai mengguyur Jakarta.
Taksi
demi taksi tak ada yang mau berhenti dan kami berhujan-hujanan. Dreamland
menggigil kedinginan akhirnya mengusulkan agar menaiki Busway saja. Kami pun
membeli karcis Busway menuju Blok M. Di Blok M sambil menunggu hujan,
rekan-rekan membeli oleh-oleh, sementara Dreamland menunggu. Kemudian, kami
langsung melanjutkan perjalanan dengan Metromini. Badan yang sangat lelah dan
pening karena terkena hujan memaksa Dreamland turun dan akhirnya memilih naik
taksi menuju LPMP.
Kemacetan
yang menggila di Jakarta membuat kami sangat lama mencapai LPMP. Kami pun
segera makan malam setibanya di lokasi. Dreamland langsung meminta pengobatan
dari A’ak Abdullah Al-Kudus karena rasa pusing yang sangat tak tertahankan.
Akhirnya, Dreamland bisa menyanyi riang setelah diobati.
Malam
ini, kami pun mendapatkan materi bagaimana membuat proposal yang baik. Meskipun
lelah, Dreamland berusaha menangkap materi yang diberikan dengan baik. Kami
sudah menentukan kelompok dan menuliskannya di kertas yang telah disediakan.
Senang rasanya bisa mendapatkan inspirasi yang
menguatkan dari Handry Santriago dan berperang dengan hujan dan macet di
Jakarta!
Jakarta, 30 November
2012
Dreamland Traveller
Catatan:
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 bertema “Menggali
Gagasan Kepemimpinan dan Patriotisme Kaum Muda”
- Kemah Menjadi Indonesia 2012 diselenggarakan oleh
Tempo Institute yang disponsori oleh Garuda Indonesia dan General Electric (GE)
- Peserta KEM 2012 adalah 30 penulis esai terbaik
se-Indonesia yang diseleksi oleh juri yang memiliki kompetensi di bidangnya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.