Dreamland Traveller Moment
Rumput
Tetangga Lebih Hijaukah?
Dreamland
selalu mendengar celetukan orang yang baru saja pulang dari luar negeri dengan
penuh semangat dan gembira. “Eh tahu ga, Singapura itu canggih ya. Sudah punya
jaringan MRT, bus yang datang teratur, tempatnya bersih, dan seru. Pokoknya top
banget deh!” kata salah satu teman Dreamland yang baru saja pulang jalan-jalan
dari Singapura. “Kalau ke Thailand, pokoknya pengin borong semua barang.
Soalnya murah-murah sih!” kata teman Dreamland yang lain.
Setelah
itu, pasti mereka menyambung dengan membandingkan kondisi tetangga dengan
negara kita sendiri. “Ga kayak di Bandung, sudah macet seperti Jakarta, banyak
sampah, orang-orangnya tidak displin, taman dibabat semua, pokoknya kacau balau
deh.” katanya sinis. “Di Indonesia, barang-barang begini mahal banget
dijualnya. Terus makanannya juga ga seenak Tom Yum Soup dan seafoodnya kurang fresh. Pokoknya
Thailand oke banget deh!” Kalau sudah begini, wajar dong kalau kita semakin
asing dengan negara kita sendiri dan semakin kenal dengan negara tetangga.
Ada
pepatah mengatakan “Teknologi itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang
dekat”, sama halnya dengan persepsi jalan-jalan oleh kacamata orang yang baru
pertama kali keluar negeri. Kita akan selalu menganggap negara tetangga
superior alias lebih dari kita segala-galanya. Akibatnya, kita jadi lebih kenal
negara tetangga dibandingkan potensi negara kita sendiri. Kita lebih tahu
Orchard Road sebagai surga belanja dibandingkan Jalan Riau di Bandung.
Padahal jika kita berkunjung ke
tempat tersebut berkali-kali, kita akan mulai menemukan ternyata ada cacat cela
di setiap negara yang pernah kita kunjungi. Apakah negara maju seperti
Singapura, Thailand, atau Malaysia tidak punya kekurangan? Dreamland justru menemukan
banyak kekurangan mereka setelah mengunjungi tempat tersebut secara mandiri
alias tidak menggunakan travel agent.
Travel agent justru akan membutakan
mata kita untuk melihat hal-hal yang kasat mata jika kita hidup sebagai orang
lokal di negara tersebut.
Kita selalu beranggapan Singapura
itu lebih baik dari Indonesia dari berbagai segi. Padahal kalau dibandingkan
Singapura itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Indonesia. Dari segi luas
wilayah saja, hanya seluas Kota Bandung. Tempat wisatanya pun kebanyakan buatan
dan tidak alami. Singapore Flyer, Marina Bay Sands, Universal Studios
Singapore, dan lain sebagainya semuanya terbuat dari mesin. Singapura miskin
sekali dengan wisata hayati dan pantainya pun buatan. Teman Dreamland yang
tinggal di Singapore saja tahu kalau pasir Siloso Beach itu diimpor dari
Indonesia. Jika kita jalan ke tengah lautnya, kita akan tahu kita berjalan di
atas semen!
Transportasi lebih bagus? Oke untuk
hal ini, Dreamland akui Singapura lebih bagus. Tapi sangat wajar jika Singapura
mengatur transportasi lebih mudah karena luas wilayah yang lebih kecil dari
Indonesia. Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tentu mengawasi tiap
daerah bukanlah hal yang mudah. Belum lagi ribuan pulau yang belum mempunyai
nama dan terancam dicaplok orang. Wajar kalau transportasi masih sulit untuk
dibenahi karena jika pemerintah Singapura diimpor ke Indonesia pun pasti stres
melihat banyaknya penduduk Indonesia yang jumlahnya ratusan juta, letak
geografisnya yang sangat luas, dan kebiasaan buruk masyarakat kita yang sulit
diubah.
Singapura adalah negara yang
bersih? Coba tengok daerah Geylang yang penuh dengan tempat prostitusi dan
sampah-sampahnya yang bertebaran. Di wilayah ini, pemerintah melegalkan
prostitusi untuk menambah devisa negara. Bagaimana tanggapan kalian setelah
mendengar hal ini? Apalagi Dreamland yang pernah menginap di Hotel F, Geylang
saja tidak betah karena ranjangnya terdapat bulu halus dan lantainya licin pada
saat check-in. Rasanya di Indonesia,
prostitusi tidak dilegalkan hanya saja dihalalkan oleh orang-orang yang kepepet
butuh duit.
Oke berlanjut ke Thailand. Apakah
barang Thailand lebih murah dari Indonesia? Dreamland bisa menjawab antara ya
dan tidak. Coba saja beli kaos Thailand dan bandingkan dengan kaos di Mangga Dua.
Kualitas bahannya lebih bagus di Mangga Dua dibandingkan di Thailand. Selain
panas, kaos Thailand juga cepat sobek kalau dicuci. Wajar dong jika ada harga
dan ada kualitas.
Banyak orang mengatakan kerajinan
Chiang Mai sangat unik dan menarik. Yakin? Dreamland justru menemukan keunikan
yang lebih banyak pada kerajinan tangan kita. Yogyakarta mampu menjual
kerajinan anyaman tangan yang hampir sama persis dengan kerajinan Chiang Mai
dengan harga yang jauh lebih murah. Selain itu, di Indonesia kerajinan tangannya
pun bervariasi dari Sabang sampai Merauke. Hayo, adakah negara yang mempunyai
kerajinan yang sangat bervariasi seperti itu?
Makanan Thailand rasanya sangat
enak? Benarkah? Dreamland justru lebih suka kuliner Indonesia yang
bermacam-macam dan tidak hanya Tom Yum Soup melulu. Di Indonesia, terdapat nasi
timbel di Jawa Barat, pempek di Palembang, rendang di Padang, bika ambon di
Medan, seafood di Belitung, gudeg di
Yogyakarta, dan lain sebagainya. Belum lagi makanan ringannya, seperti bakpia
pathok, onde-onde, kueku, pisang goreng, dan lain sebagainya. Jelas makanan
Indonesia jauh lebih enak dan variatif dibandingkan makanan di seluruh penjuru
dunia.
Mungkin kita jadi jauh lebih bangga
ketika pergi ke luar negeri karena gengsi dan bisa pamer cap paspor kepada
kolega. Wajar rasanya ketika kita sudah terlalu lama tinggal di Indonesia, kita
tidak bisa mensyukuri hal-hal kecil yang sebenarnya tidak akan ditemukan di
tempat lain. Kita akan sadar betapa berarti dan berharganya kekayaan bangsa
kita ketika kita sudah ada nun jauh di negara lain dalam jangka waktu yang
lama. Kalau ikut tur, jangan berharap Anda menemukan hal-hal detil semacam ini.
Tur hanya memberikan sentuhan terbaik dari setiap negara dan menyembunyikan
kekurangan mereka.
Maka dari itu, Dreamland berpesan
kunjungi sebanyak mungkin negara yang ada di dunia. Hiduplah di sana sebagai
orang lokal dan rasakan betapa beruntungnya kita hidup di Indonesia. Di
Indonesia, masih ada makanan seharga Rp 5.000,00 dan sudah kenyang. Tidak
seperti di Singapura yang harganya 2 dollar dan tidak kenyang. Di Singapore,
kakek dan nenek pun masih harus bekerja karena standar hidup yang tinggi dan
anak mereka tidak mau ikut campur. Di Indonesia, kakek dan nenek kita bisa
duduk santai sambil baca koran dan minum kopi di teras karena sudah punya
tabungan yang memadai.
Selain itu, masih ada pasar rakyat
yang murah meriah dan bisa ditawar. Percaya deh semakin sering Anda bepergian
keluar negeri secara mandiri, semakin sadar pula betapa enaknya jadi orang
Indonesia. Rumput tetangga ternyata tidak lebih hijau dari rumput kita sendiri
kan? Hidup Indonesia!
~
oOo ~