Friday, August 8, 2014

Museum Tanpa Kata Angker

Dreamland Traveller Moment


Museum Tanpa Kata Angker
            Ketika berbicara tentang museum, image yang terbayang di benak kita pastilah berdebu, kotor, tidak terawat, angker, dan berbagai citra negatif lainnya. Akibatnya, banyak di antara kita yang malas berkunjung ke museum di Indonesia. Selain harus membayar, meskipun tidak mahal, tapi apa yang kita lihat cenderung tidak dikelola dengan pemaparan sejarah yang baik, sehingga kita sendiri tidak tertarik untuk mengenal budaya bangsa kita lewat museum.
            Wajar akhirnya jika kasus pencurian artefak berharga di salah satu museum nasional membuat citra museum di Indonesia semakin tercoreng. Ketidakbecusan dalam pengelolaan museum secara profesional membuat barang berharga bernilai miliaran rupiah dapat dengan mudah digondol maling. Belum lagi museum seringkali diisukan menjadi tempat penampakan hantu, kuntilanak, dan makhluk halus lainnya. Lengkap sudah citra museum Indonesia yang kurang baik ini.
            Berbeda dengan Malaysia, museum pada umumnya sangat diperhatikan dengan baik. Meskipun pengunjungnya juga sama-sama tidak banyak, museum di Kuching ini rata-rata gratis dan dirawat dengan baik. Tatkala masuk ke museum Sarawak, AC langsung menghapus peluh yang membasahi dahi Dreamland. Selain nyaman, alat peraga di museum Sarawak juga tergolong canggih. Ada layar LCD untuk menampilkan bagaimana sejarah secara visual, serta benda-benda yang dipajang juga ditata dengan rapi.
            Tak hanya itu, petugas museum juga selalu ada di sudut-sudut tertentu, sehingga menepis kesan horor atau makhluk halus yang melintas. Selain itu, penerangan museum juga dibuat terang, tidak remang-remang, dan rutin dibersihkan. Padahal kalau boleh jujur, koleksi museum Indonesia jauh lebih spektakuler dibandingkan Malaysia, hanya saja lagi-lagi tidak dikelola dengan baik.
            Selain itu, ada juga brosur dalam Bahasa Malay dan Bahasa Inggris yang memudahkan kita untuk mengetahui gambaran museum secara menyeluruh. Lokasi museumnya pun berdekatan satu sama lain, antara Museum Sarawak, Museum Islam, Museum Seni, Museum Etnologi, dan lain sebagainya, sehingga kita hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk museum hopping. 
            Berbeda dengan Bandung, di mana letak museum sangat berjauhan satu sama lain. Hal ini membuat masyarakat jadi malas melakukan museum hopping. Tak hanya itu, konsep museumnya sendiri kebanyakan senjata dan alat masa lampau yang selalu diisukan punya kekuatan gaib, sehingga kita pun jadi paranoid sendiri karena gosip yang berkembang. Akibatnya setiap kali ke museum di Indonesia harus membaca doa karena takut kerasukan dan blablabla.
              Pepatah selalu mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya. Lantas jika pemerintah sendiri tidak bisa menghargai sejarahnya dengan menyediakan gedung museum yang nyaman dan informatif, serta mengikuti perkembangan zaman, bagaimana kita sebagai anak muda bisa cinta pada museum. Museum seolah hanya menjadi tempat wisata wajib anak SD dan SMP untuk tugas mata pelajaran Sejarah. Padahal seyogianya museum juga menjadi tempat wisata masyarakat umum.
            Semoga saja Indonesia bisa belajar dengan berbagai museum di dunia dengan pengunjung yang membludak tentang bagaimana cara mengelola, membuat tata letak yang baik, pencahayaan, serta penerapan teknologi yang baik agar kelak museum tidak selalu dicitrakan dengan hal-hal yang menyeramkan dan membuat orang kapok untuk datang untuk yang kedua kalinya.

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.