Museum
Tanpa Kata Angker
Ketika
berbicara tentang museum, image yang terbayang di benak kita pastilah berdebu,
kotor, tidak terawat, angker, dan berbagai citra negatif lainnya. Akibatnya,
banyak di antara kita yang malas berkunjung ke museum di Indonesia. Selain
harus membayar, meskipun tidak mahal, tapi apa yang kita lihat cenderung tidak
dikelola dengan pemaparan sejarah yang baik, sehingga kita sendiri tidak
tertarik untuk mengenal budaya bangsa kita lewat museum.
Wajar
akhirnya jika kasus pencurian artefak berharga di salah satu museum nasional membuat
citra museum di Indonesia semakin tercoreng. Ketidakbecusan dalam pengelolaan
museum secara profesional membuat barang berharga bernilai miliaran rupiah
dapat dengan mudah digondol maling. Belum lagi museum seringkali diisukan
menjadi tempat penampakan hantu, kuntilanak, dan makhluk halus lainnya. Lengkap
sudah citra museum Indonesia yang kurang baik ini.
Berbeda
dengan Malaysia, museum pada umumnya sangat diperhatikan dengan baik. Meskipun
pengunjungnya juga sama-sama tidak banyak, museum di Kuching ini rata-rata
gratis dan dirawat dengan baik. Tatkala masuk ke museum Sarawak, AC langsung
menghapus peluh yang membasahi dahi Dreamland. Selain nyaman, alat peraga di
museum Sarawak juga tergolong canggih. Ada layar LCD untuk menampilkan
bagaimana sejarah secara visual, serta benda-benda yang dipajang juga ditata
dengan rapi.
Tak
hanya itu, petugas museum juga selalu ada di sudut-sudut tertentu, sehingga
menepis kesan horor atau makhluk halus yang melintas. Selain itu, penerangan
museum juga dibuat terang, tidak remang-remang, dan rutin dibersihkan. Padahal
kalau boleh jujur, koleksi museum Indonesia jauh lebih spektakuler dibandingkan
Malaysia, hanya saja lagi-lagi tidak dikelola dengan baik.
Selain
itu, ada juga brosur dalam Bahasa Malay dan Bahasa Inggris yang memudahkan kita
untuk mengetahui gambaran museum secara menyeluruh. Lokasi museumnya pun
berdekatan satu sama lain, antara Museum Sarawak, Museum Islam, Museum Seni,
Museum Etnologi, dan lain sebagainya, sehingga kita hanya perlu berjalan kaki
sebentar untuk museum hopping.
Berbeda
dengan Bandung, di mana letak museum sangat berjauhan satu sama lain. Hal ini
membuat masyarakat jadi malas melakukan museum hopping. Tak hanya itu, konsep
museumnya sendiri kebanyakan senjata dan alat masa lampau yang selalu diisukan
punya kekuatan gaib, sehingga kita pun jadi paranoid sendiri karena gosip yang
berkembang. Akibatnya setiap kali ke museum di Indonesia harus membaca doa
karena takut kerasukan dan blablabla.
Pepatah selalu mengatakan, bangsa yang besar
adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya. Lantas jika pemerintah sendiri
tidak bisa menghargai sejarahnya dengan menyediakan gedung museum yang nyaman
dan informatif, serta mengikuti perkembangan zaman, bagaimana kita sebagai anak
muda bisa cinta pada museum. Museum seolah hanya menjadi tempat wisata wajib
anak SD dan SMP untuk tugas mata pelajaran Sejarah. Padahal seyogianya museum
juga menjadi tempat wisata masyarakat umum.
Semoga
saja Indonesia bisa belajar dengan berbagai museum di dunia dengan pengunjung
yang membludak tentang bagaimana cara mengelola, membuat tata letak yang baik,
pencahayaan, serta penerapan teknologi yang baik agar kelak museum tidak selalu
dicitrakan dengan hal-hal yang menyeramkan dan membuat orang kapok untuk datang
untuk yang kedua kalinya.
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.