Wednesday, June 26, 2013

Apresiasi Terhadap Warisan Masa Lampau

Dreamland Traveller Moment

Apresiasi Terhadap Warisan Masa Lampau
            Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya sendiri. Demikian kata pepatah yang sering kita pelajari saat duduk di bangku sekolah. Saat mata pelajaran Sejarah, guru mengajarkan kita betapa hebatnya nenek moyang kita dalam membangun berbagai peninggalan di masa lampau, mulai dari membangun rumah, ladang, sampai tempat pemujaan bagi yang mereka yakini sebagai Sang Pencipta. Tak heran jika ada candi-candi hebat yang bisa kita saksikan sebagai warisan dari nenek moyang kita di masa lampau.
            Candi Borobudur dan Prambanan pun menjadi destinasi edukasi yang wajib kita kunjungi saat kita ada di bangku SMP dan SMA. Berbagai relief dan artefak kuno menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Mengingat kedua candi ini begitu populer dan terbesar di Indonesia, tak heran jika puluhan ribu wisatawan domestik berlalu lalang setiap harinya. Akibatnya kompleks candi pun menjadi kotor oleh sampah plastik dan sisa makanan yang dibuang begitu saja oleh orang yang tidak bertanggung jawab.  
            Tak hanya itu, entah bagaimana ceritanya beberapa kepala Buddha di patung-patung yang ada di candi bisa lenyap begitu saja tanpa sisa. Beredar isu bahwa kepala Buddha itu laku dilelang seharga 1 miliar rupiah di luar negeri. Hal ini tentu menunjukkan betapa rendahnya penghargaan bangsa kita pada warisan masa lampau sampai artefak candi yang sudah berumur ribuan tahun pun bisa dicuri dengan mudah. Astaga!
            Karcis masuk pun bisa diakali dengan mudah oleh petugas dan pembeli. Kita bisa masuk tanpa harus membayar sesuai tarif dengan catatan tidak mendapatkan karcis. Kalau dapat karcis, barulah kita bayar sesuai tarif masuk. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya uang mengalir masuk ke kantong si petugas alias dikorupsi. Belum lagi tidak adanya penjaga di pelataran candi membuat beberapa ABG labil dengan senang hati corat coret di tembok candi “A love B” dan lain sebagainya.
            Maka tidak heran jika UNESCO yang semula mengapresiasi Candi Borobudur sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia pun mencoret candi megah ini dari daftarnya. Dana untuk revitalisasi candi pun distop. Pemerintah yang berkoar-koar pun tak ada gunanya karena bukti di lapangan sudah menunjukkan bahwa penghargaan masyarakat dan pemerintah pada Candi Borobudur sangatlah rendah. Bagaimana UNESCO tidak berang jika kepala Buddha menghilang dengan cepat, sampah berserakan di mana-mana, dan coretan menghiasi dinding-dinding candi dan uangnya seolah tak pernah digunakan untuk menjadikan candi menjadi lebih baik kondisinya dari semula.
            Mungkin negara kita yang sudah sangat kaya ini terlalu banyak candi bagus didalamnya, sehingga asumsinya semua candi dibiarkan saja begitu saja tak perlu dirawat sama sekali. Uang pertanggungjawaban dari UNESCO entah hilang ke mana sampai-sampai Candi Borobudur malah semakin kumuh dari hari ke hari. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang sudah akut suka buang sampah sembarangan pula yang turut berpartisipasi dalam membuat Candi Borobudur tercoret dari daftar 7 keajaiban dunia.
            Coba bandingkan dengan Angkor Wat di Cambodia. Cambodia adalah negara yang lebih terbelakang dibandingkan Indonesia. Lahannya sangat tandus dan harga bahan pangan pun sangat mahal di sini karena kelangkaan hasil bumi. Namun bangsa mereka sangat mengapresiasi peninggalan masa lalu mereka di Siem Reap. Candi Angkor Wat yang sudah berumur ribuan tahun benar-benar dipugar dan dirawat dengan sebaik mungkin karena itulah salah satu daya tarik terbesar wisatawan untuk berkunjung ke Cambodia.
            Saat Dreamland menginjakan kaki di Angkor Wat, rasa kagum akan candi raksasa ini benar-benar terpancar. Bagaimana tidak jika sampah tidak berserakan di mana-mana, suasana candi begitu bersih, dan bagian yang rusak sedang direnovasi dengan baik. Petugas pun berada di sepanjang sudut candi untuk menjaga agar turis tidak merusaknya. Hal ini membuat Dreamland sangat senang mengunjungi Angkor Wat karena tidak digunakan sebagai tempat piknik dan dihormati sebagai tempat sembahyang yang khusyuk.
            Selain itu, saat berada di Bayon, Dreamland salut melihat pemerintah Jepang berani mengucurkan dana untuk membantu pembiayaan perbaikan candi wajah yang unik ini. Wajar kalau bantuan dari negara lain berdatangan jika pemerintah memang serius membenahi warisan masa lampau dengan baik. Puluhan pekerja sedang membenarkan letak-letak candi yang hancur agar menarik untuk dikunjungi turis. Demikian pula di Ta Prohm, terdapat papan yang menunjukkan perbaikan didanai oleh pemerintah India.
            Bukannya bersikap tidak nasionalis atau apa, tapi dengan objektif Dreamland katakan kalau Angkor Wat dan Cambodia lebih layak dibantu oleh UNESCO dibandingkan negara kita dengan sikap yang mereka tunjukkan. Mereka sadar tanpa Angkor Wat, negara mereka akan sepi turis dan berada di kubangan kemiskinan terus menerus. Boleh dikatakan harga masuk ke Angkor Wat sangatlah mahal, yakni 20 US Dollar tapi turis berdatangan karena Cambodia mampu merawat aset mereka dengan baik. Rata-rata pengunjungnya pun bule.
            Bayangkan dengan Candi Borobudur di Indonesia yang hanya kebanyakan turis lokal saja, sangat sedikit bule yang mau berkunjung dengan kesembrautan yang ada didalamnya. Sekali berkunjung pun rasanya sudah cukup walaupun harga tiketnya murah. Berbeda dengan Angkor Wat yang candinya tidak membuat bosan siapapun yang berada didalamnya.
            Berkaca dari Angkor Wat di Cambodia, mungkin pelajaran berharga juga bagi pemerintah dan diri kita sendiri yang mengaku warga negara Indonesia untuk mengapreasiasi dan menghargai warisan masa lampau dengan sebaik mungkin. Sayang rasanya jika aset wisata sejarah ini akhirnya rusak dan hanya tinggal kenangan akibat tangan manusia modern yang tidak bertanggung jawab. Ingat, bangsa yang besar menghargai sejarahnya. Apakah kita bangsa yang besar tersebut ataukah bangsa yang tidak beradab? Silahkan buktikan dalam sikap dan perbuatan kita masing-masing dalam mengapresiasi warisan sejarah masa lampau.

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.