Monday, June 3, 2013

Day 2 : Uniknya Perbatasan Darat Thailand – Kamboja di Aranyaprathet dan Poipet

Dreamland Traveller


Day 2 : Uniknya Perbatasan Darat Thailand – Kamboja di Aranyaprathet dan Poipet
            Dengan sisa rasa lelah dan capek yang masih belum hilang, Dreamland pun mulai bersiap-siap pukul 04.00 untuk menuju stasiun kereta api Hua Lam Phong. Dreamland pun mandi dan berganti pakaian, kemudian membeli sarapan yang ada di dekat stasiun kereta api. Setelah itu, Dreamland langsung menuju konter pembelian tiket untuk membeli kereta api jurusan Bangkok – Aranyaprathet pukul 05.55 dengan tarif 48 bath. Dreamland pun langsung naik ke kereta yang sudah bersiap dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk perjalanan selama 6 jam.






            Akhirnya kereta api pun berangkat dari stasiun kereta Hua Lam Phong menuju Aranyaprathet. Perjalanan selama 6 jam pun terasa begitu membosankan. Dreamland bolak-balik tidur bangun dan pemandangan di sepanjang jalan cenderung sama, yakni ladang hijau yang begitu asri dan sawah yang subur. Selain itu, berhubung keretanya kelas 3, sehingga kursinya pun ala kadarnya dan membuat punggung terasa pegal. Penjual berlalu lalang menjajakan makanan dan minuman. Kondektur kereta berlalu lalang memeriksa karcis yang sudah dibeli oleh penumpang.






            Semakin menuju ke Aranyaprathet, jalanan yang ada semakin berdebu dan banyak sari tanaman beterbangan di kereta. Selain itu, stasiun kereta yang disinggahi pun semakin lama semakin jelek. Ada stasiun yang hanya berupa gubuk kayu, namun kereta tetap berhenti untuk mengangkut dan menurunkan penumpang di rute yang dilalui. Menjelang tiba di Aranyaprathet, ternyata ada petugas yang memeriksa paspor sejumlah orang, terutama imigran asal Kamboja yang pulang kembali ke negaranya.






            Begitu sampai di Aranyaprathet, Dreamland merasa sangat senang dan lega karena akhirnya bisa berdiri dan merenggangkan badan yang sudah super pegal selama 6 jam perjalanan. Supir tuk-tuk dari berbagai arah langsung menawarkan perjalanan ke perbatasan dengan tarif 100 bath awalnya. Dreamland pun tidak mau dan akhirnya menawar harga hingga sepakat di 80 bath. Ternyata dari stasiun kereta api Aranyaprathet menuju perbatasan masih ada jarak 6 km lagi! Dreamland pun naik ke tuk-tuk dan akhirnya menuju ke perbatasan Thailand-Kamboja.






            Kota perbatasan Aranyaprathet ini boleh dikatakan sangat gersang. Tidak ada pertokoan besar, tetapi hanya ada kios-kios kecil yang menjual barang sekadarnya. Sesampainya di perbatasan, Dreamland langsung ditunjukkan jalan menuju imigrasi Thailand dan Kamboja. Tapi jangan salah perjalanan Dreamland ternyata dikuntit oleh sejumlah orang tak dikenal. Peristiwa ini akan Dreamland ceritakan lebih lanjut dalam Dreamland Traveller Moment ya.






            Dreamland pun masuk ke kantor imigrasi untuk mendapatkan cap, setelah itu berjalan kaki agak jauh menuju imigrasi Kamboja di kota Poipet. Di sepanjang jalan menuju imigrasi Kamboja, berdiri dengan megah berbagai kasino yang siap menguras turis yang mempunyai banyak uang. Mungkin strategi pemerintah Kamboja untuk mendirikan kasino di sini agar orang Thailand yang negaranya tidak mempunyai kasino bisa bermain di sini. Kasino bisa dijadikan salah satu pemasukan negara oleh pemerintah Kamboja.






            Setelah itu, Dreamland pun tiba di imigrasi Kamboja yang berbeda jauh dengan imigrasi Thailand. Dreamland masuk ke sebuah ruangan yang panas dengan sebuah kipas angin yang menyala. Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak membutuhkan visa untuk memasuki Kamboja, sehingga hanya dengan dicap saja, kita sudah resmi berada di Kamboja. Cihuy, akhirnya Dreamland tiba di Kamboja juga. Sehabis dari imigrasi, terdapat shuttle bus gratis menuju terminal bus untuk meneruskan perjalanan ke Siem Reap atau destinasi lainnya.






            Orang Kamboja boleh dikatakan sangat fasih berbahasa Inggris, sehingga Dreamland tidak kesulitan ketika bertanya atau berbicara dengan sejumlah orang lokal. Setelah shuttle bus membawa cukup banyak orang, kami pun berangkat menuju terminal bus. Di terminal ini, kita akan ditawarkan berbagai rute dengan moda transportasi yang tersedia, mulai dari taksi yang paling mahal, sampai bus yang paling murah. 






Ternyata ada sepasang bule yang menunggu di sini dan berbicara dengan Dreamland untuk naik minivan. Minivan sendiri akan berangkat jika terdapat 10 orang yang mendaftar, akhirnya Dreamland mengiyakan saja untuk ikut serta dengan tarif 10 dollar Amerika. Hanya berbeda 1 dollar dengan bus. Dreamland dan bule tersebut pun menunggu tamu lainnya yang akhirnya ikut serta dalam minivan menuju ke Siem Reap. Akhirnya minivan pun berangkat dan membawa kami semua menuju Siem Reap selama 3 jam perjalanan.






Jalanan yang ada di sepanjang jalan menuju Siem Reap sangat lurus dan mulus. Tidak ada lubang sama sekali, sehingga perjalanan menjadi begitu nyaman. Hanya saja sepanjang pinggir jalan di Kamboja, ladang pertanian begitu gersang. Tanahnya begitu tandus dan tidak ada kehidupan tanaman hampir di semua ladangnya. Sangat berbeda jauh dengan tanah di Thailand yang begitu subur dan makmur. Dreamland diberhentikan di sebuah toko makanan oleh supir untuk ke toilet dan sebuah peristiwa pun terjadi. Nanti akan Dreamland ceritakan lebih lanjut dalam Dreamland Traveller Moment. Satu lagi keunikan dari mobil di Kamboja adalah setirnya berada di sebelah kiri, bukan kanan seperti di Indonesia.










Akhirnya sesampainya di Siem Reap, Dreamland diberhentikan di sebuah tempat yang sangat asing. Anehnya perjanjian awal saat Dreamland diberitahu akan diantar sampai ke penginapan, justru harus naik tuk-tuk lagi untuk sampai penginapan. Selain itu, orang-orang di sini juga memaksa kami semua untuk ikut tur yang disediakan agar tidak kena ongkos tuk-tuk. Semua bertambah aneh lagi. Perdebatan yang terjadi antara Dreamland dan staf akan Dreamland bahas di Dreamland Traveller Moment. 










Akhirnya, Dreamland pun terpaksa menyewa sebuah tuk-tuk menuju penginapan karena jalanan yang sangat asing dengan harga yang mahal, yakni 3 dollar. Jalanan yang ada di Siem Reap ini sangat berdebu dan membuat mata cepat perih. Sesampainya di Hak’s House yang merupakan penginapan yang telah Dreamland booking sebelumnya, supir tuk-tuk tetap memaksa untuk ikut tur 1 hari bersamanya dengan dalih dia tidak mempunyai pekerjaan. Capek deh! Dreamland pun meninggalkan supir tuk-tuk tersebut karena pekerjaan dia telah usai.










Setelah check-in, diberi kunci kamar, dan beristirahat sejenak, Dreamland pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju Old Market untuk membeli makan malam dan berbelanja sejenak. Sepanjang jalanan menuju Old Market, jalanan yang ada sangat berdebu. Penduduk setempat rata-rata menggunakan sepeda, sepeda motor, dan tuk-tuk. Hanya Dreamland saja yang berjalan kaki. Perjalanan dari penginapan menuju Old Market ini memakan waktu selama 15 menit jalan kaki.






Sesampainya di Old Market, Dreamland melihat konsep pasar yang hampir serupa dengan Chatuchak Weekend Market dan Pasar Klewer hanya saja dengan ukuran yang lebih kecil. Barang yang dijual di sini, antara lain suvenir, perhiasan, buah, sandal, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah puas berbelanja dan melihat-lihat, Dreamland makan di sebuah restoran masakan Khmer dan memesan nasi goreng. Rasanya ternyata sangat hambar dan tidak enak. 






Sore pun berganti malam. Dreamland pun berjalan melihat Art Center Market, di mana berbagai lukisan dan kerajinan Kamboja dijual. Di sini juga terdapat jasa pemijatan dengan kisaran harga 4 – 10 dollar. Setelah puas melihat-lihat, Dreamland pun kembali ke penginapan dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan, ternyata banyak rumah yang tidak mempunyai lampu, sehingga jalanan menjadi sangat gelap. Akibatnya, Dreamland sempat tersesat dan harus bertanya pada penduduk lokal.


Dreamland pun akhirnya sampai di penginapan dengan kaki yang sudah amat pegal. Setelah mengisi air minum gratis yang tersedia, Dreamland pun segera masuk ke kamar untuk beristirahat dan mempersiapkan diri esok hari untuk mengikuti tur 1 hari dari supir tuk-tuk yang Dreamland booking di guesthouse seharga 12 dollar. Senang rasanya merasakan pengalaman melintasi 2 negara via jalur darat dengan kondisi yang berbeda!

Bangkok, Thailand, Siem Reap, Kamboja, 26 Mei 2013

Dreamland Traveller

Catatan:
- Aranyaprathet adalah kota paling timur dari Thailand yang berbatasan langsung dengan Poipet sebagai kota paling barat dari Kamboja.
- Mata uang yang digunakan di Kamboja adalah US Dollar dan Kamboja Riel.
- 4.000 Kamboja Riel (KHR) setara dengan 1 US Dollar.
- Kamboja tidak mempunyai transportasi umum yang teratur layaknya di Bangkok.
- Tuk-tuk adalah transportasi yang umum digunakan di Kamboja untuk mengakses berbagai tempat wisata.
- Terdapat berbagai tempat penyewaan sepeda dengan harga 1 US Dollar untuk disewa 1 hari.
- Dua wilayah yang paling populer di Kamboja adalah Siem Reap dan Phnom Penh.

~ oOo ~

4 comments:

  1. I strongly agree to your blog ....
    i think is Very Cool ..awesome
    Keep Posting
    Do not forget to Clic My Name

    ReplyDelete
  2. Gan dreamland.. Imigrasi di Aran dan pipet tutup jam brp ya??

    btw bu Hayati bego ya.. udah jauh2 ke Hongkong masih ga cukup gajinya + menderita pula

    ReplyDelete

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.