Thursday, May 8, 2014

Day 2 : Eksotisme Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien

Dreamland Traveller


Day 2 : Eksotisme Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien
            Tak terasa pagi tiba dengan cepat di Miri. Tiba saatnya bagi Dreamland untuk bersiap-siap, mandi, membereskan barang bawaan, dan tentunya berangkat ke Brunei! Dreamland pun menikmati sarapan pagi di hostel dengan roti yang dibakar dengan oven toaster dan secangkir kopi pahit. Lumayan untuk mengganjal perut. Setelah melakukan proses check-out dan menunggu selama kurang lebih 15 menit, akhirnya supir minivan yang akan membawa Dreamland ke Brunei tiba pukul 08.30.


















            Setelah berpamitan dengan petugas My Homestay Guesthouse, Dreamland pun masuk ke dalam minivan dan duduk didalamnya. Rupanya ada orang Filipina juga yang ikut dalam minivan. Setelah Dreamland tanya, ternyata dia berencana untuk memperpanjang masa tinggal di Malaysia dengan melewati perbatasan. Orang Filipina ini bekerja di Sibu dan sengaja pergi ke Brunei supaya dapat perpanjangan masa tinggal. Akhirnya, minivan pun berangkat menuju Brunei.


















            Rupanya di tengah perjalanan, supir minivan ini berhenti di sebuah bengkel. Entah apa yang dia lakukan, pokoknya Dreamland harus menunggu selama hampir 30 menit sampai minivannya berangkat lagi. Tak lupa dia juga memberikan kartu imigrasi Brunei Darussalam yang harus diisi layaknya kartu imigrasi negara lainnya. Kartu imigrasi Brunei ternyata mirip-mirip dengan kartu imigrasi Singapore. Setelah penantian yang panjang, akhirnya kami pun berangkat lagi melanjutkan perjalanan.


















            Lagi-lagi supir minivan ini menyimpang ke Pujut Corner Terminal Bus. Rupanya dia menjemput orang Jepang yang kebetulan satu hostel dengan Dreamland. Dreamland sempat melihat keberadaan wanita Jepang ini saat sarapan, namun Dreamland tidak tahu kalau dia juga pergi ke Brunei. Orang Jepang ini rupanya menempuh perjalanan yang jauh dengan bus dari Miri Terminal Bus menuju ke Pujut Terminal Bus ini. Tapi ternyata akhirnya kita sama-sama satu kendaraan menuju ke Brunei. Setelah ngobrol dengan susah payah karena keterbatasan Bahasa Inggris, Dreamland mengetahui profesi orang Jepang ini adalah dokter gigi.


















            Perjalanan ke Brunei pun dimulai. Kami melewati jalanan panjang yang sekelilingnya hanya rumput ilalang saja. Tampaknya wilayah perbatasan ini sengaja disterilkan atau tidak dilakukan pembangunan karena sepanjang jalan hanya permadani hijau saja yang dapat dilihat. Akhirnya setelah 40 menit, kami tiba di perbatasan Malaysia. Supir minivan pun meminta kami mengumpulkan paspor, kecuali paspor orang Filipina untuk dicap keluar. Uniknya kami tinggal duduk manis menunggu imigrasi melakukan tugasnya dan langsung melanjutkan perjalanan. Begitu mudahnya imigrasi di Malaysia ini.


















            Selanjutnya kami menuju ke imigrasi Brunei. Desain imigrasinya serasa berbau Arab dan Muslim terlihat dari ukiran-ukirannya. Imigrasi Brunei pun sangat cepat dan mudah. Kita hanya perlu kumpulkan paspor, memberikan pada petugas, dan tidak perlu turun sama sekali. Hanya saja, khusus Brunei, kita dilarang untuk membawa rokok dan minuman beralkohol. Jika kedapatan membawa, siap-siap didenda seperti di Singapore. Maklum Brunei adalah negara yang sangat ketat dan begitu teguh menjalankan syariat Islam perintah dari Sultan Bolkiah.


















            Perjalanan dilanjutkan dengan jalanan yang panjang dan membosankan. Sepanjang kiri dan kanan hanyalah pepohonan yang dibiarkan begitu saja. Tidak ada pembangunan dan hanya mobil yang berlalu lalang sepanjang jalan. Jalan perbatasan yang sepi dan kosong antara Miri dan Brunei akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, akhirnya kami berhenti di sebuah bengkel yang diduga milik teman si supir minivan ini. Kami bisa ke WC dan merenggangkan badan sejenak.








            Setelah beristirahat sejenak, kami pun meneruskan sisa perjalanan selama 2 jam ke Brunei. Orang Jepang dan Filipina tertidur pulas karena jalan yang begitu mulus dan lurus. Sementara itu, Dreamland sibuk memperhatikan jalan. Rupanya papan pengumuman di Brunei menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Melayu dan Bahasa Arab. Tanpa terasa akhirnya kita tiba di Brunei setelah menempuh jalan tol layaknya Tol Cipularang.






            Di pos tol rupanya si supir minivan meminta agar petugas tidak memberikan karcis resmi. Rupanya hal ini berhasil karena supir hanya membayar 2 BND, padahal seharusnya tarif tol adalah 5 BND. Praktik korupsi yang ada di Brunei akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah itu, kami masih melanjutkan perjalanan 45 menit lagi ke pusat kota Bandar Seri Begawan. Sebelum mencapai pusat kota, rupanya si supir ingin mengisi bahan bakar dulu di Stesen Minyak SPPMB, Gadong. 










            Alangkah terkejutnya Dreamland karena harga bahan bakar di Brunei ini sangat amat murah. Bayangkan 1 liter petrol saja hanya seharga 0,310 BND. Murahnya harga bahan bakar di Brunei ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Supir minivan mengatakan wajar karena Brunei penghasil minyak bumi dan bahan bakarnya murni tanpa oplosan jadi awet jika digunakan, katanya. 










            Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, kami tiba di Bandar Seri Begawan. Hanya saja ada insiden kecelakaan yang terjadi dan Dreamland kebetulan melihat langsung di TKP. Kecelakaan ini padahal terjadi di jalan yang satu arah dan tidak ada jalan berlubang. Fenomena kecelakaan ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Supir minivan ini menolak mengantar Dreamland sampai ke Pusat Belia karena ia beralasan tempat itu sudah tutup dan tidak beroperasi lagi.








            Kami pun dibawa ke K.H. Soon Services dan Resthouse untuk menginap di sana. Kata supir minivan ini lagi, di sini akomodasi paling murah dan tidak ada lagi di Brunei. Akhirnya kami didrop dan Dreamland pun membayar RM 60. Dreamland sempat bimbang apakah Pusat Belia memang tutup atau supir minivan berbohong. Setelah perdebatan dalam hati, akhirnya Dreamland memutuskan untuk mengecek kebenaran tersebut ke Pusat Belia.








            Rupanya Pusat Belia MASIH BUKA dan TIDAK TUTUP. Hal ini berarti supir minivan telah membohongi traveler yang bermain ke Brunei. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Untung Dreamland tidak gampang percaya pada supir minivan. Kalau tidak uang puluhan BND bisa habis untuk akomodasi saja. Dreamland pun masuk dan menunggu resepsionis Pusat Belia yang sedang istirahat. Setelah petugas datang, ia langsung memberikan kunci dan Dreamland diminta mengisi formulir.








            Sebagai informasi, kamar asrama di Pusat Belia dipisah berdasarkan jenis kelamin. Jadi pasangan yang bepergian bersama nampaknya harus terpisah sejenak karena peraturan yang sangat ketat ini. Maklum perzinahan di Brunei mempunyai hukuman yang sangat berat, yakni dirajam batu hingga mati. Dreamland masuk dan melihat kamar asrama Pusat Belia ini sangat bersih, rapi, dan ada ACnya pula. Kamar mandi bersamanya pun cukup baik dan bersih. Harganya pun sangat terjangkau, yakni BND 10 per orang per malam.








            Setelah beristirahat dan membereskan barang bawaan sejenak, akhirnya Dreamland memutuskan untuk memulai eksplorasi wisata Brunei Darussalam. Dreamland pun berjalan menuju ke Kianggeh Markets. Pasar Kianggeh ini cukup unik karena ada sungai yang memisahkan dan diisi oleh banyak perahu yang menawarkan keliling Kampung Ayer. Pasar tradisional di Brunei ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan pasar-pasar di Indonesia. Toh yang berjualan di sana juga rata-rata orang Jawa Tengah. 








            Jualan di Pasar Kianggeh ini bervariasi, mulai dari sayur-sayuran, bumbu masak, buah-buahan, dan aneka macam ikan. Pokoknya serasa berada di Indonesia jika melihat pasar ini. Selanjutnya Dreamland beranjak menuju Terminal Bus Brunei Darussalam. Dreamland melihat semua bus umum yang berlalu lalang di Brunei terpusat di sini. Bentuk terminal busnya seperti basement yang biasa digunakan sebagai tempat parkir mal. Di sini Dreamland bertemu dengan orang Indonesia bernama Taufik yang berasal dari Malang.










            Dia menceritakan aktivitas jual beli mobil yang dilakukan di Brunei dan kegiatannya menghias dekorasi perkawinan yang mendatangkan banyak uang. Tak hanya itu, dia juga mentraktir Dreamland nasi katok. Dia sangat senang bisa bertemu dengan teman satu negara di sini. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah mengobrol dan makan siang, Dreamland pun melanjutkan perjalanan menjelajahi wisata Brunei.


















            Dreamland melewati Burger King, Teck Guan Plaza, dan akhirnya singgah di monumen yang ada di depan Waterfront Brunei. Dreamland berfoto sebentar, namun karena matahari yang sangat bersinar terik dan menyengat, Dreamland segera masuk ke bangunan yang berisi galeri Sultan dan masyarakat Kampung Ayer. Dreamland sendiri baru tahu bagaimana wajah Sultan H. Bolkiah sebenarnya. Galeri ini boleh dikatakan garing karena hanya poster-poster saja yang menghiasi galeri.








            Selanjutnya, Dreamland menuju ke Yayasan Shopping Mall. Di sini Dreamland hanya melihat-lihat saja karena barang yang dijual sama seperti mal pada umumnya. Rupanya di lantai atas mal Yayasan ini terdapat kedutaan Jerman dan Petroleum Brunei. Setelah puas berjalan-jalan di Yayasan, Dreamland menuju kolam di tengah halaman Yayasan. Di sini ada penjual makanan khas Jawa yang ternyata penjualnya berasal dari Pekalongan.










            Dia mengatakan bahwa banyak orang Jawa yang berkumpul dan membeli makanan dari kiosnya di Yayasan ini. Fenomena banyaknya orang Jawa di Brunei ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah perbincangan singkat, Dreamland pun menuju ikon utama Brunei, yakni Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien. Mesjid ini memang tampak sangat mencolok karena emas murni yang terdapat di kubahnya sangat bercahaya di siang hari yang terik ini.










            Sayangnya Dreamland tidak boleh masuk melihat ke dalam mesjid karena di luar jadwal operasional. Khusus umat Muslim sih boleh bebas masuk keluar mesjid. Oh ya kita tidak diperkenankan mengambil foto di dalam mesjid lho. Ada petugas yang memata-matai gerak-gerik kita yang membawa kamera. Entah mengapa hal itu tidak boleh dilakukan, apa karena desainnya takut dicontek atau rahasia negara, hanya Sultan yang tahu. Akhirnya Dreamland hanya berfoto di sekitar bangunan mesjid ini mencari sudut pandang yang paling pas dan fotogenik.










            Selanjutnya Dreamland berjalan menuju The Royal Regalia Building. Kita diharuskan melepas alas kaki, menitipkan barang bawaan di loker, dan tidak boleh mengambil foto di dalam. Hiks lagi-lagi tidak ada dokumentasi tentang harta karun Sultan Brunei dong. Dreamland pun masuk, mengisi buku tamu, dan akhirnya masuk ke galeri yang terbilang sangat megah ini. Lewat museum ini, kita akan diajak mengetahui sejarah silsilah kesultanan Brunei. Ada juga masa kecil sultan, perjalanan studi, hingga akhirnya diangkat menjadi Sultan Brunei.










            Rupanya Sultan Bolkiah ini pernah kuliah di Inggris dan menyukai banyak olahraga selama kuliah di sana. Selanjutnya kita menuju ruangan yang mempunyai banyak koleksi serba emas, mulai dari pedang, keris, mahkota, kursi, dan meja. Pokoknya serba berkilauan, sampai-sampai ruangan ini dijaga satpam khusus. Sayang Dreamland tidak bisa memberikan foto karena semua ponsel dan kamera disimpan di loker. 










            Dreamland melanjutkan perjalanan ke hadiah-hadiah yang pernah diberikan tokoh negara lain ke Sultan Bolkiah. Menurut Dreamland ini bagian termenarik dari museum ini karena hadiah yang diberikan itu bukan sembarang hadiah. Ada hadiah replika Angkor Wat dari perak dari Raja Kamboja, ada keris dari Presiden Megawati, ada peralatan makan perak dari Presiden Soeharto, ada lukisan abstrak dari Singapore, ada replika perahu dari Maladewa, dan lain sebagainya. Pokoknya sangat menarik melihat koleksi hadiah yang sudah berumur belasan hingga puluhan tahun ini.










            Selanjutnya, Dreamland menuju ke sebuah kendaraan pawai yang sangat megah di bagian dalam museum ini. Ada juga replika bagaimana isi Istana Nurul Iman yang menjadi tempat tinggal Sultan Bolkiah. Selain itu, ada juga koleksi pemberian masyarakat Brunei pada Sultan. Pokoknya hampir satu museum isinya pemberian-pemberian pada Sultan. Di sudut lain museum dekat toko souvenir, kita bisa mempelajari sejarah Brunei. Rupanya dulu Brunei mempunyai Pulau Labuan (yang sekarang milik Malaysia), wilayah Sabah dan Sarawak. Sayangnya semua direbut oleh Inggris dan akibatnya wilayah Brunei hanya sekecil ini sekarang.




            Digambarkan juga peristiwa kemerdekaan Brunei dalam galeri museum yang satu ini. Pokoknya banyak sekali buku dan literatur yang menggambarkan peristiwa itu dalam galeri museum yang satu ini. Setelah puas berkeliling museum selama 2 jam, akhirnya Dreamland memutuskan untuk menyudahi kunjungan di The Royal Regalia ini dan mengambil barang bawaan di loker. Kemudian Dreamland berfoto di ruang utama The Royal Regalia yang diperkenankan untuk mengambil foto.




            Sehabis dari The Royal Regalia, Dreamland memutuskan untuk kembali ke Yayasan Shopping Mall dan melihat supermarket yang ada dibawahnya. Rupanya barang-barangnya banyakan impor dari Malaysia dan Indonesia. Setelah matahari agak redup, Dreamland mengulangi acara berfoto di Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien dan monumen dekat Waterfront Brunei. 




            Setelah puas, Dreamland kembali ke Yayasan dan membeli makanan dari orang Jawa. Harga makanannya bervariasi tergantung dari jumlah sayur dan daging yang kita pilih. Dreamland menghabiskan uang 2,5 BND untuk menu makanan yang Dreamland pilih. Setelah mengobrol sebentar, Dreamland pun berpamitan dan memutuskan kembali ke Pusat Belia. Tak lupa Dreamland berfoto sejenak di kuil Buddha satu-satunya di Brunei sebelum akhirnya masuk ke asrama.
            Dreamland pun makan di tempat duduk yang tersedia di halaman Pusat Belia. Kemudian tiba-tiba datang orang Polandia yang baru check in. Berhubung Dreamland sudah kenyang, Dreamland pun memberikan gorengan pada orang Polandia ini dan dia menghabiskannya dengan lahap. Maklum backpacker jadi Dreamland mengerti betapa pentingnya menghemat uang di negeri orang ini. Dreamland bertemu dengan orang Aceh dan jadi mengobrol soal politik dengan bapak dari Aceh yang sedang berwisata ini.
            Suasana keakraban yang terjalin di Pusat Belia ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Tanpa terasa kami mengobrol hampir 2,5 jam sebelum akhirnya Dreamland berpamitan untuk tidur. Senang sekali rasanya bertemu teman baru dan menjelajahi Brunei yang kecil. Tak sabar rasanya ingin mengeksplorasi lebih banyak lagi wisata di Brunei esok hari.

Miri, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 19 April 2014

Dreamland Traveller

Catatan:
- Brunei Darussalam menggunakan Brunei Dollar (BND) sebagai mata uang yang sah.
- Kita bisa menggunakan mata uang Singapore Dollar (SGD) untuk bertransaksi di Brunei karena nilai 1 BND = 1 SGD. Sangat disarankan membawa Singapore Dollar saja ke Brunei agar mudah ditukarkan kembali jika berlebih dibandingkan membeli Brunei Dollar.
- Tarif bus umum di Brunei, baik dekat maupun jauh adalah sama, yakni 1 BND saja.
- Tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi di Brunei, antara lain Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Istana Nurul Iman, Kampung Ayer, Jerudong Park, The Royal Regalia Building, Brunei Museum (sedang direnovasi – TUTUP), Ulu Temburong National Park, dan lain sebagainya.
- Taati peraturan syariah Islam di Brunei karena denda dan hukuman berat akan diterapkan bagi yang melanggar.
- Baik laki-laki maupun perempuan, dilarang keras menggunakan pakaian pendek, termasuk celana pendek saat berjalan di tempat umum.
- Kita dilarang untuk merokok di tempat umum, minum-minuman beralkohol, dan berjalan bersama lawan jenis selama berada di Brunei.
- Bahasa yang digunakan di Brunei adalah Bahasa Melayu.
- Kendaraan unik yang bisa ditemukan di Brunei adalah Kereta Sapu (mobil biasa yang digunakan untuk mengantar orang).
- Makanan khas yang ada di Brunei adalah Nasi Katok (konon namanya diperoleh dari sejarah harus mengetok pintu untuk membeli nasi ini pada zaman dahulu).

~ oOo ~

No comments:

Post a Comment

Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.