Day
2 : Eksotisme Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien
Tak
terasa pagi tiba dengan cepat di Miri. Tiba saatnya bagi Dreamland untuk
bersiap-siap, mandi, membereskan barang bawaan, dan tentunya berangkat ke
Brunei! Dreamland pun menikmati sarapan pagi di hostel dengan roti yang dibakar
dengan oven toaster dan secangkir kopi pahit. Lumayan untuk mengganjal perut.
Setelah melakukan proses check-out dan menunggu selama kurang lebih 15 menit,
akhirnya supir minivan yang akan membawa Dreamland ke Brunei tiba pukul 08.30.
Setelah
berpamitan dengan petugas My Homestay Guesthouse, Dreamland pun masuk ke dalam
minivan dan duduk didalamnya. Rupanya ada orang Filipina juga yang ikut dalam
minivan. Setelah Dreamland tanya, ternyata dia berencana untuk memperpanjang
masa tinggal di Malaysia dengan melewati perbatasan. Orang Filipina ini bekerja
di Sibu dan sengaja pergi ke Brunei supaya dapat perpanjangan masa tinggal.
Akhirnya, minivan pun berangkat menuju Brunei.
Rupanya
di tengah perjalanan, supir minivan ini berhenti di sebuah bengkel. Entah apa
yang dia lakukan, pokoknya Dreamland harus menunggu selama hampir 30 menit
sampai minivannya berangkat lagi. Tak lupa dia juga memberikan kartu imigrasi
Brunei Darussalam yang harus diisi layaknya kartu imigrasi negara lainnya.
Kartu imigrasi Brunei ternyata mirip-mirip dengan kartu imigrasi Singapore.
Setelah penantian yang panjang, akhirnya kami pun berangkat lagi melanjutkan
perjalanan.
Lagi-lagi
supir minivan ini menyimpang ke Pujut Corner Terminal Bus. Rupanya dia
menjemput orang Jepang yang kebetulan satu hostel dengan Dreamland. Dreamland
sempat melihat keberadaan wanita Jepang ini saat sarapan, namun Dreamland tidak
tahu kalau dia juga pergi ke Brunei. Orang Jepang ini rupanya menempuh
perjalanan yang jauh dengan bus dari Miri Terminal Bus menuju ke Pujut Terminal
Bus ini. Tapi ternyata akhirnya kita sama-sama satu kendaraan menuju ke Brunei.
Setelah ngobrol dengan susah payah karena keterbatasan Bahasa Inggris,
Dreamland mengetahui profesi orang Jepang ini adalah dokter gigi.
Perjalanan
ke Brunei pun dimulai. Kami melewati jalanan panjang yang sekelilingnya hanya
rumput ilalang saja. Tampaknya wilayah perbatasan ini sengaja disterilkan atau
tidak dilakukan pembangunan karena sepanjang jalan hanya permadani hijau saja
yang dapat dilihat. Akhirnya setelah 40 menit, kami tiba di perbatasan
Malaysia. Supir minivan pun meminta kami mengumpulkan paspor, kecuali paspor
orang Filipina untuk dicap keluar. Uniknya kami tinggal duduk manis menunggu
imigrasi melakukan tugasnya dan langsung melanjutkan perjalanan. Begitu
mudahnya imigrasi di Malaysia ini.
Selanjutnya
kami menuju ke imigrasi Brunei. Desain imigrasinya serasa berbau Arab dan
Muslim terlihat dari ukiran-ukirannya. Imigrasi Brunei pun sangat cepat dan
mudah. Kita hanya perlu kumpulkan paspor, memberikan pada petugas, dan tidak
perlu turun sama sekali. Hanya saja, khusus Brunei, kita dilarang untuk membawa
rokok dan minuman beralkohol. Jika kedapatan membawa, siap-siap didenda seperti
di Singapore. Maklum Brunei adalah negara yang sangat ketat dan begitu teguh
menjalankan syariat Islam perintah dari Sultan Bolkiah.
Perjalanan
dilanjutkan dengan jalanan yang panjang dan membosankan. Sepanjang kiri dan
kanan hanyalah pepohonan yang dibiarkan begitu saja. Tidak ada pembangunan dan
hanya mobil yang berlalu lalang sepanjang jalan. Jalan perbatasan yang sepi dan
kosong antara Miri dan Brunei akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller
Moment. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, akhirnya kami berhenti di
sebuah bengkel yang diduga milik teman si supir minivan ini. Kami bisa ke WC
dan merenggangkan badan sejenak.
Setelah
beristirahat sejenak, kami pun meneruskan sisa perjalanan selama 2 jam ke
Brunei. Orang Jepang dan Filipina tertidur pulas karena jalan yang begitu mulus
dan lurus. Sementara itu, Dreamland sibuk memperhatikan jalan. Rupanya papan
pengumuman di Brunei menggunakan dua bahasa, yakni Bahasa Melayu dan Bahasa
Arab. Tanpa terasa akhirnya kita tiba di Brunei setelah menempuh jalan tol
layaknya Tol Cipularang.
Di
pos tol rupanya si supir minivan meminta agar petugas tidak memberikan karcis
resmi. Rupanya hal ini berhasil karena supir hanya membayar 2 BND, padahal
seharusnya tarif tol adalah 5 BND. Praktik korupsi yang ada di Brunei akan
Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah itu, kami masih
melanjutkan perjalanan 45 menit lagi ke pusat kota Bandar Seri Begawan. Sebelum
mencapai pusat kota, rupanya si supir ingin mengisi bahan bakar dulu di Stesen
Minyak SPPMB, Gadong.
Alangkah
terkejutnya Dreamland karena harga bahan bakar di Brunei ini sangat amat murah.
Bayangkan 1 liter petrol saja hanya seharga 0,310 BND. Murahnya harga bahan
bakar di Brunei ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment.
Supir minivan mengatakan wajar karena Brunei penghasil minyak bumi dan bahan
bakarnya murni tanpa oplosan jadi awet jika digunakan, katanya.
Akhirnya
setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, kami tiba di Bandar Seri Begawan.
Hanya saja ada insiden kecelakaan yang terjadi dan Dreamland kebetulan melihat
langsung di TKP. Kecelakaan ini padahal terjadi di jalan yang satu arah dan
tidak ada jalan berlubang. Fenomena kecelakaan ini akan Dreamland bahas dalam
Dreamland Traveller Moment. Supir minivan ini menolak mengantar Dreamland
sampai ke Pusat Belia karena ia beralasan tempat itu sudah tutup dan tidak
beroperasi lagi.
Kami
pun dibawa ke K.H. Soon Services dan Resthouse untuk menginap di sana. Kata
supir minivan ini lagi, di sini akomodasi paling murah dan tidak ada lagi di Brunei.
Akhirnya kami didrop dan Dreamland pun membayar RM 60. Dreamland sempat bimbang
apakah Pusat Belia memang tutup atau supir minivan berbohong. Setelah
perdebatan dalam hati, akhirnya Dreamland memutuskan untuk mengecek kebenaran
tersebut ke Pusat Belia.
Rupanya
Pusat Belia MASIH BUKA dan TIDAK TUTUP. Hal ini berarti supir minivan telah
membohongi traveler yang bermain ke Brunei. Hal ini akan Dreamland bahas dalam
Dreamland Traveller Moment. Untung Dreamland tidak gampang percaya pada supir
minivan. Kalau tidak uang puluhan BND bisa habis untuk akomodasi saja.
Dreamland pun masuk dan menunggu resepsionis Pusat Belia yang sedang istirahat.
Setelah petugas datang, ia langsung memberikan kunci dan Dreamland diminta
mengisi formulir.
Sebagai
informasi, kamar asrama di Pusat Belia dipisah berdasarkan jenis kelamin. Jadi
pasangan yang bepergian bersama nampaknya harus terpisah sejenak karena
peraturan yang sangat ketat ini. Maklum perzinahan di Brunei mempunyai hukuman
yang sangat berat, yakni dirajam batu hingga mati. Dreamland masuk dan melihat
kamar asrama Pusat Belia ini sangat bersih, rapi, dan ada ACnya pula. Kamar
mandi bersamanya pun cukup baik dan bersih. Harganya pun sangat terjangkau,
yakni BND 10 per orang per malam.
Setelah
beristirahat dan membereskan barang bawaan sejenak, akhirnya Dreamland
memutuskan untuk memulai eksplorasi wisata Brunei Darussalam. Dreamland pun
berjalan menuju ke Kianggeh Markets. Pasar Kianggeh ini cukup unik karena ada
sungai yang memisahkan dan diisi oleh banyak perahu yang menawarkan keliling
Kampung Ayer. Pasar tradisional di Brunei ini sebenarnya tidak ada bedanya
dengan pasar-pasar di Indonesia. Toh yang berjualan di sana juga rata-rata
orang Jawa Tengah.
Jualan
di Pasar Kianggeh ini bervariasi, mulai dari sayur-sayuran, bumbu masak,
buah-buahan, dan aneka macam ikan. Pokoknya serasa berada di Indonesia jika
melihat pasar ini. Selanjutnya Dreamland beranjak menuju Terminal Bus Brunei
Darussalam. Dreamland melihat semua bus umum yang berlalu lalang di Brunei
terpusat di sini. Bentuk terminal busnya seperti basement yang biasa digunakan
sebagai tempat parkir mal. Di sini Dreamland bertemu dengan orang Indonesia
bernama Taufik yang berasal dari Malang.
Dia
menceritakan aktivitas jual beli mobil yang dilakukan di Brunei dan kegiatannya
menghias dekorasi perkawinan yang mendatangkan banyak uang. Tak hanya itu, dia
juga mentraktir Dreamland nasi katok. Dia sangat senang bisa bertemu dengan
teman satu negara di sini. Hal ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland
Traveller Moment. Setelah mengobrol dan makan siang, Dreamland pun melanjutkan
perjalanan menjelajahi wisata Brunei.
Dreamland
melewati Burger King, Teck Guan Plaza, dan akhirnya singgah di monumen yang ada
di depan Waterfront Brunei. Dreamland berfoto sebentar, namun karena matahari
yang sangat bersinar terik dan menyengat, Dreamland segera masuk ke bangunan
yang berisi galeri Sultan dan masyarakat Kampung Ayer. Dreamland sendiri baru
tahu bagaimana wajah Sultan H. Bolkiah sebenarnya. Galeri ini boleh dikatakan
garing karena hanya poster-poster saja yang menghiasi galeri.
Selanjutnya,
Dreamland menuju ke Yayasan Shopping Mall. Di sini Dreamland hanya
melihat-lihat saja karena barang yang dijual sama seperti mal pada umumnya.
Rupanya di lantai atas mal Yayasan ini terdapat kedutaan Jerman dan Petroleum
Brunei. Setelah puas berjalan-jalan di Yayasan, Dreamland menuju kolam di
tengah halaman Yayasan. Di sini ada penjual makanan khas Jawa yang ternyata
penjualnya berasal dari Pekalongan.
Dia
mengatakan bahwa banyak orang Jawa yang berkumpul dan membeli makanan dari
kiosnya di Yayasan ini. Fenomena banyaknya orang Jawa di Brunei ini akan
Dreamland bahas dalam Dreamland Traveller Moment. Setelah perbincangan singkat,
Dreamland pun menuju ikon utama Brunei, yakni Mesjid Sultan Omar Ali
Saifuddien. Mesjid ini memang tampak sangat mencolok karena emas murni yang
terdapat di kubahnya sangat bercahaya di siang hari yang terik ini.
Sayangnya
Dreamland tidak boleh masuk melihat ke dalam mesjid karena di luar jadwal
operasional. Khusus umat Muslim sih boleh bebas masuk keluar mesjid. Oh ya kita
tidak diperkenankan mengambil foto di dalam mesjid lho. Ada petugas yang
memata-matai gerak-gerik kita yang membawa kamera. Entah mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan, apa karena desainnya takut dicontek atau rahasia negara, hanya
Sultan yang tahu. Akhirnya Dreamland hanya berfoto di sekitar bangunan mesjid
ini mencari sudut pandang yang paling pas dan fotogenik.
Selanjutnya
Dreamland berjalan menuju The Royal Regalia Building. Kita diharuskan melepas
alas kaki, menitipkan barang bawaan di loker, dan tidak boleh mengambil foto di
dalam. Hiks lagi-lagi tidak ada dokumentasi tentang harta karun Sultan Brunei
dong. Dreamland pun masuk, mengisi buku tamu, dan akhirnya masuk ke galeri yang
terbilang sangat megah ini. Lewat museum ini, kita akan diajak mengetahui
sejarah silsilah kesultanan Brunei. Ada juga masa kecil sultan, perjalanan
studi, hingga akhirnya diangkat menjadi Sultan Brunei.
Rupanya
Sultan Bolkiah ini pernah kuliah di Inggris dan menyukai banyak olahraga selama
kuliah di sana. Selanjutnya kita menuju ruangan yang mempunyai banyak koleksi
serba emas, mulai dari pedang, keris, mahkota, kursi, dan meja. Pokoknya serba
berkilauan, sampai-sampai ruangan ini dijaga satpam khusus. Sayang Dreamland
tidak bisa memberikan foto karena semua ponsel dan kamera disimpan di loker.
Dreamland
melanjutkan perjalanan ke hadiah-hadiah yang pernah diberikan tokoh negara lain
ke Sultan Bolkiah. Menurut Dreamland ini bagian termenarik dari museum ini karena
hadiah yang diberikan itu bukan sembarang hadiah. Ada hadiah replika Angkor Wat
dari perak dari Raja Kamboja, ada keris dari Presiden Megawati, ada peralatan
makan perak dari Presiden Soeharto, ada lukisan abstrak dari Singapore, ada
replika perahu dari Maladewa, dan lain sebagainya. Pokoknya sangat menarik
melihat koleksi hadiah yang sudah berumur belasan hingga puluhan tahun ini.
Selanjutnya,
Dreamland menuju ke sebuah kendaraan pawai yang sangat megah di bagian dalam
museum ini. Ada juga replika bagaimana isi Istana Nurul Iman yang menjadi
tempat tinggal Sultan Bolkiah. Selain itu, ada juga koleksi pemberian
masyarakat Brunei pada Sultan. Pokoknya hampir satu museum isinya
pemberian-pemberian pada Sultan. Di sudut lain museum dekat toko souvenir, kita
bisa mempelajari sejarah Brunei. Rupanya dulu Brunei mempunyai Pulau Labuan
(yang sekarang milik Malaysia), wilayah Sabah dan Sarawak. Sayangnya semua
direbut oleh Inggris dan akibatnya wilayah Brunei hanya sekecil ini sekarang.
Digambarkan
juga peristiwa kemerdekaan Brunei dalam galeri museum yang satu ini. Pokoknya
banyak sekali buku dan literatur yang menggambarkan peristiwa itu dalam galeri
museum yang satu ini. Setelah puas berkeliling museum selama 2 jam, akhirnya
Dreamland memutuskan untuk menyudahi kunjungan di The Royal Regalia ini dan
mengambil barang bawaan di loker. Kemudian Dreamland berfoto di ruang utama The
Royal Regalia yang diperkenankan untuk mengambil foto.
Sehabis
dari The Royal Regalia, Dreamland memutuskan untuk kembali ke Yayasan Shopping
Mall dan melihat supermarket yang ada dibawahnya. Rupanya barang-barangnya
banyakan impor dari Malaysia dan Indonesia. Setelah matahari agak redup,
Dreamland mengulangi acara berfoto di Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien dan
monumen dekat Waterfront Brunei.
Setelah
puas, Dreamland kembali ke Yayasan dan membeli makanan dari orang Jawa. Harga
makanannya bervariasi tergantung dari jumlah sayur dan daging yang kita pilih.
Dreamland menghabiskan uang 2,5 BND untuk menu makanan yang Dreamland pilih.
Setelah mengobrol sebentar, Dreamland pun berpamitan dan memutuskan kembali ke
Pusat Belia. Tak lupa Dreamland berfoto sejenak di kuil Buddha satu-satunya di
Brunei sebelum akhirnya masuk ke asrama.
Dreamland
pun makan di tempat duduk yang tersedia di halaman Pusat Belia. Kemudian
tiba-tiba datang orang Polandia yang baru check in. Berhubung Dreamland sudah
kenyang, Dreamland pun memberikan gorengan pada orang Polandia ini dan dia
menghabiskannya dengan lahap. Maklum backpacker jadi Dreamland mengerti betapa pentingnya
menghemat uang di negeri orang ini. Dreamland bertemu dengan orang Aceh dan
jadi mengobrol soal politik dengan bapak dari Aceh yang sedang berwisata ini.
Suasana
keakraban yang terjalin di Pusat Belia ini akan Dreamland bahas dalam Dreamland
Traveller Moment. Tanpa terasa kami mengobrol hampir 2,5 jam sebelum akhirnya
Dreamland berpamitan untuk tidur. Senang sekali rasanya bertemu teman baru dan
menjelajahi Brunei yang kecil. Tak sabar rasanya ingin mengeksplorasi lebih
banyak lagi wisata di Brunei esok hari.
Miri, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 19
April 2014
Dreamland Traveller
Catatan:
- Brunei Darussalam menggunakan Brunei Dollar (BND)
sebagai mata uang yang sah.
- Kita bisa menggunakan mata uang Singapore Dollar
(SGD) untuk bertransaksi di Brunei karena nilai 1 BND = 1 SGD. Sangat
disarankan membawa Singapore Dollar saja ke Brunei agar mudah ditukarkan
kembali jika berlebih dibandingkan membeli Brunei Dollar.
- Tarif bus umum di Brunei, baik dekat maupun jauh
adalah sama, yakni 1 BND saja.
- Tempat wisata menarik yang bisa dikunjungi di
Brunei, antara lain Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Istana Nurul Iman,
Kampung Ayer, Jerudong Park, The Royal Regalia Building, Brunei Museum (sedang
direnovasi – TUTUP), Ulu Temburong National Park, dan lain sebagainya.
- Taati peraturan syariah Islam di Brunei karena
denda dan hukuman berat akan diterapkan bagi yang melanggar.
- Baik laki-laki maupun perempuan, dilarang keras
menggunakan pakaian pendek, termasuk celana pendek saat berjalan di tempat
umum.
- Kita dilarang untuk merokok di tempat umum,
minum-minuman beralkohol, dan berjalan bersama lawan jenis selama berada di
Brunei.
- Bahasa yang digunakan di Brunei adalah Bahasa
Melayu.
- Kendaraan unik yang bisa ditemukan di Brunei
adalah Kereta Sapu (mobil biasa yang digunakan untuk mengantar orang).
- Makanan khas yang ada di Brunei adalah Nasi Katok
(konon namanya diperoleh dari sejarah harus mengetok pintu untuk membeli nasi
ini pada zaman dahulu).
~
oOo ~
No comments:
Post a Comment
Terima kasih dan selamat datang di Dreamland Traveller! Komentar, saran, dan pertanyaan dapat dituliskan pada kolom komentar di bawah ini.